Tampilkan postingan dengan label Kotbah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kotbah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Desember 2024

Maria Hamba Tuhan yang Taat

 Natal


Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.” (Luk. 1:38)

Kisah di Nazaret

Pada suatu ketika, Allah memberi perintah kepada malaikat Gabriel untuk berangkat ke Nazaret. “Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.” (Luk. 1:26-27)  

Dimanakah Nazaret itu? Nazaret adalah sebuah kota kecil di Israel yang tidak terlalu terkenal pada zaman dahulu. Tetapi kalau saat ini, sudah menjadi besar dan terkenal. Kota ini terletak di sebelah utara Israel. Nama Nazaret diyakini berasal dari akar kata Ibrani “netzer” yang artinya "Tunas" atau "taruk yang tumbuh". Mungkin pembaca teringat dengan nubuatan nabi Yesaya, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.” (Yes. 11:1) Itulah nubuatan tentang Yesus sebagai keturunan Isai yang akan dibesarkan di sana. 

Siapakah Maria?

Siapakah Maria itu? Maria adalah gadis sederhana yang tidak terkenal. Dia juga bukanlah anak orang terkenal dan tidak suka menonjolkan diri. Maria bersikap seperti umumnya para gadis di Israel. Tidak banyak yang kita ketahui tentang siapa Maria ini. Kita hanya mengetahui bahwa dia mempunyai seorang sanak saudara yang bernama Elisabet, istri dari imam Zakharia. Yang pasti dia adalah seorang amat taat kepada Tuhan. 

Maria bertunangan dengan seorang pria bernama Yusuf, keturunan raja Daud. Tetapi Yusuf bukanlah orang kaya atau orang terpandang, dan hidupnya pun sederhana.  Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia bekerja sebagai tukang kayu. Yusuf seorang yang lurus hatinya dan amat bertanggung jawab. Itulah Maria dan Yusuf, tokoh yang besar tapi dari keluarga sederhana.

Gabriel pergi ke Maria

Perintah Tuhan agar malaikat Gabriel pergi ke tempat Maria untuk membawa kabar kesukaan. Ternyata Marialah yang telah dipilih Allah untuk menjadi ibu dari Yesus. Pada saat Maria sedang berada di rumah, datanglah malaikat Gabriel lalu menyapanya. "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." (Luk. 1:28b) 

Tentu saja Maria amat terkejut melihat Gabriel tiba-tiba berdiri di hadapannya dan menyapanya. Maria belum mengenal Gabriel. Ia juga heran mengapa sebuah salam disampaikan kepadanya? Karunia apa yang telah diterimanya? Apakah dia telah berbuat sesuatu untuk Tuhan? Ah, rasanya dia tidak melakukan sesuatu yang luar biasa. Ia bertanya-tanya dalam hatinya. Tetapi Maria pun tetap diam.

Lalu malaikat itu berkata kembali padanya, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.” (Luk. 1:30) Dilanjutkan dengan penjelasan, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” (Luk. 1:31) Wah, dia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki? Bukankah dia belum menikah, walaupun sudah bertunangan? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?

Malaikat Gabriel pun menambahkan, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." (Luk. 1:32-33) Inilah suatu nubuatan akan lahirnya sang Mesias yang juga sebagai anak Allah Yang Mahatinggi, dan juga akan menjadi seorang raja kekal. 

Maria bertanya

Lalu Maria pun berkata kepada malaikat itu, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (Luk. 1:34) Ini suatu pertanyaan logis. Dia baru bertunangan dengan Yusuf. Hubungan mereka pun baik-baik saja. Entah apa yang akan dipikirkan oleh Yusuf bila tiba-tiba menyaksikannya hamil? Akankah Yusuf meninggalkan dia? 

Juga pada waktu itu seorang perawan, tiba-tiba hamil, bukankah akan menimbulkan aib luar biasa? Dia tentu akan dihukum mati dengan dirajam oleh bangsa Yahudi yang terkenal amat fanatik itu. Suatu hukuman yang amat mengerikan. 

Gabriel menjawab

Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Luk. 1:35) 

Mendengar ucapan malaikat itu maka hatinya pun tenang. Tidak timbul pikiran macam-macam. Dia percaya dan patuh semuanya kepada Tuhan Allahnya. Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk. 1:38) 

Yusuf menerima Maria

Ternyata kekuatiran Maria sebelumnya pun tidak terjadi. Yusuf memang mula-mula ingin menceraikannya secara diam-diam. Tapi melalui mimpi seorang malaikat berkata padanya agar dia jangan takut mengambil Maria menjadi istrinya. Sebab Anak yang dikandungnya itu berasal dari Roh Kudus. Ketika Yusuf bangun dari tidurnya, diambilnya Maria menjadi istrinya. Dia tidak berhubungan dengannya sampai dia melahirkan anak laki-laki yang dinamakan Yesus. 

Yesus lahir di Betlehem

Ketika Yusuf dan Maria sampai di Betlehem, tibalah saat Maria hendak melahirkan Yesus. Karena tidak mendapat tempat di penginapan, Yesus pun lahir di kandang binatang. Dia dibungkus dengan kain lampin dan diletakkan di palungan. Lahirlah Yesus Sang Penebus dan Tuhan di sebuah kandang binatang. 

Tetapi justru hal itulah yang seharusnya menjadi teladan bagi kita saat merayakan hari kelahiranNya. Kesederhanaannya amat menyentuh hati kita. Dan Maria yang menjadi Bunda dari Yesus, yang akan menjadi Raja bangsa Israel, harus melihat hal itu tanpa pujian dan kehormatan manusia. Bahkan dia akan menyaksikan bagaimana perbuatan Yesus yang tidak bersedia menjadi Raja duniawi ini, tetapi Dia telah menjadi Raja Sorgawi. Yusuf pun sebagai pasangan hidup Maria dengan rela menjaga Yesus sepanjang masa kecilnya. Demikianlah kisah yang sungguh-sungguh terjadi ini, semoga bisa menjadi teladan bagi kita. Selamat hari Natal 25 Desember. Amin.

Yohannes Lie, Sabtu 21 Desember 2019
GPdI Pangkalan Makmur, Pdt Welly Mokoago, Jumat 3 Desember 2021

Jumat, 15 November 2024

Melayani Pekerjaan Tuhan

 


"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efe. 2:10)


Bukti mengasihi Allah dan sesama

Melayani pekerjaan Tuhan itu karunia Tuhan yang amat berharga karena kesempatan untuk menerapkan ajaran kasih Yesus, mengasihi Allah dan sesama.

Misalnya saat seseorang rela memberitakan Injil, berarti dia mengasihi Tuhan. Mengapa? Karena memberitakan Injil itu tidak mudah. Banyak hambatan dan tantangan. Namun dia tetap setia melakukan kehendak Tuhan. Disamping itu, dia juga mengasih sesama karena merindukan keselamatan orang lain. 

Saat seseorang melayani doa syafaat, berarti dia menaati Firman Tuhan. “Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,” (1 Tim 2:1b). Dan juga mengasihi sesama karena memohonkan damai sejahtera bagi umat manusia.


Tugas semua orang percaya

Namun saat diminta melayani pekerjaan Tuhan, terkadang ada yang menjawab, "Maaf, jangan saya. Saya tidak sempat. Bukankah itu tugas pendeta?" Benarkah itu hanya tugas pendeta?

Ayat pokok di atas menjelaskan bahwa sebagai orang percaya, kita diciptakan Allah di dalam Yesus untuk melakukan perbuatan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Jadi Allah mempunyai tujuan saat menyelamatkan kita agar hidup dalam pelayanan itu.


Jangan hanya memikirkan diri sendiri

Jadi sebagai orang yang telah diselamatkan Tuhan, janganlah kita hanya memikirkan diri sendiri saja. Jangan hanya menikmati kasih karunia Tuhan tanpa mau berbagi dengan orang lain. 

Janganlah kita menerima keselamatan, tapi tidak mau berbagi keselamatan dengan orang lain. Kita diberkati secara materi oleh Tuhan, tapi tidak mau berbagi untuk pelayanan pekerjaan Tuhan.


Kawan sekerja Allah

Tuhan menghendaki kita turut berperan aktif dalam misi penyelamatan manusia yang terhilang. Kitalah kawan sekerja Allah, “Karena kami adalah kawan sekerja Allah” (1 Kor 3:9a)

Pelayanan yang Tuhan berikan pada kita bukan untuk membebani kita, tapi merupakan karunia berharga yang harus disyukuri. Mengapa? Karena Tuhan mempercayai kita melakukan pekerjaanNya. Hargailah tugas mulia yang Tuhan berikan pada kita dengan melakukannya secara sungguh-sungguh.


Banyak hambatan dan masalah

Namun, dalam melaksanakan pelayanan, tidak sedikit hambatan yang harus dialami. Melayani perlu waktu, tenaga, pikiran, dan dana yang tidak sedikit. 

Terkadang sudah berusaha sekuat tenaga, melayani, hasilnya tidak sesuai keinginan kita. Bukan dihargai, kita malah dicemooh. Hambatan bukan hanya dari luar tapi juga bisa dari dalam sendiri. 

Keadaan itu terkadang membuat seorang pelayan Tuhan putus asa dan merasa gagal. Akhirnya menyerah dan mundur dari pelayanan. Jika ini yang terjadi, tentu saja amat disayangkan. 

Ingat, kita bukanlah umat pecundang, tapi umat pemenang. Karena itu jangan pernah menyerah menghadapi hambatan. Anggaplah itu ujian yang membuat kita semakin kuat di dalam Tuhan.


Keberhasilan harus melalui proses

Keberhasilan tentu saja tidak datang dengan mudah dan instan. Ada proses dan tahapan yang harus dilalui oleh seorang pelayan Tuhan. Dan itu harus dilalui dengan hati penuh sukacita dan penuh kerelaan. Sebagai pelayan Tuhan, kita harus siap membayar harga.  


Bagaimana agar mampu bertahan?

Bagaimana agar bertahan dalam pelayanan pekerjaan Tuhan? Ada banyak hal yang harus dilakukan, antara lain adalah

a. Bergaul erat dengan Tuhan: Kita melayani pekerjaan Tuhan, jadi harus selalu berkomunikasi denganNya melalui doa dan membaca Firman Tuhan dalam pimpinan Roh Kudus. Dengan demikian kita akan semakin memahami kehendak Allah, iman kita semakin kuat, dan damai sejahtera Allah selalu melingkupi kita

b. Bekerjasama dengan rekan sekerja: Dalam melayani pekerjaan Tuhan diperlukan rekan sekerja yang memiliki visi sama. Harus saling mendukung, saling menguatkan, dan saling berbagi. Rekan sekerja bisa menambah semangat dan sukacita dalam pelayanan

c. Memiliki motivasi kasih: Motivasi pelayanan yang paling kuat adalah kasih. Sebelum menyerahkan tugas penggembalaan pada Petrus, Yesus pun bertanya apakah Petrus mengasih Dia (Yoh. 21:15) 

d. Berketetapan hati: Pelayanan memerlukan ketetapan hati atau komitmen. Pelayanan bukanlah pekerjaan asal-asalan.Pelayanan adalah pekerjaan Allah yang harus dilakukan serius. 

e. Rendah hati. Pelayan Tuhan harus rendah hati, siap dididik, dan dikoreksi, dan mau terus menerus mengembangkan diri. Tidak merasa diri paling penting, paling benar, dan paling hebat. Tidak merendahkan pelayanan orang lain. 

f. Bersukacita: Melayani jangan dengan berat hati, bersungut-sungut, atau mudah tersinggung, tapi harus dengan bersukacita penuh keceriahan.


Hidup adalah kesempatan

Hidup manusia itu terbatas, kesempatan untuk melayani pun terbatas. Jangan menunggu waktu yang baik untuk melayani. Karena kesempatan tidak selalu ada. Jika terlewatkan tidak akan kembali lagi. 

Ada yang ingin melayani tunggu saat tua, ternyata belum sempat melayani sudah terbaring tanpa daya. Manusia tidak tahu kapan saat kembali menghadap Tuhan. 

Kalau kita sudah melayani, maka saat Tuhan memanggil kita, kita pun tidak menyesal karena sudah melayani Dia dengan sungguh-sungguh.


Jerih payah kita tidak sia-sia

Alangkah berbahagianya kita, bila saat menghadap Tuhan, Dia berkata pada kita, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat 25:23)

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor 15:58)

Yohannes Lie, Jumat 15 Nop 2024


Kamis, 14 November 2024

Jangan Mencemarkan Perkawinanmu

 


“Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah..” (Ibr 13:4) 


Pernikahan Dini

Ketika sepasang remaja masih duduk di bangku sekolah dan belum pernah bekerja, tiba-tiba si wanita hamil, maka paniklah keduanya. Bisa saja saking kuatirnya, laki-laki itu kabur entah kemana. Makin bingunglah si wanita. Lapor ke orang tuanya, malahan ayah amat marah dan ingin mengusir dirinya. Saat anaknya itu lahir, tidak ada yang mengucapkan selamat padanya. Malah ejekan yang dirasakannya. Amat berat akibat mencemarkan arti perkawinan itu sendiri. Tapi peristiwa sudah terjadi, penyesalan pun tidak berguna.


Pernikahan Dewasa

Sebaliknya pernikahan menjadi kebahagiaan yang Tuhan berikan bila semuanya dilakukan sesuai aturan yang berlaku.  Mengapa demikian? Sebab sepasang kekasih yang telah dewasa dan mandiri, dan telah bersepakat untuk menikah di gereja. Amat banyak ucapan selamat berbahagia yang disampaikan oleh teman dan saudara. Ketika mereka mempunyai anak, kembali ucapan selamat berbahagia menghampiri mereka. Semuanya akan terasa amat menyenangkan.


Setelah Menikah

Namun setelah menikah selama beberapa tahun, dan sudah memiliki keturunan, maka terasa pernikahan itu menjadi biasa saja. Tidak ada lagi kemesraan yang demikian memikat. Semuanya berjalan rutin seperti biasa. Apabila hal ini mulai terjadi dalam suatu pernikahan, kedua pasangan itu harus mulai waspada.

Suami yang lelah bekerja mencari nafkah, isteri yang lelah mengurusi anak dan keluarganya, menyebabkan sedikit demi sedikit mulai kehilangan romantisme berkeluarga. Suami yang membosankan dan isteri yang tidak mengurus dirinya akan menyebabkan keduanya kehilangan gairah. Semua menjadi rutin dan hanya menjadi keharusan.


Bahaya Perselingkuhan

Jika kemudian, suami berjumpa dengan wanita lain yang menyenangkannya, atau isteri berjumpa dengan pria lain yang pintar merayunya, benih perselingkuhan mulai timbul. Terasa romantisme itu muncul kembali, dan gairah pun terasa kembali. Hati-hatilah. Ingatlah bila terjadi perselingkuhan, mungkin terasa suasana menjadi segar lagi. Semuanya terasa indah. Tetapi kemungkinan persoalan akan segera menyusul. 

Karena itu ingatlah pesan dalam ayat di atas. Janganlah kita mencemarkan pernikahan kita. Sebab semua itu hanyalah impian belaka. Dan hanya terjadi sesaat saja. Ingat orang sundal dan penzinah akan dihakimi oleh Allah. Jika itu sudah terjadi, mohonlah ampunan Tuhan. Amin.

Yohannes Lie, Kamis 14 Nop. 2024


Selasa, 12 November 2024

Media Sosial untuk Penginjilan

 


"Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Mat. 24:14)


Banyak Cara Memberitakan Injil

"Bagaimana caranya saya bisa memberitakan Injil ke orang lain? Bukankah saya amat sibuk, jadi tidak sempat melakukannya. Lagi pula itu pekerjaan hamba Tuhan, sedangkan saya bukan". Itulah berbagai bantahan pada saat seseorang ditawarkan untuk memberitakan Injil. Bermacam-macam sanggahan dari mereka. Padahal lihatlah Tuhan Yesus mengharuskan kita semua untuk memberitakannya. (Mat. 28:19-20)

Sebenarnya ada banyak cara memberitakan Injil Kerajaan Allah. Jadi bagi setiap orang yang ingin memberitakannya, silakan memilihnya. Tidak ada alasan untuk menolak karena merasa sulit. Asalkan sungguh-sungguh berserah pada Tuhan, pasti dia dapat melakukannya. Tetapi tentu saja bagi yang baru mulai harus belajar terlebih dulu dari orang yang sudah lebih berpengalaman. Mengapa? Supaya jangan sampai keliru menyampaikan kabar Injil itu.

Metode penginjilan paling populer adalah memberitakan Firman Tuhan di gereja secara rutin. Metode ini sangat kuat mempengaruhi pendengarnya di dalam pengiringannya kepada Tuhan. Namun tidak sembarang orang bisa melakukannya. Orang itu harus yang sudah pilihan atau terpercaya. Dia juga sudah tamat Sekolah Alkitab lebih dahulu. Kalau baru muncul, kemungkinan kecil untuk dapat melakukannya.

Metode lainnya adalah menyaksikan kasih Tuhan lewat tindakan sosial, misalnya berbagi kasih terhadap orang lain. Ada yang berbagi sembako atau makanan. Tindakan itu untuk menyatakan adanya Kristus dalam kehidupan kita. Atau bersaksi secara perorangan dengan orang lain sambil ngobrol tapi serius. Metode ini dapat dilakukan oleh orang yang masih pemula. Tapi kita juga harus bersiap memulainya dengan cara-cara tertentu. Metode penginjilan ini pun amat efektif. 

Kita juga bisa menyampaikan kebaikan Tuhan lewat tindakan kita sehari-hari yang dapat disaksikan oleh orang lain. Jadi tindakan kita merupakan bukti yang terbaik bagi orang lain.  Sehingga akhirnya orang lain pun bisa percaya pada Tuhan. Atau dapat juga lewat puji-pujian yang dinyanyikan sungguh-sungguh. Itu juga bisa mempengaruhi orang lain. 


Penginjilan Tanpa Tatap Muka

Namun ada cara penginjilan tanpa harus bertatap muka. Jadi kita tidak harus bertemu dengan orang yang diberitahu tentang Injil. Bagaimana caranya? Yang pertama adalah dengan membuka kursus tertulis Alkitab. Harus ada sekelompok orang mempersiapkan bahan ajarnya, lalu membuka kursus penginjilan pada orang yang mau menerimanya. Diberi buku pelajaran, juga pertanyaan agar peserta bisa menjawab, lalu diberi Surat Tanda Tamat kursus. Siswanya jika selesai akan menjadi orang yang terpercaya memberitakan injil. Jadi kita mendapat dua orang sekaligus, yaitu si siswa itu sendiri dan orang lain yang kemudian diberitakannya tentang injil.

Ada yang lewat radio, seperti sekarang ini. Kita memberitakan Injil berupa Firman Tuhan, dan para pendengar radio sebagai audiennya. Tujuannya untuk menguatkan kerohanian pendengar. Kalau ada yang belum mengenal Firman Tuhan bisa belajar sambil mendengarkannya. Kita tidak bertatap langsung tapi bisa saling mendengar suara yang memberitakan. Kita percaya pasti suatu saat ada yang mengikut Yesus Kristus lewat radio ini. Demikian juga lewat TV. Cuma biasanya lewat TV lebih formil sebab itu harus dipersiapkan lebih matang. 

Jika kita tidak sempat melalui radio, apalagi TV, bisa melalui channel Facebook, Youtube, Blogger, Twitter, Tiktok, ada banyak lagi yang bisa digunakan untuk pemberitaan penginjilan via internet. Contoh saat ini di gereja Agape Teluk Betung, sudah ada Youtube GPdI Agape TV. Marilah kita mencobanya. 

Janganlah kita seperti orang lain yang hanya menyampaikan isi hati yang sedang kesal. Atau jangan pula menampilkan kita sedang makan enak sehingga membuat orang lain menjadi iri hati. Atau kita juga jangan hanya bermain games atau nonton berita hoaks. Pakailah internet untuk menyampaikan isi hati Tuhan. Tapi janganlah berdebat tentang Firman Tuhan dengan orang lain, baik seiman atau dengan lain iman apalagi ditambah makian. Tuhan tidak suka kita berdebat bahkan sampai memaki-maki. 


Lewat radio setempat

Teman-teman seiman mengajak saya mengikuti jalur radio untuk memberitakan Firman Tuhan. Saya pun mengikut dan memulainya sejak tahun 2011 di Radio Heartline. Ada renungan dan tanya jawab. Siaran kami didengar sampai ke daerah seluruh Lampung, juga dari luar Lampung, bahkan sampai keluar negeri via streaming. Luar biasa, ternyata banyak orang yang ingin mendengarkannya.  

Ada orang yang mula-mula tidak percaya pada Tuhan Yesus, lalu berubah menjadi percaya. Puji Tuhan. Ada supir taksi yang membukanya saat berada di mobilnya. Menyampaikan salam mereka. Ada orang yang minta didoakan, ada yang bertanya, belum lagi yang ada di rumah-rumah, orang yang tidak bertanya, hanya mendengarkan saja, pasti banyak sekali. 

Dari hampir semua tempat di Lampung banyak yang mengirimkan pertanyaan dan minta didoakan. Dari Jakarta, Tangerang, Pegunungan Dieng, Yogyakarta, Maluku, Sulawesi dan lain-lain. Ada juga yang dari Australia, dari Hongkong, dari Amerika, mereka menyampaikan pertanyaan atau pendapat. Luar biasa. Tuhan itu amat baik.


Menyampaikan lewat media on-line

Sampai saat ini, saya pribadi sudah menyampaikan renungan lewat media on-line. Mula-mula dengan media Facebook. Saya tuliskan isi renungan saya di persekutuan doa, di rayon, di gereja dimana saya dipercaya untuk menyampaikannya, dan saya juga menyampaikan Firman Tuhan di radio di Facebook itu. 

Lalu saya membuat suatu blog yang diberi nama Cawan Hikmat, berisi renungan Firman Tuhan, Pelajaran Alkitab, puisi rohani, atau artikel penting untuk para pembacanya. Sekarang ini pembacanya sudah mencapai 855.300 orang. Per harinya antara 500-1200 orang yang membacanya. Ternyata kini sudah banyak yang merenungkannya. Tapi pada awalnya hanya sedikit yang membukanya, sekitar 50 orang per hari. Tapi lama kelamaan makin bertambah. 

Baru-baru ini saya membuat juga Youtube rohani. Baru sekitar 15 video yang saya sampaikan. Masih merayap dulu. Paling banyak sekitar 10-30 yang membukanya. Belum populer memang, tapi saya yakin bersama Tuhan kita pasti sukses. 


Penutup

Pada akhirnya, renungan ini saya sampaikan agar jika dari pendengar ada yang terpacu untuk memberitakan injil lewat media apa saja. Tuhan pasti memberkati kita. Demikianlah renungan ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Yohannes Lie, Selasa 20 September 2022
Mandala, 14 Oktober 2022

Senin, 11 November 2024

Aku Tidak akan Melupakanmu

 


“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” (Yes 49:15) 



Mengasihi anaknya

Seorang perempuan itu memiliki hati yang penuh kasih terhadap anak-anaknya. Dia akan menjaganya penuh kasih, memberi makan sesuai yang dibutuhkan. Sering bercengkrama dengan bayinya. Bila susunya tidak cocok maka dia akan menggantinya.

Saya mempunyai seorang ibu. Anak ibu ada sebelas orang, tapi kami mendapatkan kasihnya secara merata. Sehingga kami merasa semuanya adil, tidak berat sebelah. Sungguh beruntung kami semua. Akibatnya kami kakak-beradik semuanya selalu saling mengasihi. Tapi bila mama mempunyai makanan yang enak, tentu saja anak yang kecil diajaknya makan. Kami pun menyadarinya. Begitulah kami diajarkan untuk saling mengasihi.

Ketika saya berkeluarga, kami mempunyai anak tiga orang. Seorang perempuan dan dua laki-laki. Ternyata mereka bertiga pun saling mengasihi. Sekarang ketiganya sudah keluar dari rumah. Tapi isteri saya perhatiannya masih terus tertuju kepada ketiganya. Tapi anak kami yang bungsu mendapat perhatian penuh. Karena dia belum menikah. Selalu ditanya sudah makan belum, bagaimana keadaannya, dan lain-lainnya. Hampir setiap hari.


Tidak mengasihi anaknya

Tetapi walau pun seorang wanita amat mengasihi anak-anaknya, ternyata banyak juga kendala yang menguasainya sehingga dia akan kesulitan menyatakan kasihnya. Kadang-kadang situasi yang ada tidak memungkinkan untuk dihadapinya. Misalnya pasangan yang belum siap menikah, tetapi sang wanita sudah hamil duluan. Mereka menjadi ketakutan. Akhirnya sang bayi terpaksa dibuang, walau dengan hati yang amat pedih. Atau wanita yang belum bersuami, tetapi hamil karena diperkosa atau ternyata kekasihnya banyak. Si bayi pun mengalami beberapa kesulitan, bahkan dia akhirnya dibunuh. 

Ada seorang teman saya, yang merasa amat benci kepada ibunya. Mengapa? Karena pada suatu waktu ayahnya mengalami kecelakaan pesawat sehingga meninggal. Kemudian karena ibunya harus tetap hidup, dia menikah lagi dengan pria lain. Ditinggallah teman saya yang masih kecil itu dengan adik wanitanya. Dititipkannya di tempat tantenya. Untung tantenya sangat baik. Tapi dia tidak mau bertemu lagi dengan ibunya, yang sering kangen pada dirinya. Dia sangat kesal dengan ibunya yang dianggapnya tidak setia pada ayahnya dan anak-anaknya.

Ada juga seorang wanita muda yang amat membenci ayahnya, kali ini sang ayah, yang sering berselingkuh dengan wanita selain ibunya. Sehingga keluarga ini berpisah ketika anaknya masih sangat kecil. Sampai saat ini, wanita muda tadi tidak mau mengakui sang ayah. Dia menganggap ayahnya sudah tidak ada.


Sekali pun dia melupakannya

“Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” Ya, walau pun ada banyak wanita yang melupakan anaknya, tetapi Tuhan Allah tidak akan pernah melupakan kita. Sungguh luar biasa kasih Tuhan kepada kita, orang yang penuh dosa dan kesalahan. Tuhan ternyata demikian mengasihi kita.

Bapak, ibu, dan saudara sekalian, mungkin kita sering merasa kecewa dengan keadaan orang tua kita, khususnya ibu kita, yang sudah melupakan kita, ingatlah bahwa Tuhan tidak sedetik pun melupakan kita. Bahkan di ayat selanjutnya, Tuhan mengatakan, “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.” 

Tuhan bukan saja tidak akan melupakan kita, tetapi Dia bahkan melukiskan kita di telapak tanganNya. Sungguh luar biasa. Kita akan selalu diingatNya setiap saat. Karena itu marilah kita melupakan pengalaman pahit yang kita alami, terutama saat merasa tidak diperhatikan orangtua kita. Kita lupakan semua itu. Dan mari kita memaafkannya. Terpujilah Tuhan yang amat penuh kasih. Amin.

Yohannes Lie, 1 Nopember 2024
Lapas Narkoba, Senin 11 Nop 2024

Minggu, 10 November 2024

Jangan Menukar Keselamatanmu

laba-laba

“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26)

Laba-laba Black Widow

Di Amerika Utara ada sejenis laba-laba disebut “black widow” (janda hitam). Betinanya berukuran dua kali lebih besar dari jantan. Laba-laba ini punya kebiasaan aneh. Selesai jantan mengawini betina, dia harus berlari cepat, sebab jika tertangkap, dia akan dimakan si betina. Hampir tidak ada jantan yang lolos. Itu sebabnya si betina disebut janda karena setelah kawin langsung kehilangan suami.
   
Apakah si jantan tidak tahu resiko itu? Pasti tahu, buktinya dia segera berlari. Tapi demi memenuhi nafsu sesaat, dia berani menanggung resiko kehilangan nyawa. Dia mau menukar hidupnya hanya dengan kesenangan sesaat.


Manusia sering bersikap demikian

Tapi ternyata manusia pun sering bertindak seperti itu. Demi memenuhi nafsu seksnya, manusia ada yang nekat berzinah. Apa resikonya? Jika pasangannya tahu, pasti terjadi pertengkaran dan kemungkinan bisa terjadi perceraian. Hal itu menimbulkan aib keluarga.

Tidak sedikit yang terkena penyakit kelamin. Bagi wanita yang belum menikah berresiko hamil di luar nikah. Bahkan ada yang kehilangan nyawa karena dibunuh. Tidak hanya itu, orang itu juga bisa kehilangan keselamatan kekal sebab penzinah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (1 Kor 6:9-10)
   
Apakah mereka tidak sadar akibatnya? Mereka sadar, tapi karena dorongan nafsu, mereka tidak peduli dan nekat. Mereka sama seperti laba-laba jantan itu, mau menukar keselamatan jiwanya hanya demi kesenangan sesaat.

Tawon mati setelah menyengat

Contoh lain adalah tawon madu. Tawon ini jika terganggu, akan marah dan berusaha menyengat si pengganggu. Tapi setelah menyengat, dia akan mati. Demi memuaskan nafsu marah, dia harus mati.
   
Manusia pun ada yang berperangai seperti tawon itu. Jika disakiti berusaha membalas. Bahkan ada yang berusaha membunuh demi balas dendam. Namun terkadang justru dia sendiri yang terluka atau terbunuh.
   
Membalas dendam memang memuaskan, tapi resikonya besar. Itulah sebabnya Yesus mengajarkan kita mengampuni. Bukan demi kebaikan orang yang menyakiti kita, tapi demi kebaikan kita sendiri.  

Tragedi Adam dan Hawa

Kita tahu kisah tragis Adam dan Hawa. Hanya karena ingin makan buah terlarang, mereka harus menukarnya dengan penderitaan dan kematian. Bukan hanya mereka yang menanggung akibatnya, tapi juga seluruh umat manusia.
   
Pertukaran yang amat tidak sebanding. Mereka hanya menggigit buah itu sedikit, tapi penderitaan dan kematian berlangsung terus sampai saat ini. Mereka tahu resikonya. Tapi mereka tetap nekat melanggar larangan Allah.

Esau yang menjual hak kesulungan 

Kisah lain adalah Esau yang menukar hak kesulungannya dengan masakan kacang merah. (Kej. 25:29-34) Kepuasan makan kacang merah hanya sebentar saja tapi akibatnya dia kehilangan berkat kesulungannya. Pertukaran yang tidak sebanding. Esau amat menyesalinya (Kej. 27:38). 

Kesia-siaan Salomo

Kesenangan duniawi yang diingini manusia adalah kekayaan, kekuasaan, kepintaran, popularitas, atau wanita. Raja Salomo sudah memiliki semua itu. Kekuasaan dan kekayaannya amat besar. Dia raja yang terkenal berhikmat. Saking populernya, ratu Syeba mengunjungi dan mengaguminya (1 Raja 10) Salomo mempunyai 700 istri dan 300 gundik (1 Raja 11:3).
   
Namun apa pendapatnya? “Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.” (Pengk.1:2) Kesenangan duniawi hanyalah kesia-siaan belaka. Sungguh malang manusia yang hanya mengejar kesenangan duniawi dalam hidupnya dan melupakan keselamatan jiwanya. Yesus berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” 

Manusia menyadari hal itu

Suatu hari saya bertanya pada teman, “Seandainya bapak diberi kekayaan 100 milyar rupiah, kekuasaan, rumah dan mobil mewah, dan wanita yang amat cantik, tapi besoknya dihukum mati dibakar, mau tidak?” Cepat dia menjawab, "Tidak mau.” Saya lanjutkan, “Bagaimana jika diperpanjang menjadi 10 tahun. Mau tidak?” Dia tetap menolak.
   
Saya kejar lagi, “Kalau seumur hidup? Mau tidak?” Dia menjawab, “Pak, walau seumur hidup saya menikmatinya, tapi waktu itu pasti akan berakhir. Kalau waktunya berakhir, semua kesenangan itu pun berhenti. Setelah itu, menghadapi hukuman mati dibakar. Sudah pasti tidak ada yang mau.” 
   
Ya, di dalam hati manusia, ada pemikiran seperti itu. Tapi kenyataannya, banyak manusia, demi memuaskan nafsunya bersedia kehilangan keselamatan, dan menerima hukuman kekal dibakar di api neraka. Sungguh pertukaran tidak sebanding.

Orang Kristen menukar keselamatannya

Demi mendapatkan pasangan hidup, ada orang Kristen yang rela meninggalkan imannya pada Yesus dan akibatnya kehilangan keselamatan. Padahal setelah menikah, belum tentu mendapat kebahagiaan
   
Demi mendapat kekuasaan, kekayaan, atau apa pun yang ditawarkan dunia ini, ada orang Kristen yang bersedia meninggalkan Yesus dan kehilangan keselamatan. Padahal semua tawaran itu tidak seberapa dan terkadang dinikmatinya hanya sekejap saja.

Bolehkah kita menikmati kehidupan?

Jika demikian, bolehkah kita menikmati hidup ini? Amsal 3:13 menulis, “Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.” Jadi kita boleh menikmati hidup yang berasal dari pemberian Allah.
   
Karena itu carilah pasangan hidup yang seiman, bekerjalah sekuat tenaga untuk keluarga sesuai ajaran Tuhan, raihlah prestasi terbaik, kejarlah masa depan penuh kebahagiaan. Tuhan menjanjikan semua berkat itu bagi kita.

Jangan meninggalkan Tuhan

Tapi janganlah meninggalkan Tuhan dan iman kita demi memuaskan keinginan menikmati dunia sehingga kehilangan keselamatan. Keselamatan jiwamu jauh lebih berharga dari apa pun di dunia ini. Utamakan Tuhan di atas segalanya, maka engkau akan berbahagia di dunia dan di Sorga. Tuhan memberkati. Amin

Yohannes Lie, Heartline, Jumat 18 Juli 2014
Heartline, Jumat 5 Oktober 2018
Glory Ministry, Heartline, Jumat 12 Januari 2024
GPdI Filadelfia, Parengkuan, Minggu 10 Nop 2024

Kamis, 07 November 2024

Domba Tersesat yang Dicari


"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (Luk. 15:7)

 

Yesus sedang berjalan

Pada suatu hari Yesus sedang berjalan bersama dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Mereka juga makan bersama denganNya. Biasanya mereka datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia karena pengajaran Yesus yang amat berkuasa dan amat menghibur hati mereka. Tetapi melihat semua itu, mulailah bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Lihatlah Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." (Luk. 15:1-2) Mereka bukannya bersyukur untuk hal itu, malahan mereka menghujat Dia.

Memang sungguh aneh orang Farisi dan para ahli Taurat ini. Apakah mereka juga bukan orang berdosa? Bagaimana bisa mereka mengatakan Yesus menerima orang berdosa? Padahal mereka juga sama-sama orang berdosa. Kita juga semuanya adalah orang berdosa, ya kita semua, tidak ada yang terkecuali. Atau mungkin mereka menganggap bahwa diri mereka semuanya orang suci? Sungguh kasihan mereka itu. Tidak menyadari bahwa diri mereka juga orang berdosa.

Rupanya maunya mereka, Yesus itu hanya bergaul dengan mereka yang merasa diri orang suci dan menolak orang berdosa itu. Mungkin supaya mereka merasa nyaman bersama dengan sesama orang suci. Tidak usah mempedulikan orang berdosa itu. Wah, kejam sekali mereka itu. Mereka hanya ingin keselamatan itu untuk mereka sendiri saja. Padahal justru Yesus datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Untuk kita semua yang merasa diri sebagai orang berdosa.

 

Pemungut cukai

Nah, kenapa pula orang pemungut cukai terbawa-bawa? Bukankah orang pemungut cukai itu petugas pajak. Ya memang, petugas pajak atau pemungut cukai, pada zaman Yesus itu, adalah penarik pajak bagi Kerajaan Romawi yang sedang menjajah umat Yahudi. Disamping itu mereka juga sering korupsi untuk memperkaya diri mereka sendiri, padahal mereka sama-sama orang Yahudi. Itulah para pemungut cukai bangsa Yahudi. Lain dengan para petugas pajak saat ini.

Karena itu para pemungut cukai juga dianggap orang berdosa. Ingat ketika Yesus memanggil Zakheus, orang pemungut cukai. Sebelum bertobat dia mengakui kalau dulunya dirinya sering korupsi. Tapi ketika dia bertobat segala yang pernah dia ambil, akan dia kembalikan semua. Puji Tuhan.

 

Seekor domba tersesat

Mendengar perkataan mereka seperti itu, Yesus pun menyampaikan suatu perumpamaan. Kira-kira seperti ini. Misalnya seseorang memiliki seratus ekor domba. Kemudian seekor domba hilang karena tersesat, bukankah dia akan pergi mencarinya sampai menemukannya? Sedangkan yang sembilan puluh sembilan ekor domba akan ditinggalkannya di padang gurun? Kalau sudah ditemukannya, dia akan meletakkannya di atas bahunya dengan gembira.

Setibanya di rumah, dia akan memanggil teman-temannya dan tetangganya dan berkata pada mereka, “Bersukacitalah bersama denganku. Sebab domba yang hilang itu telah kutemukan.” Dia meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor domba di padang gurun, dan dia pergi mencari seekor domba yang tersesat tadi. Itulah karakter gembala yang baik.

 

Satu orang bertobat

Demikian juga, Yesus berkata, “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (Luk. 15:7)

Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." (Luk. 5:31-32) Yesus datang bukan untuk orang yang merasa drinya benar, tetapi untuk mereka yang merasa amat berdosa.

 

Penutup

Yesus adalah Tuhan dan Allah yang turun ke dunia untuk menyelamatkan kita semua orang berdosa yang mencarinya. Dia adalah Tuhan yang amat berkuasa untuk menyelamatkan kita semua yang berdosa ini. Mintalah ampun pada Yesus, Tuhan kita. Tetapi janganlah kita lupa, “Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yoh. 8:11b) Dia sudah mengampuni kesalahan dan dosa kita, karena itu berusahalah untuk tidak berbuat dosa lagi.

Tuhan memberkati kita. Amin.

Yohannes Lie, Lapas Narkoba, Senin 27 Nop 2023
Sumur Batu, Kamis 7 Nop 2024

Kamis, 31 Oktober 2024

Belajarlah pada Semut

 Nasihat


“Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas” (Ams. 30:25)

Semut mahluk yang kecil

Ketika masih remaja, saya sering memperhatikan serangkaian semut sedang berjalan beriringan. Mereka berjalan satu per satu pada jalur tertentu. Tidak berrebutan untuk saling mendahului. Bila berpapasan dengan temannya yang pulang, mereka akan saling menempelkan antenenya. Rupanya ketika itu mereka sedang memberi informasi kepada yang lain. Saya senang memperhatikan mahluk kecil ini. 

Ya, semut ini adalah mahluk yang cukup kecil. Namun mereka bergerombolan menjadi suatu pasukan yang amat hebat. Ketika menghadapi musuhnya, mereka akan berperang tanpa pernah takut. Bahkan terkadang mereka berperang sampai mati demi membela bangsa semut. Mereka tidak takut dengan binatang yang lebih besar. Mereka bahkan berani melawan kecoa, laron, atau anak burung. Manusia yang mengganggunya pun digigitnya, walau mungkin mereka akan mati karenanya.

Semut sebetulnya amat kuat

Dan semut ini sebetulnya amat kuat dibandingkan ukuran tubuhnya yang kecil. Walaupun nampaknya ia lemah karena mudah dibunuh oleh mahluk lain, namun mereka kuat ketika membawa benda yang lebih besar dari ukuran tubuhnya. Saya memperhatikan bagaimana mereka membawa makanan yang mereka temukan. Apakah gula, kue-kue, binatang mati yang jauh lebih besar, atau daun-daunan, mereka akan membawanya. Bahkan benda-benda yang beratnya mungkin beberapa kali berat tubuhnya, mereka sanggup membawanya ke sarangnya. Sesungguhnya mereka amat kuat. 

Waktu kecil pun saya pernah bermain dengan tiga jari, yaitu jari jempol yang berarti gajah, jari telunjuk berarti orang, dan jari kelingking berarti semut. Peraturannya semut kalah dengan orang, sedang orang kalah dengan gajah. Tapi anehnya, ternyata gajah kalah dengan semut. Dikatakan gajah tidak bisa membunuh semut, tapi semut bisa membunuh gajah dengan menggigit dalam telinganya. Kalau dipikir-pikir memang lucu dan aneh, sebab bagaimana mungkin gajah kalah dengan semut. Tetapi itulah permainan. Semut ternyata memiliki kelebihan, walau pun hanya dalam permainan anak-anak.

Bergotong-royong

Keunggulan lain dari semut adalah jiwa gotong-royongnya. Dulu mungkin kita masih suka bergotong-royong dengan para tetangga kita. Namun saat muncul kesibukan dalam pekerjaan, mulailah luntur sikap kita itu. Bahkan mungkin kita tidak saling mengenal dengan tetangga kita. Tetapi semut tetap memiliki jiwa itu. 

Saat mereka bergerak bersama, saat membangun suatu komunitas, saat menghadapi bahaya, dan lain-lain, mereka tetap bersatu. Bahkan ketika berusaha menyeberangi sungai, mereka saling mengaitkan tubuh satu dengan yang lain. Sehingga akhirnya mereka bisa mencapai seberang. Sungguh suatu pribadi yang amat luar biasa, yang sulit bagi kita untuk mengikutinya.

Belajarlah pada semut

Amsal 30:25 menuliskan bahwa “Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas”. Jadi walaupun semut itu tidak kuat dibandingkan manusia, tetapi mereka itu rajin. Mereka bersama-sama berusaha menyediakan persediaan makanannya pada musim panas. Jadi ketika datang musim dingin dimana banyak makanan alami akan menghilang, mereka sudah siap dengan cadangan makanan tersebut. Amanlah hidup mereka.

Dan di dalam Amsal 6:6-8 juga dikatakan, “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.” 

Jadi jika seseorang hidupnya amat malas. Malas melakukan apa pun. Hanya makan, bermain-main, dan tidur saja yang dikerjakan, mereka harus belajar dari semut ini. Pergilah kepada semut dan perhatikan lakunya. Mengapa? Supaya orang itu bisa berubah menjadi bijak. Dia yang semula malas saja, akan berubah menjadi rajin saat itu. Sebab semut itu, walaupun tanpa pemimpin yang mengaturnya atau penguasa yang ditakuti, namun mereka dapat menyediakan makanan di waktu panen.

Bukankah seharusnya jika membaca ayat itu, kita harus melepas segala kemalasan kita. Kita harus giat lagi bekerja untuk menyediakan makanan bagi diri kita dan juga keluarga. Jangan sampai kita masih bermalas-malasan dan tidak mau bekerja. Kita harus malu terhadap semut-semut yang kecil ini.

Kita harus malu

Benar sekali, seharusnya kita malu dengan semut ini. Bagaimana binatang kecil yang hanya hidup sebentar saja, namun mempunyai prinsip yang teguh bagi bangsanya. Mereka siap bertempur sampai mati demi membela bangsanya. Mereka siap bersusah-payah mencari makanan demi kepentingan bersama. Mereka bersatu dan tidak berkelahi satu sama lain. 

Sedangkan kita, manusia sering bermalas-malasan, berbuat onar, saling menyalahkan satu sama lain, dan tidak sungguh-sungguh berusaha untuk mendapatkan penghasilan. Atau sering menunda-nunda pekerjaan. Kita bahkan sering marah pada sahabat kita, sering menyindir teman kita yang rajin bekerja. Kita juga tidak mau bersatu. Padahal bersatu itu bisa membuat kita maju. Belajarlah pada semut yang kecil itu.

Sadarlah sekarang

Kini kita harus sadar mengenai kehidupan manusia. Manusia, yang katanya mahluk paling sempurna, ternyata masih bisa berbuat buruk terhadap manusia lainnya. Bisa bersikap egois. Tidak perduli dengan orang lain. “Yang penting saya nyaman.” 

Tentu saja kita harus lebih banyak introspeksi diri. Mungkin tanpa sadar kita sudah bertindak jauh dari keharusan yang Tuhan kehendaki. Mungkin kita sudah lupa dengan keadaan diri kita sendiri. Sehingga kita bisa saja merasa iri hati, kesal, jengkel, dan berbagai perasaan yang lainnya.

Baiklah mulai saat ini, kita lupakan segala persoalan pribadi kita. Mari kita lebih memandang kasih Tuhan di sepanjang hidup kita. Bukankah Dia selalu meyertai kita setiap saat? Tetapi kita cepat sekali melupakan kebaikanNya. Terpujilah Tuhan atas segala yang telah dikaruniakanNya kepada kita. Ampuni kami ya Tuhan. Amin.

Yohannes Lie, Jumat 20 September 2019
Sumur Batu, Kamis 31 Oktober 2019
Heartline, GPdI Agape, Selasa 6 Desember 2022

Minggu, 29 September 2024

Buanglah Sampah di Hati Kita

 Sampah di hati


"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu. (Ams. 4:23-24)

Sampah harus dibuang

Sampah adalah barang atau sesuatu yang sudah tidak berguna lagi. Karena itu, di mana saja, baik di rumah, di pasar, atau di kantor, sampah harus dibuang. Jika tidak, sampah akan mengganggu kebersihan, menimbulkan bau tidak sedap, dan dapat menimbulkan penyakit. 
 
Demikian pula sampah yang ada dalam tubuh manusia, setelah diproses, otomatis akan dikeluarkan dari tubuh. Jika ada gangguan pembuangan, tubuh akan terasa tidak nyaman dan dapat keracunan. Akibatnya akan timbul berbagai penyakit. 

Sampah di komputer

Sampah adalah barang atau sesuatu yang sudah tidak berguna lagi. Karena itu, di mana saja, baik di rumah, di pasar, atau di kantor, sampah harus dibuang. Jika tidak, sampah akan mengganggu kebersihan, menimbulkan bau tidak sedap, dan dapat menimbulkan penyakit. 
 
Demikian pula sampah yang ada dalam tubuh manusia, setelah diproses, otomatis akan dikeluarkan dari tubuh. Jika ada gangguan pembuangan, tubuh akan terasa tidak nyaman dan dapat keracunan. Akibatnya akan timbul berbagai penyakit. 


Sampah dalam hati

Dalam hati manusia pun bisa tersimpan sampah yaitu perasaan atau pikiran buruk antara lain iri hati, kecewa, sakit hati, kebencian, dendam, marah, merasa terhina, sedih berlebihan, dan putus asa.
 
Sampah ini membebani perasaan, menyebabkan sakit hati dan penyakit fisik, dan juga membusukkan tulang. “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.” (Ams 14:30) Jika sampah ini tidak segera dibuang tentu akan menimbulkan berbagai masalah kehidupan.

Merusak sukacita 

Sampah hati ini pun dapat merusak sukacita yang diberikan Tuhan pada umatNya. Firman Tuhan mengatakan “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp 4:4) Namun bagaimana seseorang mampu bersukacita, jika sampah itu masih tersimpan dalam hati? Mereka tentu akan kehilangan semangat. Perasaan hatinya pun menjadi hambar. 

Berujung pada tragedi

Kejadian 4:5-7 mengisahkan korban persembahan Kain tidak diindahkan Tuhan sedangkan korban Habil diterima. “Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?”
 
Rasa iri yang disimpan dalam hati Kain membuatnya panas hati sehingga wajahnya menjadi muram dan pada akhirnya berujung pada pembunuhan.

Kehilangan kasih semula

Jemaat Efesus adalah jemaat yang rajin dan tekun bekerja untuk Tuhan, tidak sabar terhadap orang jahat, membongkar kepalsuan rasul palsu, sabar dan menderita karena Kristus. Namun karena jengkel dan marah terhadap orang jahat dan rasul palsu di lingkungan mereka, tanpa sadar mereka kehilangan kasih semula. (Wah 2:2-4) Akibatnya jemaat ini ditegur Tuhan. 
 
Perasaan jengkel dan marah amat berpotensi menyebabkan seseorang kehilangan kasih. Situasi saat ini pun mungkin bisa membuat jemaat marah, jengkel, kecewa menyaksikan kejahatan di lingkungan mereka. Jagalah hati kita agar tidak tercemar oleh perbuatan orang-orang jahat itu.

Bersihkan hatimu

“Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.” (Kol 3:8)
 
“Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Ibr 10:22)
 
Seseorang yang telah dibersihkan hatinya akan merasa lega dan bahagia. Dia akan berbuat kebaikan bagi orang lain sehingga sukacita akan terpancar dari wajahnya. Ketika hati kita bersih, kita dapat menghadap Tuhan dengan hati tulus. 

Terpancar dari sikap hidup

“Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." (Luk 6:45) 
 
Jika seseorang mempunyai hati yang baik maka perkataannya pun baik dan tulus. Sikapnya selalu ramah dan penuh senyuman. Menguatkan hati yang lemah, menghibur hati yang berduka, memberi semangat bagi yang gagal. Mampu memotivasi orang untuk kembali bersemangat dan melakukan kebaikan. Mengangkat mereka yang terjatuh.  

Arahkan pandanganmu 

“Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka.” (Ams. 4:25) Arahkan pandangan kita hanya pada Tuhan Yesus yang penuh kasih dan kebaikan. 
 
Jika kita sibuk memandang kiri kanan, melihat berbagai kejahatan dan kesalahan orang lain maka hati kita akan tercemar dan terpengaruh keburukan mereka. Kita akan menghakimi mereka dan hal itu akan membuat kita merasa kesal, jengkel, marah atau kecewa. 
 
Berbahaya jika timbul kesombongan, ketika merasa diri lebih baik dan lebih suci daripada mereka. Akibatnya, kita akan kehilangan kasih semula.

Masihkah menyimpan sampah?

Mari kita menguji hati kita masing-masing. Apakah kita masih menyimpan sampah keburukan di hati kita? Seberapa jauh kita terjatuh dan kehilangan kasih dan sukacita karena hal itu? 
 
Tidak ada gunanya menyimpan sakit hati, kemarahan, dendam, kebencian. Buanglah semua itu. Bersihkan hati kita. Gantilah dengan kasih, pengampunan, kerendahan hati. Arahkan pandangan kita hanya pada Tuhan. Sukacita Tuhan akan melingkupi hati kita disertai rasa damai dan kasih Tuhan.
 
Memang amat sulit membuang hal-hal negatip itu. Namun jika kita menyadari dampak buruk bagi diri pribadi kita, mohonlah bimbingan Roh Kudus untuk memperbarui hati kita. Kita pasti mampu melakukannya bersama Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Yohannes Lie, Sumur Batu, Kamis 8 Maret 2018
Heartline, Jumat 16 Maret 2018
GPdI Agape, Heartline, Selasa 5 Maret 2024

Minggu, 22 September 2024

Hakim dan Seorang Janda

 Doa


“Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk. 18:7-8)

Menghadapi masalah

Mungkin anda pernah mengalami suatu masalah. Atau bahkan mungkin saat ini justru sedang mengalaminya. Masalah itu terasa rumit sekali. Sehingga anda merasa kesulitan untuk mengatasinya. Sudah berupaya sekuat tenaga anda untuk menyelesaikannya dengan segera. Dan segala usaha sudah anda lakukan. 

Bahkan anda pun sudah berdoa. Ya, sudah berdoa untuk memohon pertolongan Tuhan agar dapat membantu anda mengatasinya.  Namun, ternyata masalah itu tidak kunjung selesai juga. Anda rasanya sudah tidak mampu mengatasinya lagi. 

Tuhan seolah-olah membiarkan anda berjalan sendiri tanpa memberikan pertolongan. Persoalan itu tetap menghantui anda. Ya, seolah-olah Tuhan tidak pernah mendengarkan anda. Seakan-akan dia tidak perduli dengan penderitaan anda. Sehingga anda merasa bahwa ucapan doa itu hanyalah bagaikan ucapan yang sia-sia belaka. 

Pernah merasakannya

Jika seperti itulah perasaan anda, ternyata perasaan kita pun pernah sama. Sebab hal itu tidak hanya terjadi pada diri anda saja, tetapi juga terjadi pada saya. Saya pernah juga mengalaminya. Bahkan terjadi juga pada setiap manusia. Banyak yang mengatakan bahwa saya orang yang cukup kuat dan imannya teguh. Tidak mungkin saya akan tergoncang. Tetapi itu tidaklah demikian. Saya pun pernah merasa demikian terpuruk ketika datangnya masalah itu. Saya selalu berdoa agar masalah itu segera selesai, tetapi tetap saja saya merasakannya. 

Saya tidak berani bicara dengan pendeta atau teman-teman seiman. Saya tidak mau mereka mengetahuinya. Mungkin hal itu malahan akan menambah masalah saya menjadi semakin berat. Karena itu masalah itu hanya saya sampaikan langsung ke Tuhan lewat doa saya. Saya berharap, berharap dan berharap padaNya untuk memberi pertolongan pada saya, namun semuanya itu seolah-olah hampa. Tidak ada penyelesaian sama sekali. Seolah-olah Tuhan tidak tersentuh oleh doa kita.

Kita pun kecewa

Akibatnya seperti yang anda juga rasakan, saya pun merasa amat kecewa. Tuhan yang selalu kita harapkan dapat menolong kita, ternyata berdiam diri saja. Sampai-sampai saya pernah berpikir, “Tuhan, benarkah Engkau ada dalam hidup ini? Dimanakah Engkau saat kubutuhkan?” Namun Tuhan tetap berdiam diri saja. Seolah-olah dia tidak mau menyelesaikan masalah saya. 

Kemudian teringatlah saya dengan teriakan raja Daud ketika dia pun berada dalam persoalan hidupnya. Dia pun berseru, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.” (Maz. 22:2-3) Ternyata raja Daud pun pernah mengalami hal itu. Dia berseru tetapi Tuhan berdiam diri saja. Sehingga dia merasa tidak tenang.

Setelah saya membaca renungan dalam kitab Mazmur itu, saya merasa terhibur. Saya berpikir, Daud saja seorang raja yang demikian hebat dipakai Tuhan, bisa merasakan hal itu. Ternyata Daud pun sama dengan kita. Rupanya tak ada seorang pun yang tidak pernah mengalami kekecewaan seperti itu.

Hakim dan seorang janda

Kemudian saya juga membaca kisah perumpamaan Yesus. Yaitu kisah tentang seorang janda dan hakim. Perumpamaan itu disampaikan Tuhan agar kita selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.

Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku." (Luk. 18:2-5)

Kita tidak tahu apa masalahnya yang dihadapi janda itu. Disitu dikatakan bahwa hakim ini adalah hakim yang keputusannya tidak bisa adil. Jadi sebetulnya si janda itu tidak bisa berharap dia akan dimenangkan perkaranya. Beberapa kali hakim itu menolaknya. Ingin menyuapnya, janda itu sepertinya tidak punya uang. Lantas bagaimana langkahnya? Maka dia pun datang berulang-ulang, menghadap hakim itu sambil memohon pembelaan darinya. Akhirnya hakim itu pun pusing lalu membenarkan janda itu bukan supaya janda itu menang, tetapi karena hakim itu takut diserang oleh janda itu. 

Perhatikan perkataan Tuhan, “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!” Walau pun hakim itu tidak takut dengan Allah dan tidak menghormati orang, akhirnya dia membenarkan si janda itu. Apalagi Allah yang di sorga, apakah dia tidak akan membenarkan kita sebagai orang percaya? Pasti Dia akan membenarkan kita. Dari situlah saya kembali berharap kepadaNya, meskipun pernah juga hampir goyah. Tak lama setelah itu, ternyata Tuhan pun menjawab semua doa-doa saya. Puji Tuhan.

Jangan berputus asa

Memang kita bisa bosan dalam berdoa dan memohon kepadaNya. Disamping itu kita umumnya ingin agar doa kita segera dijawab Tuhan. Tetapi kita harus selalu bersabar menunggu waktunya Tuhan. Waktu kita dan waktu Tuhan memang terkadang berbeda. Namun pemberianNya tidak pernah terlambat. “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.” (Ams. 3:11a) Ya, Tuhan pasti akan membuat masalah kita menjadi kemenangan bagi kita. Karena itu janganlah kita berputus asa. Tetaplah kita terus berdoa memohon belas kasih Tuhan.

Lakukan yang bisa kita lakukan sesuai kemampuan kita, dan biarkan Tuhan mengerjakan selebihnya. Maka akan terasa indah hasilnya. Raja Daud pun akhirnya dapat menyelesaikan masalahnya walau pun semula dia mengeluh pada Allah. Tetapi Allah memberi dia jalan keluar yang terbaik baginya. Demikian juga Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita semua yang selalu berharap padaNya. Seperti saya akhirnya mendapat jawaban dari Tuhan, anda pun akan juga mendapatkan jawaban dariNya. Amin.

Yohannes Lie, Selasa 20 Agustus 2019
Heartline, Jumat 30 Agustus 2019 
GPdI Agape, Selasa 24 Sept 2024

Sabtu, 21 September 2024

Jawaban atas Doa

 


“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Mat. 6:6)


Pernah berdoa

Semua Kristen dewasa pasti pernah berdoa. Nah sesuai ayat di atas, kalau kita akan berdoa, Tuhan mengajarkan agar masuk dalam kamar, menutup pintu, barulah mulai berdoa. Mengapa? Sebab Bapa yang melihat seseorang berdoa di tempat tersembunyi, akan membalasnya. Bagaimana kalau doa itu tanpa disengaja telah didengar orang lain, lalu dipujinya orang itu? Hal itu tergantung tujuan orang itu berdoa, apakah supaya didengar orang atau tidak. Kalau dia tidak bermaksud demikian, tentu tidak apa-apa sebab dia bukan secara sengaja memperdengarkan doanya.

Pernah suatu hari saya pergi ke suatu gereja untuk membawa titipan kepada gembalanya, tapi ternyata dia saat itu sedang berdoa. Terdengar perlahan ada doa penyembahan, doa safaat, dan doa untuk keperluan pribadinya disertai berbahasa Roh. Dia memuji dan menyembah Tuhan dengan sungguh-sungguh. Doanya berjam-jam sebab berhubungan dengan Tuhan. Kata isterinya, hampir setiap hari dia melakukannya. Karena itu, akhirnya saya titip saja sama isterinya. 

Tapi ada doa singkat sekali. Saat itu seorang wanita sedang berkendaraan motor. Tiba-tiba dia terkejut sebab hampir mengalami kecelakaan maut. Sebuah kendaraan dengan cepat menuju dirinya yang sedang berkendaraan motor. Tapi sebelum terjadi hal itu, dia berdoa dalam hati, "Oh, Tuhan!" dan matanya pun terpejam. Tiba-tiba kendaraan lawannya itu berhenti tepat di depannya. Puji Tuhan. Kendaraan lawannya tiba-tiba berhenti. Tidak terjadi kecelakaan itu. Mujizat Tuhan terjadi. Padahal doanya pendek sekali. Tapi ternyata Tuhan juga mendengar doanya. 

Jadi ada saatnya seseorang berdoa cukup panjang pada Tuhan karena dia memiliki hati yang hancur pada Tuhan dan juga waktu yang longgar, tetapi terkadang dia juga bisa berdoa dengan waktu yang amat singkat karena terdesak waktunya. Tapi Tuhan akan mendengar doanya. 


Apakah doa itu?

Doa adalah bentuk komunikasi orang percaya dengan Sang Penciptanya. Bisa melalui ucapan, nyanyian dan penyembahan, bisikan, tangisan, teriakan dan bahkan bisa hanya melalui perasaan yang terdalam saja tanpa terdengar. Melalui doa, kita bisa bersyukur, menyembah, mencurahkan isi hati, atau memohon sesuatu. Doa permohonan itu bisa bersifat rohani, misalnya mohon bimbingan Roh Kudus, ampunan atas dosa dan kesalahan kita, mohon hikmat agar memahami Firman Tuhan, dan lainnya. 

Tentu saja kita juga boleh memohon hal-hal bersifat jasmani, misal memohon berkat ekonomi, kesehatan, umur panjang, sukses dalam pekerjaan atau studi, perlindungan dari bahaya, mendapatkan pekerjaan, pasangan hidup, atau keturunan, dan lainnya. Apa saja bisa kita mohon pada Tuhan sepanjang itu semua tidak bertentangan dengan keinginanNya.

Nah, setelah berdoa, tentu menantikan jawabanNya dengan harap-harap cemas, sambil bertanya-tanya dalam hati, “Apakah doa saya dikabulkan Tuhan atau tidak ya?” Kalau sudah lama, ternyata belum terkabul, mulai dicari-cari penyebabnya, “Apakah mungkin ada dosa yang tersembunyi dalam diri saya, apakah saya kurang beriman, apakah ada kata-kata salah dalam doa saya, atau mungkin doa saya kurang bagus dan tertata rapi?” Dan banyak lagi pertanyaan lainnya. Hingga mungkin malahan bikin pusing yang berdoa itu sendiri? Kenapa? Karena terus saja bertanya. 


Doa Yabes 

Pernah ingat tentang doa Yabes? Dalam Perjanjian Lama, ada doa yang terkenal, yaitu doa Yabes, 1 Taw. 4:10, Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tanganMu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu. Dia mohon agar Tuhan memberkati dan memperluas daerahnya dan Tangan Allah melindungi dari mala petaka dan penyakit. Doanya langsung dikabulkan Allah.

Nah, doa ini pernah amat populer di kalangan Kristen, sehingga ada yang membaca doa itu berulang-ulang seperti mantera. Saya pernah melihat tulisan doa Yabes ini terpampang besar di sebuah gereja besar. Saya heran ketika tiba di gereja itu, “Apakah doa Yabes lebih besar daripada doa Bapa Kami sehingga doa ini dipampang di depan gereja sedangkan doa Bapa Kami tidak?” Saya tidak tahu apakah sekarang gereja itu sudah menyadarinya. Janganlah kita terkecoh, sebab tidak benar jika kita membaca doa Yabes berulang-ulang, Tuhan pasti menjawab doa itu. Kalau doa itu terjadi pada seseorang, belum tentu itu akan terjadi pada kita.


Jawaban Tuhan 

Mari kita pelajari berbagai jawaban Tuhan atas doa umatnya, yaitu:


Tuhan tahu keperluan kita 

“Karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.” (Mat. 6:8b) Orangtua yang baik tentu akan menyediakan hampir semua kebutuhan dasar seperti makan, pakai, tempat tinggal, sekolah bagi anaknya sebelum mereka minta. Demikian juga Tuhan pun selalu menyediakan berkat, rejeki, kesehatan dan kebahagiaan bagi kita setiap hari. Namun kadang kita tak menyadarinya. Akibatnya kita tidak menghargai dan mensyukurinya. 


Tuhan mengabulkan doa 

“Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? (Luk. 18:7) Jawaban doa inilah yang paling didambakan. Tuhan langsung menolong ketika kita berseru padaNya. Saat menghadapi ajalnya, raja Hizkia berdoa dan menangis di hadapan Tuhan. Tuhan langsung mengabulkan doanya. Usianya ditambah 15 tahun lagi (2 Raja 20:1-6). Bahkan sebelum Daniel selesai berdoa, Allah telah mengutus Gabriel memberi jawaban padanya. (Dan. 9: 20-23).


Sabar menunggu 

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.” (Pengk. 3:1) Orangtua yang bijak tentu tidak segera mengabulkan anaknya yang masih SD minta motor. Mereka akan berkata, “Tunggu sampai engkau besar, nak.” Tuhan pun ada saatnya minta kita sabar menunggu waktu yang tepat, karena, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,” (Pengk. 3:11a) 


Kita menolaknya

Bangsa Israel lama menantikan Mesias dengan penuh harap, namun ketika Mesias itu datang, mereka menolakNya. Mengapa? Karena Mesias yang datang tidak sesuai keinginan mereka. Sampai saat ini mereka masih menantikan Mesias itu. Demikian juga ada orang percaya minta sesuatu, misalnya pasangan hidup, tapi ketika Tuhan memberikannya, mereka menolaknya. Mengapa? Karena pemberian Tuhan itu tidak sesuai keinginan mereka. Dan mereka masih terus menunggu jawaban Tuhan.


Tidak mengabulkan doa kita 

Ada beberapa penyebab mengapa doa kita tidak dikabulkan Tuhan, antara lain karena:

Untuk memuaskan nafsu. “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yak. 4:3) Tapi, mengapa ada yang berdoa seperti itu, dikabulkan? Berhati-hatilah, sebab ada oknum lain yang bisa mengabulkan keinginan nafsu kita.

Tidak menghargai istri. “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1 Pet. 3:7) 

Supaya jangan menyombongkan diri. Paulus berdoa agar Tuhan menyingkirkan iblis yang menggocoh dirinya tapi Tuhan menolak. Mengapa? Agar Paulus tidak meninggikan diri (2 Kor 12:7-9)

Bertentangan dengan kehendak Allah. Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: "Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Mat. 26:39) Cawan itu tidak dilalukan Bapa. sebab Yesus tetap harus mengalami proses  penyaliban karena itu adalah rencana dan kehendak Allah. Padahal Yesus adalah Anak Allah.


Refleksi diri

Tidak ada orang percaya yang doanya selalu dikabulkan atau tidak pernah dikabulkan. Terkadang dikabulkan, terkadang tidak dikabulkan. Mengalami itu semua, ada beberapa hal penting yang harus kita renungkan, yaitu:

a. Apapun jawaban Tuhan, kita harus percaya bahwa Tuhan selalu mengasihi dan memelihara kita. Janganlah kita marah pada Tuhan ketika Dia belum mengabulkan doa kita. Tapi selalu bersabar atas kehendaknya yang terjadi.

b. Dalam berdoa kita harus meneladani Yesus yang mengatakan, “Janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”

c. Hitunglah berkat yang Tuhan berikan pada kita, maka kita akan sadar bahwa Tuhan sudah banyak mengabulkan doa kita. Karena itu bersyukurlah.


Demikianlah renungan Firman Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati. Amin.

Yohannes Lie, Selasa 25 April 2023
Rayon Sumur Batu, Kamis 4 Mei 2023
GPdI Rajawali, Tulang Bawang, 13 Agustus 2023
GPdI Pakuan Sari, Pdt Widodo, Munggu 22 Sep 2024

Rabu, 18 September 2024

Orang Muda yang Kaya


Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Mat. 19:21)

 

Perbuatan baik

Ada seorang pemuda datang kepada Yesus, dan berkata, “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Perhatikanlah, dia hanya ingin melakukan perbuatan baik saja agar bisa selamat dan bisa mendapat hidup kekal. Dia tidak memperhatikan iman dan percaya pada Tuhan. Lalu Yesus menjawab, “Jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Berarti Yesus berkata, kita bisa melakukan perbuatan baik saja untuk memperoleh keselamatan kekal tapi dengan persyaratan harus melakukan semua perintah Allah. 

Kata orang itu kepadaNya, “Perintah yang mana?” Pemuda ini ingin mengetahui secara tepat perintah apa saja yang menjadi persyaratan Allah itu. Kata Yesus, “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesame manusia seperti dirimu sendiri.” Kemudian orang muda itu tentu berpikir lagi, “Ah, ternyata cuma melakukan hukum Taurat. Itu pun cuma setengahnya belum semuanya. Ditambah lagi dengan mengasihi manusia. Ah, mudahlah itu.” Lalu kata orang muda itu kepadaNya, “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?”


Pernyataan amat sombong

Pernyataan orang muda itu amat sombong. Seolah-olah dia sudah melaksanakan semua perintah itu. Padahal perintah “Kasihi sesamamu” belum juga dilakukannya. Sebab mengasihi sesama kita itu, suatu perintah yang amat sulit dilakukan. Jangankan mengasihi musuh kita, mengasihi saudara seiman kita saja masih sulit dilakukan. Tapi berani-beraninya dia mengaku semua sudah diturutinya. Bahkan kemudian bertanya lagi, “Apa lagi yang masih kurang?” Bukankah itu pernyataan yang sombong sekali? Seolah-olah dia menantang Yesus untuk memberikan perintah yang lainnya.

Padahal dia belum lagi mengetahui kalau Yesus membuat pernyataan bahwa jika hidup keagamaan kita tidak lebih dari orang Farisi dan Ahli Taurat, kita tidak akan bisa masuk kerjaan Sorga. (Mat. 5:20) Bayangkan, perkataan Yesus, bukan hanya membunuh, tapi berani marah saja pada saudara kita, harus dihukum. Demikian juga setiap orang yang melihat perempuan serta menginginkannya sudah berzinah di dalam hatinya. Masih ada banyak lagi.


Juallah segala milikmu

Maka berkatalah Yesus, “Jika engkau hendak sempurna, pergilah dan juallah segala milikmu. Berikan itu pada orang miskin.” Mengapa Yesus menyuruh dia untuk menjual seluruh hartanya? Apakah Yesus ingin hartanya habis, lalu mengikut Dia? Bukankah itu berarti Yesus menyuruh semua muridNya menjadi miskin? 

Bukan seperti itu, saudaraku. Maksud Yesus adalah jika orang muda itu sudah bisa menjalankan hukum Taurat dan benar-benar rela mengorbankan semua miliknya termasuk uangnya untuk orang lain, maka orang itu sudah mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Jadi Yesus ingin melihat apakah dia benar-benar mengasihi orang lain seperti yang dikatakannya. 


Ternyata dia tidak mampu

Ternyata orang muda itu pergi dari hadapan Yesus. Mengapa? Dia tidak mampu melakukannya. Karena hartanya amat banyak. Padahal tadi dia katakan dengan penuh percaya diri, bahwa memuanya sudah kuturuti. Wow! Ternyata dia masih mencintai hartanya. Jadi dia belum bisa mengasihi orang lain, seperti dia mengasihi dirinya sendiri. Sebab ternyata memang tidak ada orang yang sanggup melakukan semua hukum Taurat dengan sungguh-sungguh. Tidak ada seorang pun. 

Termasuk orang Farisi dan ahli Taurat. Memang sungguh berat melakukan hukum Taurat seutuhnya. Hukum Taurat mengatakan jangan berdusta, ternyata mereka berdusta Ketika mengatakan bahwa murid-murid telah mencuri mayat Yesus. Jangan membunuh, mereka membunuh Yesus. Ternyata tidak ada seorang pun yang sanggup menyelamatkan dirinya sendiri dengan melakukan hukum Taurat.


Imanlah yang menyelamatkan

Kalau hukum Taurat tidak bisa menyelamatkan kita, lantas apa yang bisa mengerjakan hal itu? Itulah gunanya Yesus turun dari sorga dan menjadi manusia supaya kita yang percaya padaNya bisa masuk ke dalam sorga. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16) 

Jadi asal kita percaya pada Yesus, pasti akan memperoleh hidup kekal. Orang itu tidak akan binasa dalam api neraka. Siapa yang mengutus Yesus? Itulah Allah yang amat mengasihi kita semua. Allah mengutus anakNya yang Tunggal itu, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal. Puji Tuhan.


Perbuatan baik mengikuti kita

Tapi setelah kita percaya pada Tuhan, barulah perbuatan baik itu diperlukan. Mengapa? Sebab kalau kita tidak berbuat baik, Tuhan pun tidak berkenan pada kita. “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yak 2:26) Kita tetap harus melakukan hukum-hukum Tuhan. Tapi tentu saja itu bukan yang terutama untuk selamat, sebab keselamatan kita ditentukan oleh iman.

Karena itu setelah kita beriman teguh pada Yesus, kita harus juga melakukan kebaikan. Jangan terbalik. Jadi orang Kristen juga harus melakukan semua kebaikan yang diperintahkan Yesus. Tapi kebaikan itu tidak akan menyebabkan keselamatan. Tapi bila kita hanya beriman tanpa melakukan semua perintah Tuhan Yesus, maka iman kita akan mati.


Penutup

Jadi bukan perbuatan baik kita yang menyelamatkan kita, tapi karena iman kita pada Yesus. Tapi kalau kita beriman pada Yesus tetapi melakukan kejahatan kita juga tidak akan selamat.

Demikianlah renungan Firman Tuhan. Amin.

Yohannes Lie, Kamis 23 Mei 2024
Glory Ministry, Jumat 20 September 2024

Selasa, 06 Agustus 2024

Di Rumah BapaKu Banyak Tempat Tinggal

 


"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yoh. 14:2)


Muncul rasa kuatir 

Banyak orang merasa kuatir terhadap kematian. Mereka seakan bertanya-tanya, "Kemana nanti aku pergi setelah meninggal?" Mereka tidak tahu secara pasti kemana dan bagaimana kehidupan di balik kematian itu. Apakah mereka akan masuk ke neraka ataukah ke sorga? Atau bahkan mereka akan lenyap begitu saja. 

Mungkin mereka berpikir kalau lebih banyak melakukan kebaikan dibandingkan kejahatan, mungkin mereka akan selamat. Sebaliknya jika lebih banyak kejahatan, masuk neraka. Tapi bukankah hal itu tidak pasti? Lagi pula kalau jujur, mereka merasa dirinya lebih banyak berbuat kejahatan daripada kebaikan. Mungkin sehari saja mereka sudah melakukan banyak sekali kesalahan. Berapa banyak kalau se bulan? Bagaimana kalau dia sudah berusia lanjut? Wah, tak terhitung banyaknya.


Berusaha melupakan

Karena itu sebagian besar dari mereka berusaha melupakannya dan menganggap hal itu berada di luar pemikiran mereka. "Ah, nanti saja pikirnya. Masih lebih banyak yang harus aku kerjakan. Kalau sudah tua barulah aku pikirkan." Tapi mungkin belum sempat tua, Tuhan sudah memanggil dia pulang.

Bahkan kepercayaan orang Tionghoa adalah jangan menyebut-nyebut waktu kematian seseorang karena itu membawa kesialan. Maka orang Tionghoa, terutama yang bukan Kristen, hampir tidak pernah memikirkannya. Namun demikian walaupun berusaha melupakannya, kematian itu suatu saat pasti terjadi. Tidak bisa dihindari.


Orang Kristen merasa kuatir

Bagaimana dengan orang Kristen? Ternyata ada juga orang Kristen kuatir dengan kematian. Apakah mereka tidak percaya Tuhan? Mereka percaya pada Tuhan, tetapi hanya percaya dalam perkataan saja. Jarang sekali mereka melakukan perintahNya. Karena itu mereka terkadang merasa kuatir juga. 

Mereka ternyata masih suka berbuat dosa. Walau pun Tuhan mengajarkan agar jangan berbuat dosa lagi, tetapi mereka merasa tidak berdaya. Mungkin pertama kali berbuat dosa, mereka mohon ampunan dari Tuhan. Lalu mereka merasa diampuni, dan berjanji pada Tuhan tidak akan berbuat lagi. Ternyata mereka berbuat lagi, lalu memohon ampunan lagi pada Tuhan. Tapi sudah berkurang kadar permohonannya. Akhirnya perbuatan dosa itu menjadi permainan saja. Mereka belum benar-benar bertobat.


Melihat kematian 

Jika seseorang menghadapi kematian, ada banyak penderitaan terjadi. Biasanya orang yang sedang menghadapi kematian itu, akan merasakan sakit luar biasa. Nah, itulah juga yang mereka takutkan. 

Juga banyak sekali orang pada saat meninggal, didatangi oleh kerabatnya. Tetapi beberapa saat kemudian mereka mulai dilupakan. Lalu lenyaplah dia. Apa yang sudah dibuatnya, seakan-akan hilang tiada arti lagi. Ingatan terhadap dirinya pun memudar. Itu juga yang menjadi rasa kuatir mereka.


Salomo mengingatkan

Pengkhotbah 12:7, raja Salomo mengingatkan, "Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya." Ya, sehebat apapun seseorang saat berada di dunia ini, ketika meninggal dunia, dia hanya kembali menjadi debu, dan rohnya kembali kepada Allah. Jadi sudah sewajarnya jika ingatan terhadap orang meninggal akan memudar. 

Karena itu, Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!" (Peng. 12:1) Yang penting ingatlah selalu akan Tuhan. Mohon pertolonganNya saat kita menghadapi apa pun.


Jangan gelisah hatimu

Ingatlah selalu bahwa Yesus berfirman, "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku." (Yoh. 14:1) Dia mengatakan agar kita jangan merasa gelisah, cemas dan takut menghadapi apa pun, termasuk penyakit, ketuaan, bahkan kematian. Percayalah kepada Allah dan kepadaNya juga. Dia mengetahui semua kelemahan kita. Percaya saja padaNya.

Yesus juga berkata, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yoh. 14:2) Di rumah Bapa telah tersedia tempat bagi kita dan Yesus pergi kesana bagi kita, orang yang percaya padaNya. Jangan kuatir nantinya kita tidak mendapat tempat di sorga. Tuhan sudah menjanjikannya bagi kita. Asalkan kita selalu mengingat Dia selalu.


Ingat janji Tuhan

Mengingat janji Tuhan yang sedemikian indahnya, kini kita tidak perlu merasa kuatir lagi. Memang kita selalu berbuat kesalahan pada Tuhan, bahkan hampir setiap hari, tetapi hal itu tidak akan mengganggu kita karena kita selalu mohon pengampunanNya. 

Berapa kali kita mohon ampun? Sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Amat banyak bukan? Tetapi kita jangan melakukan dosa itu dengan disengaja. Kita harus melawan keinginan untuk berbuat dosa itu. Lakukan semua yang Tuhan kehendaki semampu kita. Tidak harus semuanya. Nanti Tuhan akan melakukan selebihnya.


Akhir Kata

Pada akhir renungan ini saya berharap agar kita selalu percaya pada Tuhan atas janjiNya, jangan merasa gelisah, takut dan cemas. Dia adalah penolong kita yang sungguh-sungguh.

Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.

Yohannes Lie, Selasa 01 Maret 2022
GPdI Agape, Selasa 6 Agustus 2024