Renungan Kristen. Berisi Firman Tuhan dan berbagai kesaksian. Memberi kekuatan pada yang membacanya
Kamis, 12 Desember 2024
Maria Hamba Tuhan yang Taat
Jumat, 15 November 2024
Melayani Pekerjaan Tuhan
"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efe. 2:10)
Bukti mengasihi Allah dan sesama
Melayani pekerjaan Tuhan itu karunia Tuhan yang amat berharga karena kesempatan untuk menerapkan ajaran kasih Yesus, mengasihi Allah dan sesama.
Misalnya saat seseorang rela memberitakan Injil, berarti dia mengasihi Tuhan. Mengapa? Karena memberitakan Injil itu tidak mudah. Banyak hambatan dan tantangan. Namun dia tetap setia melakukan kehendak Tuhan. Disamping itu, dia juga mengasih sesama karena merindukan keselamatan orang lain.
Saat seseorang melayani doa syafaat, berarti dia menaati Firman Tuhan. “Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,” (1 Tim 2:1b). Dan juga mengasihi sesama karena memohonkan damai sejahtera bagi umat manusia.
Tugas semua orang percaya
Namun saat diminta melayani pekerjaan Tuhan, terkadang ada yang menjawab, "Maaf, jangan saya. Saya tidak sempat. Bukankah itu tugas pendeta?" Benarkah itu hanya tugas pendeta?
Ayat pokok di atas menjelaskan bahwa sebagai orang percaya, kita diciptakan Allah di dalam Yesus untuk melakukan perbuatan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Jadi Allah mempunyai tujuan saat menyelamatkan kita agar hidup dalam pelayanan itu.
Jangan hanya memikirkan diri sendiri
Jadi sebagai orang yang telah diselamatkan Tuhan, janganlah kita hanya memikirkan diri sendiri saja. Jangan hanya menikmati kasih karunia Tuhan tanpa mau berbagi dengan orang lain.
Janganlah kita menerima keselamatan, tapi tidak mau berbagi keselamatan dengan orang lain. Kita diberkati secara materi oleh Tuhan, tapi tidak mau berbagi untuk pelayanan pekerjaan Tuhan.
Kawan sekerja Allah
Tuhan menghendaki kita turut berperan aktif dalam misi penyelamatan manusia yang terhilang. Kitalah kawan sekerja Allah, “Karena kami adalah kawan sekerja Allah” (1 Kor 3:9a)
Pelayanan yang Tuhan berikan pada kita bukan untuk membebani kita, tapi merupakan karunia berharga yang harus disyukuri. Mengapa? Karena Tuhan mempercayai kita melakukan pekerjaanNya. Hargailah tugas mulia yang Tuhan berikan pada kita dengan melakukannya secara sungguh-sungguh.
Banyak hambatan dan masalah
Namun, dalam melaksanakan pelayanan, tidak sedikit hambatan yang harus dialami. Melayani perlu waktu, tenaga, pikiran, dan dana yang tidak sedikit.
Terkadang sudah berusaha sekuat tenaga, melayani, hasilnya tidak sesuai keinginan kita. Bukan dihargai, kita malah dicemooh. Hambatan bukan hanya dari luar tapi juga bisa dari dalam sendiri.
Keadaan itu terkadang membuat seorang pelayan Tuhan putus asa dan merasa gagal. Akhirnya menyerah dan mundur dari pelayanan. Jika ini yang terjadi, tentu saja amat disayangkan.
Ingat, kita bukanlah umat pecundang, tapi umat pemenang. Karena itu jangan pernah menyerah menghadapi hambatan. Anggaplah itu ujian yang membuat kita semakin kuat di dalam Tuhan.
Keberhasilan harus melalui proses
Keberhasilan tentu saja tidak datang dengan mudah dan instan. Ada proses dan tahapan yang harus dilalui oleh seorang pelayan Tuhan. Dan itu harus dilalui dengan hati penuh sukacita dan penuh kerelaan. Sebagai pelayan Tuhan, kita harus siap membayar harga.
Bagaimana agar mampu bertahan?
Bagaimana agar bertahan dalam pelayanan pekerjaan Tuhan? Ada banyak hal yang harus dilakukan, antara lain adalah
a. Bergaul erat dengan Tuhan: Kita melayani pekerjaan Tuhan, jadi harus selalu berkomunikasi denganNya melalui doa dan membaca Firman Tuhan dalam pimpinan Roh Kudus. Dengan demikian kita akan semakin memahami kehendak Allah, iman kita semakin kuat, dan damai sejahtera Allah selalu melingkupi kita
b. Bekerjasama dengan rekan sekerja: Dalam melayani pekerjaan Tuhan diperlukan rekan sekerja yang memiliki visi sama. Harus saling mendukung, saling menguatkan, dan saling berbagi. Rekan sekerja bisa menambah semangat dan sukacita dalam pelayanan
c. Memiliki motivasi kasih: Motivasi pelayanan yang paling kuat adalah kasih. Sebelum menyerahkan tugas penggembalaan pada Petrus, Yesus pun bertanya apakah Petrus mengasih Dia (Yoh. 21:15)
d. Berketetapan hati: Pelayanan memerlukan ketetapan hati atau komitmen. Pelayanan bukanlah pekerjaan asal-asalan.Pelayanan adalah pekerjaan Allah yang harus dilakukan serius.
e. Rendah hati. Pelayan Tuhan harus rendah hati, siap dididik, dan dikoreksi, dan mau terus menerus mengembangkan diri. Tidak merasa diri paling penting, paling benar, dan paling hebat. Tidak merendahkan pelayanan orang lain.
f. Bersukacita: Melayani jangan dengan berat hati, bersungut-sungut, atau mudah tersinggung, tapi harus dengan bersukacita penuh keceriahan.
Hidup adalah kesempatan
Hidup manusia itu terbatas, kesempatan untuk melayani pun terbatas. Jangan menunggu waktu yang baik untuk melayani. Karena kesempatan tidak selalu ada. Jika terlewatkan tidak akan kembali lagi.
Ada yang ingin melayani tunggu saat tua, ternyata belum sempat melayani sudah terbaring tanpa daya. Manusia tidak tahu kapan saat kembali menghadap Tuhan.
Kalau kita sudah melayani, maka saat Tuhan memanggil kita, kita pun tidak menyesal karena sudah melayani Dia dengan sungguh-sungguh.
Jerih payah kita tidak sia-sia
Alangkah berbahagianya kita, bila saat menghadap Tuhan, Dia berkata pada kita, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat 25:23)
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor 15:58)
Kamis, 14 November 2024
Jangan Mencemarkan Perkawinanmu
“Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah..” (Ibr 13:4)
Pernikahan Dini
Ketika sepasang remaja masih duduk di bangku sekolah dan belum pernah bekerja, tiba-tiba si wanita hamil, maka paniklah keduanya. Bisa saja saking kuatirnya, laki-laki itu kabur entah kemana. Makin bingunglah si wanita. Lapor ke orang tuanya, malahan ayah amat marah dan ingin mengusir dirinya. Saat anaknya itu lahir, tidak ada yang mengucapkan selamat padanya. Malah ejekan yang dirasakannya. Amat berat akibat mencemarkan arti perkawinan itu sendiri. Tapi peristiwa sudah terjadi, penyesalan pun tidak berguna.
Pernikahan Dewasa
Sebaliknya pernikahan menjadi kebahagiaan yang Tuhan berikan bila semuanya dilakukan sesuai aturan yang berlaku. Mengapa demikian? Sebab sepasang kekasih yang telah dewasa dan mandiri, dan telah bersepakat untuk menikah di gereja. Amat banyak ucapan selamat berbahagia yang disampaikan oleh teman dan saudara. Ketika mereka mempunyai anak, kembali ucapan selamat berbahagia menghampiri mereka. Semuanya akan terasa amat menyenangkan.
Setelah Menikah
Namun setelah menikah selama beberapa tahun, dan sudah memiliki keturunan, maka terasa pernikahan itu menjadi biasa saja. Tidak ada lagi kemesraan yang demikian memikat. Semuanya berjalan rutin seperti biasa. Apabila hal ini mulai terjadi dalam suatu pernikahan, kedua pasangan itu harus mulai waspada.
Suami yang lelah bekerja mencari nafkah, isteri yang lelah mengurusi anak dan keluarganya, menyebabkan sedikit demi sedikit mulai kehilangan romantisme berkeluarga. Suami yang membosankan dan isteri yang tidak mengurus dirinya akan menyebabkan keduanya kehilangan gairah. Semua menjadi rutin dan hanya menjadi keharusan.
Bahaya Perselingkuhan
Jika kemudian, suami berjumpa dengan wanita lain yang menyenangkannya, atau isteri berjumpa dengan pria lain yang pintar merayunya, benih perselingkuhan mulai timbul. Terasa romantisme itu muncul kembali, dan gairah pun terasa kembali. Hati-hatilah. Ingatlah bila terjadi perselingkuhan, mungkin terasa suasana menjadi segar lagi. Semuanya terasa indah. Tetapi kemungkinan persoalan akan segera menyusul.
Karena itu ingatlah pesan dalam ayat di atas. Janganlah kita mencemarkan pernikahan kita. Sebab semua itu hanyalah impian belaka. Dan hanya terjadi sesaat saja. Ingat orang sundal dan penzinah akan dihakimi oleh Allah. Jika itu sudah terjadi, mohonlah ampunan Tuhan. Amin.
Yohannes Lie, Kamis 14 Nop. 2024
Selasa, 12 November 2024
Media Sosial untuk Penginjilan
"Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Mat. 24:14)
Banyak Cara Memberitakan Injil
"Bagaimana caranya saya bisa memberitakan Injil ke orang lain? Bukankah saya amat sibuk, jadi tidak sempat melakukannya. Lagi pula itu pekerjaan hamba Tuhan, sedangkan saya bukan". Itulah berbagai bantahan pada saat seseorang ditawarkan untuk memberitakan Injil. Bermacam-macam sanggahan dari mereka. Padahal lihatlah Tuhan Yesus mengharuskan kita semua untuk memberitakannya. (Mat. 28:19-20)
Sebenarnya ada banyak cara memberitakan Injil Kerajaan Allah. Jadi bagi setiap orang yang ingin memberitakannya, silakan memilihnya. Tidak ada alasan untuk menolak karena merasa sulit. Asalkan sungguh-sungguh berserah pada Tuhan, pasti dia dapat melakukannya. Tetapi tentu saja bagi yang baru mulai harus belajar terlebih dulu dari orang yang sudah lebih berpengalaman. Mengapa? Supaya jangan sampai keliru menyampaikan kabar Injil itu.
Metode penginjilan paling populer adalah memberitakan Firman Tuhan di gereja secara rutin. Metode ini sangat kuat mempengaruhi pendengarnya di dalam pengiringannya kepada Tuhan. Namun tidak sembarang orang bisa melakukannya. Orang itu harus yang sudah pilihan atau terpercaya. Dia juga sudah tamat Sekolah Alkitab lebih dahulu. Kalau baru muncul, kemungkinan kecil untuk dapat melakukannya.
Metode lainnya adalah menyaksikan kasih Tuhan lewat tindakan sosial, misalnya berbagi kasih terhadap orang lain. Ada yang berbagi sembako atau makanan. Tindakan itu untuk menyatakan adanya Kristus dalam kehidupan kita. Atau bersaksi secara perorangan dengan orang lain sambil ngobrol tapi serius. Metode ini dapat dilakukan oleh orang yang masih pemula. Tapi kita juga harus bersiap memulainya dengan cara-cara tertentu. Metode penginjilan ini pun amat efektif.
Kita juga bisa menyampaikan kebaikan Tuhan lewat tindakan kita sehari-hari yang dapat disaksikan oleh orang lain. Jadi tindakan kita merupakan bukti yang terbaik bagi orang lain. Sehingga akhirnya orang lain pun bisa percaya pada Tuhan. Atau dapat juga lewat puji-pujian yang dinyanyikan sungguh-sungguh. Itu juga bisa mempengaruhi orang lain.
Penginjilan Tanpa Tatap Muka
Namun ada cara penginjilan tanpa harus bertatap muka. Jadi kita tidak harus bertemu dengan orang yang diberitahu tentang Injil. Bagaimana caranya? Yang pertama adalah dengan membuka kursus tertulis Alkitab. Harus ada sekelompok orang mempersiapkan bahan ajarnya, lalu membuka kursus penginjilan pada orang yang mau menerimanya. Diberi buku pelajaran, juga pertanyaan agar peserta bisa menjawab, lalu diberi Surat Tanda Tamat kursus. Siswanya jika selesai akan menjadi orang yang terpercaya memberitakan injil. Jadi kita mendapat dua orang sekaligus, yaitu si siswa itu sendiri dan orang lain yang kemudian diberitakannya tentang injil.
Ada yang lewat radio, seperti sekarang ini. Kita memberitakan Injil berupa Firman Tuhan, dan para pendengar radio sebagai audiennya. Tujuannya untuk menguatkan kerohanian pendengar. Kalau ada yang belum mengenal Firman Tuhan bisa belajar sambil mendengarkannya. Kita tidak bertatap langsung tapi bisa saling mendengar suara yang memberitakan. Kita percaya pasti suatu saat ada yang mengikut Yesus Kristus lewat radio ini. Demikian juga lewat TV. Cuma biasanya lewat TV lebih formil sebab itu harus dipersiapkan lebih matang.
Jika kita tidak sempat melalui radio, apalagi TV, bisa melalui channel Facebook, Youtube, Blogger, Twitter, Tiktok, ada banyak lagi yang bisa digunakan untuk pemberitaan penginjilan via internet. Contoh saat ini di gereja Agape Teluk Betung, sudah ada Youtube GPdI Agape TV. Marilah kita mencobanya.
Janganlah kita seperti orang lain yang hanya menyampaikan isi hati yang sedang kesal. Atau jangan pula menampilkan kita sedang makan enak sehingga membuat orang lain menjadi iri hati. Atau kita juga jangan hanya bermain games atau nonton berita hoaks. Pakailah internet untuk menyampaikan isi hati Tuhan. Tapi janganlah berdebat tentang Firman Tuhan dengan orang lain, baik seiman atau dengan lain iman apalagi ditambah makian. Tuhan tidak suka kita berdebat bahkan sampai memaki-maki.
Lewat radio setempat
Teman-teman seiman mengajak saya mengikuti jalur radio untuk memberitakan Firman Tuhan. Saya pun mengikut dan memulainya sejak tahun 2011 di Radio Heartline. Ada renungan dan tanya jawab. Siaran kami didengar sampai ke daerah seluruh Lampung, juga dari luar Lampung, bahkan sampai keluar negeri via streaming. Luar biasa, ternyata banyak orang yang ingin mendengarkannya.
Ada orang yang mula-mula tidak percaya pada Tuhan Yesus, lalu berubah menjadi percaya. Puji Tuhan. Ada supir taksi yang membukanya saat berada di mobilnya. Menyampaikan salam mereka. Ada orang yang minta didoakan, ada yang bertanya, belum lagi yang ada di rumah-rumah, orang yang tidak bertanya, hanya mendengarkan saja, pasti banyak sekali.
Dari hampir semua tempat di Lampung banyak yang mengirimkan pertanyaan dan minta didoakan. Dari Jakarta, Tangerang, Pegunungan Dieng, Yogyakarta, Maluku, Sulawesi dan lain-lain. Ada juga yang dari Australia, dari Hongkong, dari Amerika, mereka menyampaikan pertanyaan atau pendapat. Luar biasa. Tuhan itu amat baik.
Menyampaikan lewat media on-line
Sampai saat ini, saya pribadi sudah menyampaikan renungan lewat media on-line. Mula-mula dengan media Facebook. Saya tuliskan isi renungan saya di persekutuan doa, di rayon, di gereja dimana saya dipercaya untuk menyampaikannya, dan saya juga menyampaikan Firman Tuhan di radio di Facebook itu.
Lalu saya membuat suatu blog yang diberi nama Cawan Hikmat, berisi renungan Firman Tuhan, Pelajaran Alkitab, puisi rohani, atau artikel penting untuk para pembacanya. Sekarang ini pembacanya sudah mencapai 855.300 orang. Per harinya antara 500-1200 orang yang membacanya. Ternyata kini sudah banyak yang merenungkannya. Tapi pada awalnya hanya sedikit yang membukanya, sekitar 50 orang per hari. Tapi lama kelamaan makin bertambah.
Baru-baru ini saya membuat juga Youtube rohani. Baru sekitar 15 video yang saya sampaikan. Masih merayap dulu. Paling banyak sekitar 10-30 yang membukanya. Belum populer memang, tapi saya yakin bersama Tuhan kita pasti sukses.
Penutup
Pada akhirnya, renungan ini saya sampaikan agar jika dari pendengar ada yang terpacu untuk memberitakan injil lewat media apa saja. Tuhan pasti memberkati kita. Demikianlah renungan ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Senin, 11 November 2024
Aku Tidak akan Melupakanmu
“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” (Yes 49:15)
Mengasihi anaknya
Seorang perempuan itu memiliki hati yang penuh kasih terhadap anak-anaknya. Dia akan menjaganya penuh kasih, memberi makan sesuai yang dibutuhkan. Sering bercengkrama dengan bayinya. Bila susunya tidak cocok maka dia akan menggantinya.
Saya mempunyai seorang ibu. Anak ibu ada sebelas orang, tapi kami mendapatkan kasihnya secara merata. Sehingga kami merasa semuanya adil, tidak berat sebelah. Sungguh beruntung kami semua. Akibatnya kami kakak-beradik semuanya selalu saling mengasihi. Tapi bila mama mempunyai makanan yang enak, tentu saja anak yang kecil diajaknya makan. Kami pun menyadarinya. Begitulah kami diajarkan untuk saling mengasihi.
Ketika saya berkeluarga, kami mempunyai anak tiga orang. Seorang perempuan dan dua laki-laki. Ternyata mereka bertiga pun saling mengasihi. Sekarang ketiganya sudah keluar dari rumah. Tapi isteri saya perhatiannya masih terus tertuju kepada ketiganya. Tapi anak kami yang bungsu mendapat perhatian penuh. Karena dia belum menikah. Selalu ditanya sudah makan belum, bagaimana keadaannya, dan lain-lainnya. Hampir setiap hari.
Tidak mengasihi anaknya
Tetapi walau pun seorang wanita amat mengasihi anak-anaknya, ternyata banyak juga kendala yang menguasainya sehingga dia akan kesulitan menyatakan kasihnya. Kadang-kadang situasi yang ada tidak memungkinkan untuk dihadapinya. Misalnya pasangan yang belum siap menikah, tetapi sang wanita sudah hamil duluan. Mereka menjadi ketakutan. Akhirnya sang bayi terpaksa dibuang, walau dengan hati yang amat pedih. Atau wanita yang belum bersuami, tetapi hamil karena diperkosa atau ternyata kekasihnya banyak. Si bayi pun mengalami beberapa kesulitan, bahkan dia akhirnya dibunuh.
Ada seorang teman saya, yang merasa amat benci kepada ibunya. Mengapa? Karena pada suatu waktu ayahnya mengalami kecelakaan pesawat sehingga meninggal. Kemudian karena ibunya harus tetap hidup, dia menikah lagi dengan pria lain. Ditinggallah teman saya yang masih kecil itu dengan adik wanitanya. Dititipkannya di tempat tantenya. Untung tantenya sangat baik. Tapi dia tidak mau bertemu lagi dengan ibunya, yang sering kangen pada dirinya. Dia sangat kesal dengan ibunya yang dianggapnya tidak setia pada ayahnya dan anak-anaknya.
Ada juga seorang wanita muda yang amat membenci ayahnya, kali ini sang ayah, yang sering berselingkuh dengan wanita selain ibunya. Sehingga keluarga ini berpisah ketika anaknya masih sangat kecil. Sampai saat ini, wanita muda tadi tidak mau mengakui sang ayah. Dia menganggap ayahnya sudah tidak ada.
Sekali pun dia melupakannya
“Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” Ya, walau pun ada banyak wanita yang melupakan anaknya, tetapi Tuhan Allah tidak akan pernah melupakan kita. Sungguh luar biasa kasih Tuhan kepada kita, orang yang penuh dosa dan kesalahan. Tuhan ternyata demikian mengasihi kita.
Bapak, ibu, dan saudara sekalian, mungkin kita sering merasa kecewa dengan keadaan orang tua kita, khususnya ibu kita, yang sudah melupakan kita, ingatlah bahwa Tuhan tidak sedetik pun melupakan kita. Bahkan di ayat selanjutnya, Tuhan mengatakan, “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.”
Tuhan bukan saja tidak akan melupakan kita, tetapi Dia bahkan melukiskan kita di telapak tanganNya. Sungguh luar biasa. Kita akan selalu diingatNya setiap saat. Karena itu marilah kita melupakan pengalaman pahit yang kita alami, terutama saat merasa tidak diperhatikan orangtua kita. Kita lupakan semua itu. Dan mari kita memaafkannya. Terpujilah Tuhan yang amat penuh kasih. Amin.
Minggu, 10 November 2024
Jangan Menukar Keselamatanmu
“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26)
Laba-laba Black Widow
Apakah si jantan tidak tahu resiko itu? Pasti tahu, buktinya dia segera berlari. Tapi demi memenuhi nafsu sesaat, dia berani menanggung resiko kehilangan nyawa. Dia mau menukar hidupnya hanya dengan kesenangan sesaat.
Manusia sering bersikap demikian
Tidak sedikit yang terkena penyakit kelamin. Bagi wanita yang belum menikah berresiko hamil di luar nikah. Bahkan ada yang kehilangan nyawa karena dibunuh. Tidak hanya itu, orang itu juga bisa kehilangan keselamatan kekal sebab penzinah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (1 Kor 6:9-10)
Apakah mereka tidak sadar akibatnya? Mereka sadar, tapi karena dorongan nafsu, mereka tidak peduli dan nekat. Mereka sama seperti laba-laba jantan itu, mau menukar keselamatan jiwanya hanya demi kesenangan sesaat.
Tawon mati setelah menyengat
Manusia pun ada yang berperangai seperti tawon itu. Jika disakiti berusaha membalas. Bahkan ada yang berusaha membunuh demi balas dendam. Namun terkadang justru dia sendiri yang terluka atau terbunuh.
Membalas dendam memang memuaskan, tapi resikonya besar. Itulah sebabnya Yesus mengajarkan kita mengampuni. Bukan demi kebaikan orang yang menyakiti kita, tapi demi kebaikan kita sendiri.
Tragedi Adam dan Hawa
Pertukaran yang amat tidak sebanding. Mereka hanya menggigit buah itu sedikit, tapi penderitaan dan kematian berlangsung terus sampai saat ini. Mereka tahu resikonya. Tapi mereka tetap nekat melanggar larangan Allah.
Esau yang menjual hak kesulungan
Kesia-siaan Salomo
Namun apa pendapatnya? “Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.” (Pengk.1:2) Kesenangan duniawi hanyalah kesia-siaan belaka. Sungguh malang manusia yang hanya mengejar kesenangan duniawi dalam hidupnya dan melupakan keselamatan jiwanya. Yesus berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?”
Manusia menyadari hal itu
Saya kejar lagi, “Kalau seumur hidup? Mau tidak?” Dia menjawab, “Pak, walau seumur hidup saya menikmatinya, tapi waktu itu pasti akan berakhir. Kalau waktunya berakhir, semua kesenangan itu pun berhenti. Setelah itu, menghadapi hukuman mati dibakar. Sudah pasti tidak ada yang mau.”
Ya, di dalam hati manusia, ada pemikiran seperti itu. Tapi kenyataannya, banyak manusia, demi memuaskan nafsunya bersedia kehilangan keselamatan, dan menerima hukuman kekal dibakar di api neraka. Sungguh pertukaran tidak sebanding.
Orang Kristen menukar keselamatannya
Demi mendapat kekuasaan, kekayaan, atau apa pun yang ditawarkan dunia ini, ada orang Kristen yang bersedia meninggalkan Yesus dan kehilangan keselamatan. Padahal semua tawaran itu tidak seberapa dan terkadang dinikmatinya hanya sekejap saja.
Bolehkah kita menikmati kehidupan?
Karena itu carilah pasangan hidup yang seiman, bekerjalah sekuat tenaga untuk keluarga sesuai ajaran Tuhan, raihlah prestasi terbaik, kejarlah masa depan penuh kebahagiaan. Tuhan menjanjikan semua berkat itu bagi kita.
Jangan meninggalkan Tuhan
Tapi janganlah meninggalkan Tuhan dan iman kita demi memuaskan keinginan menikmati dunia sehingga kehilangan keselamatan. Keselamatan jiwamu jauh lebih berharga dari apa pun di dunia ini. Utamakan Tuhan di atas segalanya, maka engkau akan berbahagia di dunia dan di Sorga. Tuhan memberkati. AminYohannes Lie, Heartline, Jumat 18 Juli 2014
Kamis, 07 November 2024
Domba Tersesat yang Dicari
"Aku
berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang
berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan
orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (Luk. 15:7)
Yesus sedang berjalan
Pada suatu hari
Yesus sedang berjalan bersama dengan para pemungut cukai dan orang-orang
berdosa. Mereka juga makan bersama denganNya. Biasanya mereka datang kepada
Yesus untuk mendengarkan Dia karena pengajaran Yesus yang amat berkuasa dan
amat menghibur hati mereka. Tetapi melihat semua itu, mulailah bersungut-sungutlah
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Lihatlah Ia menerima
orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." (Luk. 15:1-2) Mereka
bukannya bersyukur untuk hal itu, malahan mereka menghujat Dia.
Memang sungguh
aneh orang Farisi dan para ahli Taurat ini. Apakah mereka juga bukan orang
berdosa? Bagaimana bisa mereka mengatakan Yesus menerima orang berdosa? Padahal
mereka juga sama-sama orang berdosa. Kita juga semuanya adalah orang berdosa, ya
kita semua, tidak ada yang terkecuali. Atau mungkin mereka menganggap bahwa
diri mereka semuanya orang suci? Sungguh kasihan mereka itu. Tidak menyadari
bahwa diri mereka juga orang berdosa.
Rupanya maunya
mereka, Yesus itu hanya bergaul dengan mereka yang merasa diri orang suci dan
menolak orang berdosa itu. Mungkin supaya mereka merasa nyaman bersama dengan sesama
orang suci. Tidak usah mempedulikan orang berdosa itu. Wah, kejam sekali mereka
itu. Mereka hanya ingin keselamatan itu untuk mereka sendiri saja. Padahal
justru Yesus datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Untuk kita semua yang
merasa diri sebagai orang berdosa.
Pemungut cukai
Nah, kenapa
pula orang pemungut cukai terbawa-bawa? Bukankah orang pemungut cukai itu
petugas pajak. Ya memang, petugas pajak atau pemungut cukai, pada zaman Yesus
itu, adalah penarik pajak bagi Kerajaan Romawi yang sedang menjajah umat Yahudi.
Disamping itu mereka juga sering korupsi untuk memperkaya diri mereka sendiri,
padahal mereka sama-sama orang Yahudi. Itulah para pemungut cukai bangsa Yahudi.
Lain dengan para petugas pajak saat ini.
Karena itu para
pemungut cukai juga dianggap orang berdosa. Ingat ketika Yesus memanggil
Zakheus, orang pemungut cukai. Sebelum bertobat dia mengakui kalau dulunya dirinya
sering korupsi. Tapi ketika dia bertobat segala yang pernah dia ambil, akan dia
kembalikan semua. Puji Tuhan.
Seekor domba tersesat
Mendengar
perkataan mereka seperti itu, Yesus pun menyampaikan suatu perumpamaan. Kira-kira
seperti ini. Misalnya seseorang memiliki seratus ekor domba. Kemudian seekor
domba hilang karena tersesat, bukankah dia akan pergi mencarinya sampai menemukannya?
Sedangkan yang sembilan puluh sembilan ekor domba akan ditinggalkannya di
padang gurun? Kalau sudah ditemukannya, dia akan meletakkannya di atas bahunya
dengan gembira.
Setibanya di
rumah, dia akan memanggil teman-temannya dan tetangganya dan berkata pada mereka,
“Bersukacitalah bersama denganku. Sebab domba yang hilang itu telah kutemukan.”
Dia meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor domba di padang gurun, dan dia
pergi mencari seekor domba yang tersesat tadi. Itulah karakter gembala yang
baik.
Satu orang bertobat
Demikian
juga, Yesus berkata, “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu
orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh
sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (Luk. 15:7)
Lalu jawab
Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib,
tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang
berdosa, supaya mereka bertobat." (Luk. 5:31-32) Yesus datang bukan untuk
orang yang merasa drinya benar, tetapi untuk mereka yang merasa amat berdosa.
Penutup
Yesus adalah
Tuhan dan Allah yang turun ke dunia untuk menyelamatkan kita semua orang
berdosa yang mencarinya. Dia adalah Tuhan yang amat berkuasa untuk
menyelamatkan kita semua yang berdosa ini. Mintalah ampun pada Yesus, Tuhan
kita. Tetapi janganlah kita lupa, “Jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang.” (Yoh. 8:11b) Dia sudah mengampuni kesalahan dan dosa kita, karena
itu berusahalah untuk tidak berbuat dosa lagi.
Kamis, 31 Oktober 2024
Belajarlah pada Semut
Semut mahluk yang kecil
Semut sebetulnya amat kuat
Bergotong-royong
Belajarlah pada semut
Kita harus malu
Sadarlah sekarang
Sumur Batu, Kamis 31 Oktober 2019
Minggu, 29 September 2024
Buanglah Sampah di Hati Kita
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu. (Ams. 4:23-24)
Sampah harus dibuang
Demikian pula sampah yang ada dalam tubuh manusia, setelah diproses, otomatis akan dikeluarkan dari tubuh. Jika ada gangguan pembuangan, tubuh akan terasa tidak nyaman dan dapat keracunan. Akibatnya akan timbul berbagai penyakit.
Sampah di komputer
Demikian pula sampah yang ada dalam tubuh manusia, setelah diproses, otomatis akan dikeluarkan dari tubuh. Jika ada gangguan pembuangan, tubuh akan terasa tidak nyaman dan dapat keracunan. Akibatnya akan timbul berbagai penyakit.
Sampah dalam hati
Sampah ini membebani perasaan, menyebabkan sakit hati dan penyakit fisik, dan juga membusukkan tulang. “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.” (Ams 14:30) Jika sampah ini tidak segera dibuang tentu akan menimbulkan berbagai masalah kehidupan.
Merusak sukacita
Berujung pada tragedi
Rasa iri yang disimpan dalam hati Kain membuatnya panas hati sehingga wajahnya menjadi muram dan pada akhirnya berujung pada pembunuhan.
Kehilangan kasih semula
Perasaan jengkel dan marah amat berpotensi menyebabkan seseorang kehilangan kasih. Situasi saat ini pun mungkin bisa membuat jemaat marah, jengkel, kecewa menyaksikan kejahatan di lingkungan mereka. Jagalah hati kita agar tidak tercemar oleh perbuatan orang-orang jahat itu.
Bersihkan hatimu
“Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Ibr 10:22)
Seseorang yang telah dibersihkan hatinya akan merasa lega dan bahagia. Dia akan berbuat kebaikan bagi orang lain sehingga sukacita akan terpancar dari wajahnya. Ketika hati kita bersih, kita dapat menghadap Tuhan dengan hati tulus.
Terpancar dari sikap hidup
Jika seseorang mempunyai hati yang baik maka perkataannya pun baik dan tulus. Sikapnya selalu ramah dan penuh senyuman. Menguatkan hati yang lemah, menghibur hati yang berduka, memberi semangat bagi yang gagal. Mampu memotivasi orang untuk kembali bersemangat dan melakukan kebaikan. Mengangkat mereka yang terjatuh.
Arahkan pandanganmu
Jika kita sibuk memandang kiri kanan, melihat berbagai kejahatan dan kesalahan orang lain maka hati kita akan tercemar dan terpengaruh keburukan mereka. Kita akan menghakimi mereka dan hal itu akan membuat kita merasa kesal, jengkel, marah atau kecewa.
Berbahaya jika timbul kesombongan, ketika merasa diri lebih baik dan lebih suci daripada mereka. Akibatnya, kita akan kehilangan kasih semula.
Masihkah menyimpan sampah?
Tidak ada gunanya menyimpan sakit hati, kemarahan, dendam, kebencian. Buanglah semua itu. Bersihkan hati kita. Gantilah dengan kasih, pengampunan, kerendahan hati. Arahkan pandangan kita hanya pada Tuhan. Sukacita Tuhan akan melingkupi hati kita disertai rasa damai dan kasih Tuhan.
Memang amat sulit membuang hal-hal negatip itu. Namun jika kita menyadari dampak buruk bagi diri pribadi kita, mohonlah bimbingan Roh Kudus untuk memperbarui hati kita. Kita pasti mampu melakukannya bersama Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Yohannes Lie, Sumur Batu, Kamis 8 Maret 2018
Minggu, 22 September 2024
Hakim dan Seorang Janda
Menghadapi masalah
Pernah merasakannya
Kita pun kecewa
Hakim dan seorang janda
Jangan berputus asa
Heartline, Jumat 30 Agustus 2019
Sabtu, 21 September 2024
Jawaban atas Doa
“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Mat. 6:6)
Pernah berdoa
Semua Kristen dewasa pasti pernah berdoa. Nah sesuai ayat di atas, kalau kita akan berdoa, Tuhan mengajarkan agar masuk dalam kamar, menutup pintu, barulah mulai berdoa. Mengapa? Sebab Bapa yang melihat seseorang berdoa di tempat tersembunyi, akan membalasnya. Bagaimana kalau doa itu tanpa disengaja telah didengar orang lain, lalu dipujinya orang itu? Hal itu tergantung tujuan orang itu berdoa, apakah supaya didengar orang atau tidak. Kalau dia tidak bermaksud demikian, tentu tidak apa-apa sebab dia bukan secara sengaja memperdengarkan doanya.
Pernah suatu hari saya pergi ke suatu gereja untuk membawa titipan kepada gembalanya, tapi ternyata dia saat itu sedang berdoa. Terdengar perlahan ada doa penyembahan, doa safaat, dan doa untuk keperluan pribadinya disertai berbahasa Roh. Dia memuji dan menyembah Tuhan dengan sungguh-sungguh. Doanya berjam-jam sebab berhubungan dengan Tuhan. Kata isterinya, hampir setiap hari dia melakukannya. Karena itu, akhirnya saya titip saja sama isterinya.
Tapi ada doa singkat sekali. Saat itu seorang wanita sedang berkendaraan motor. Tiba-tiba dia terkejut sebab hampir mengalami kecelakaan maut. Sebuah kendaraan dengan cepat menuju dirinya yang sedang berkendaraan motor. Tapi sebelum terjadi hal itu, dia berdoa dalam hati, "Oh, Tuhan!" dan matanya pun terpejam. Tiba-tiba kendaraan lawannya itu berhenti tepat di depannya. Puji Tuhan. Kendaraan lawannya tiba-tiba berhenti. Tidak terjadi kecelakaan itu. Mujizat Tuhan terjadi. Padahal doanya pendek sekali. Tapi ternyata Tuhan juga mendengar doanya.
Jadi ada saatnya seseorang berdoa cukup panjang pada Tuhan karena dia memiliki hati yang hancur pada Tuhan dan juga waktu yang longgar, tetapi terkadang dia juga bisa berdoa dengan waktu yang amat singkat karena terdesak waktunya. Tapi Tuhan akan mendengar doanya.
Apakah doa itu?
Doa adalah bentuk komunikasi orang percaya dengan Sang Penciptanya. Bisa melalui ucapan, nyanyian dan penyembahan, bisikan, tangisan, teriakan dan bahkan bisa hanya melalui perasaan yang terdalam saja tanpa terdengar. Melalui doa, kita bisa bersyukur, menyembah, mencurahkan isi hati, atau memohon sesuatu. Doa permohonan itu bisa bersifat rohani, misalnya mohon bimbingan Roh Kudus, ampunan atas dosa dan kesalahan kita, mohon hikmat agar memahami Firman Tuhan, dan lainnya.
Tentu saja kita juga boleh memohon hal-hal bersifat jasmani, misal memohon berkat ekonomi, kesehatan, umur panjang, sukses dalam pekerjaan atau studi, perlindungan dari bahaya, mendapatkan pekerjaan, pasangan hidup, atau keturunan, dan lainnya. Apa saja bisa kita mohon pada Tuhan sepanjang itu semua tidak bertentangan dengan keinginanNya.
Nah, setelah berdoa, tentu menantikan jawabanNya dengan harap-harap cemas, sambil bertanya-tanya dalam hati, “Apakah doa saya dikabulkan Tuhan atau tidak ya?” Kalau sudah lama, ternyata belum terkabul, mulai dicari-cari penyebabnya, “Apakah mungkin ada dosa yang tersembunyi dalam diri saya, apakah saya kurang beriman, apakah ada kata-kata salah dalam doa saya, atau mungkin doa saya kurang bagus dan tertata rapi?” Dan banyak lagi pertanyaan lainnya. Hingga mungkin malahan bikin pusing yang berdoa itu sendiri? Kenapa? Karena terus saja bertanya.
Doa Yabes
Pernah ingat tentang doa Yabes? Dalam Perjanjian Lama, ada doa yang terkenal, yaitu doa Yabes, 1 Taw. 4:10, Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tanganMu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu. Dia mohon agar Tuhan memberkati dan memperluas daerahnya dan Tangan Allah melindungi dari mala petaka dan penyakit. Doanya langsung dikabulkan Allah.
Nah, doa ini pernah amat populer di kalangan Kristen, sehingga ada yang membaca doa itu berulang-ulang seperti mantera. Saya pernah melihat tulisan doa Yabes ini terpampang besar di sebuah gereja besar. Saya heran ketika tiba di gereja itu, “Apakah doa Yabes lebih besar daripada doa Bapa Kami sehingga doa ini dipampang di depan gereja sedangkan doa Bapa Kami tidak?” Saya tidak tahu apakah sekarang gereja itu sudah menyadarinya. Janganlah kita terkecoh, sebab tidak benar jika kita membaca doa Yabes berulang-ulang, Tuhan pasti menjawab doa itu. Kalau doa itu terjadi pada seseorang, belum tentu itu akan terjadi pada kita.
Jawaban Tuhan
Mari kita pelajari berbagai jawaban Tuhan atas doa umatnya, yaitu:
Tuhan tahu keperluan kita
“Karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.” (Mat. 6:8b) Orangtua yang baik tentu akan menyediakan hampir semua kebutuhan dasar seperti makan, pakai, tempat tinggal, sekolah bagi anaknya sebelum mereka minta. Demikian juga Tuhan pun selalu menyediakan berkat, rejeki, kesehatan dan kebahagiaan bagi kita setiap hari. Namun kadang kita tak menyadarinya. Akibatnya kita tidak menghargai dan mensyukurinya.
Tuhan mengabulkan doa
“Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? (Luk. 18:7) Jawaban doa inilah yang paling didambakan. Tuhan langsung menolong ketika kita berseru padaNya. Saat menghadapi ajalnya, raja Hizkia berdoa dan menangis di hadapan Tuhan. Tuhan langsung mengabulkan doanya. Usianya ditambah 15 tahun lagi (2 Raja 20:1-6). Bahkan sebelum Daniel selesai berdoa, Allah telah mengutus Gabriel memberi jawaban padanya. (Dan. 9: 20-23).
Sabar menunggu
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.” (Pengk. 3:1) Orangtua yang bijak tentu tidak segera mengabulkan anaknya yang masih SD minta motor. Mereka akan berkata, “Tunggu sampai engkau besar, nak.” Tuhan pun ada saatnya minta kita sabar menunggu waktu yang tepat, karena, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,” (Pengk. 3:11a)
Kita menolaknya
Bangsa Israel lama menantikan Mesias dengan penuh harap, namun ketika Mesias itu datang, mereka menolakNya. Mengapa? Karena Mesias yang datang tidak sesuai keinginan mereka. Sampai saat ini mereka masih menantikan Mesias itu. Demikian juga ada orang percaya minta sesuatu, misalnya pasangan hidup, tapi ketika Tuhan memberikannya, mereka menolaknya. Mengapa? Karena pemberian Tuhan itu tidak sesuai keinginan mereka. Dan mereka masih terus menunggu jawaban Tuhan.
Tidak mengabulkan doa kita
Ada beberapa penyebab mengapa doa kita tidak dikabulkan Tuhan, antara lain karena:
• Untuk memuaskan nafsu. “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yak. 4:3) Tapi, mengapa ada yang berdoa seperti itu, dikabulkan? Berhati-hatilah, sebab ada oknum lain yang bisa mengabulkan keinginan nafsu kita.
• Tidak menghargai istri. “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1 Pet. 3:7)
• Supaya jangan menyombongkan diri. Paulus berdoa agar Tuhan menyingkirkan iblis yang menggocoh dirinya tapi Tuhan menolak. Mengapa? Agar Paulus tidak meninggikan diri (2 Kor 12:7-9)
• Bertentangan dengan kehendak Allah. Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: "Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Mat. 26:39) Cawan itu tidak dilalukan Bapa. sebab Yesus tetap harus mengalami proses penyaliban karena itu adalah rencana dan kehendak Allah. Padahal Yesus adalah Anak Allah.
Refleksi diri
Tidak ada orang percaya yang doanya selalu dikabulkan atau tidak pernah dikabulkan. Terkadang dikabulkan, terkadang tidak dikabulkan. Mengalami itu semua, ada beberapa hal penting yang harus kita renungkan, yaitu:
a. Apapun jawaban Tuhan, kita harus percaya bahwa Tuhan selalu mengasihi dan memelihara kita. Janganlah kita marah pada Tuhan ketika Dia belum mengabulkan doa kita. Tapi selalu bersabar atas kehendaknya yang terjadi.
b. Dalam berdoa kita harus meneladani Yesus yang mengatakan, “Janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”
c. Hitunglah berkat yang Tuhan berikan pada kita, maka kita akan sadar bahwa Tuhan sudah banyak mengabulkan doa kita. Karena itu bersyukurlah.
Demikianlah renungan Firman Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati. Amin.
Rabu, 18 September 2024
Orang Muda yang Kaya
Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Mat. 19:21)
Perbuatan baik
Ada seorang pemuda datang kepada Yesus, dan berkata, “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Perhatikanlah, dia hanya ingin melakukan perbuatan baik saja agar bisa selamat dan bisa mendapat hidup kekal. Dia tidak memperhatikan iman dan percaya pada Tuhan. Lalu Yesus menjawab, “Jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Berarti Yesus berkata, kita bisa melakukan perbuatan baik saja untuk memperoleh keselamatan kekal tapi dengan persyaratan harus melakukan semua perintah Allah.
Kata orang itu kepadaNya, “Perintah yang mana?” Pemuda ini ingin mengetahui secara tepat perintah apa saja yang menjadi persyaratan Allah itu. Kata Yesus, “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesame manusia seperti dirimu sendiri.” Kemudian orang muda itu tentu berpikir lagi, “Ah, ternyata cuma melakukan hukum Taurat. Itu pun cuma setengahnya belum semuanya. Ditambah lagi dengan mengasihi manusia. Ah, mudahlah itu.” Lalu kata orang muda itu kepadaNya, “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?”
Pernyataan amat sombong
Pernyataan orang muda itu amat sombong. Seolah-olah dia sudah melaksanakan semua perintah itu. Padahal perintah “Kasihi sesamamu” belum juga dilakukannya. Sebab mengasihi sesama kita itu, suatu perintah yang amat sulit dilakukan. Jangankan mengasihi musuh kita, mengasihi saudara seiman kita saja masih sulit dilakukan. Tapi berani-beraninya dia mengaku semua sudah diturutinya. Bahkan kemudian bertanya lagi, “Apa lagi yang masih kurang?” Bukankah itu pernyataan yang sombong sekali? Seolah-olah dia menantang Yesus untuk memberikan perintah yang lainnya.
Padahal dia belum lagi mengetahui kalau Yesus membuat pernyataan bahwa jika hidup keagamaan kita tidak lebih dari orang Farisi dan Ahli Taurat, kita tidak akan bisa masuk kerjaan Sorga. (Mat. 5:20) Bayangkan, perkataan Yesus, bukan hanya membunuh, tapi berani marah saja pada saudara kita, harus dihukum. Demikian juga setiap orang yang melihat perempuan serta menginginkannya sudah berzinah di dalam hatinya. Masih ada banyak lagi.
Juallah segala milikmu
Maka berkatalah Yesus, “Jika engkau hendak sempurna, pergilah dan juallah segala milikmu. Berikan itu pada orang miskin.” Mengapa Yesus menyuruh dia untuk menjual seluruh hartanya? Apakah Yesus ingin hartanya habis, lalu mengikut Dia? Bukankah itu berarti Yesus menyuruh semua muridNya menjadi miskin?
Bukan seperti itu, saudaraku. Maksud Yesus adalah jika orang muda itu sudah bisa menjalankan hukum Taurat dan benar-benar rela mengorbankan semua miliknya termasuk uangnya untuk orang lain, maka orang itu sudah mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Jadi Yesus ingin melihat apakah dia benar-benar mengasihi orang lain seperti yang dikatakannya.
Ternyata dia tidak mampu
Ternyata orang muda itu pergi dari hadapan Yesus. Mengapa? Dia tidak mampu melakukannya. Karena hartanya amat banyak. Padahal tadi dia katakan dengan penuh percaya diri, bahwa memuanya sudah kuturuti. Wow! Ternyata dia masih mencintai hartanya. Jadi dia belum bisa mengasihi orang lain, seperti dia mengasihi dirinya sendiri. Sebab ternyata memang tidak ada orang yang sanggup melakukan semua hukum Taurat dengan sungguh-sungguh. Tidak ada seorang pun.
Termasuk orang Farisi dan ahli Taurat. Memang sungguh berat melakukan hukum Taurat seutuhnya. Hukum Taurat mengatakan jangan berdusta, ternyata mereka berdusta Ketika mengatakan bahwa murid-murid telah mencuri mayat Yesus. Jangan membunuh, mereka membunuh Yesus. Ternyata tidak ada seorang pun yang sanggup menyelamatkan dirinya sendiri dengan melakukan hukum Taurat.
Imanlah yang menyelamatkan
Kalau hukum Taurat tidak bisa menyelamatkan kita, lantas apa yang bisa mengerjakan hal itu? Itulah gunanya Yesus turun dari sorga dan menjadi manusia supaya kita yang percaya padaNya bisa masuk ke dalam sorga. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16)
Jadi asal kita percaya pada Yesus, pasti akan memperoleh hidup kekal. Orang itu tidak akan binasa dalam api neraka. Siapa yang mengutus Yesus? Itulah Allah yang amat mengasihi kita semua. Allah mengutus anakNya yang Tunggal itu, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal. Puji Tuhan.
Perbuatan baik mengikuti kita
Tapi setelah kita percaya pada Tuhan, barulah perbuatan baik itu diperlukan. Mengapa? Sebab kalau kita tidak berbuat baik, Tuhan pun tidak berkenan pada kita. “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yak 2:26) Kita tetap harus melakukan hukum-hukum Tuhan. Tapi tentu saja itu bukan yang terutama untuk selamat, sebab keselamatan kita ditentukan oleh iman.
Karena itu setelah kita beriman teguh pada Yesus, kita harus juga melakukan kebaikan. Jangan terbalik. Jadi orang Kristen juga harus melakukan semua kebaikan yang diperintahkan Yesus. Tapi kebaikan itu tidak akan menyebabkan keselamatan. Tapi bila kita hanya beriman tanpa melakukan semua perintah Tuhan Yesus, maka iman kita akan mati.
Penutup
Jadi bukan perbuatan baik kita yang menyelamatkan kita, tapi karena iman kita pada Yesus. Tapi kalau kita beriman pada Yesus tetapi melakukan kejahatan kita juga tidak akan selamat.
Demikianlah renungan Firman Tuhan. Amin.
Selasa, 06 Agustus 2024
Di Rumah BapaKu Banyak Tempat Tinggal
"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yoh. 14:2)
Muncul rasa kuatir
Banyak orang merasa kuatir terhadap kematian. Mereka seakan bertanya-tanya, "Kemana nanti aku pergi setelah meninggal?" Mereka tidak tahu secara pasti kemana dan bagaimana kehidupan di balik kematian itu. Apakah mereka akan masuk ke neraka ataukah ke sorga? Atau bahkan mereka akan lenyap begitu saja.
Mungkin mereka berpikir kalau lebih banyak melakukan kebaikan dibandingkan kejahatan, mungkin mereka akan selamat. Sebaliknya jika lebih banyak kejahatan, masuk neraka. Tapi bukankah hal itu tidak pasti? Lagi pula kalau jujur, mereka merasa dirinya lebih banyak berbuat kejahatan daripada kebaikan. Mungkin sehari saja mereka sudah melakukan banyak sekali kesalahan. Berapa banyak kalau se bulan? Bagaimana kalau dia sudah berusia lanjut? Wah, tak terhitung banyaknya.
Berusaha melupakan
Karena itu sebagian besar dari mereka berusaha melupakannya dan menganggap hal itu berada di luar pemikiran mereka. "Ah, nanti saja pikirnya. Masih lebih banyak yang harus aku kerjakan. Kalau sudah tua barulah aku pikirkan." Tapi mungkin belum sempat tua, Tuhan sudah memanggil dia pulang.
Bahkan kepercayaan orang Tionghoa adalah jangan menyebut-nyebut waktu kematian seseorang karena itu membawa kesialan. Maka orang Tionghoa, terutama yang bukan Kristen, hampir tidak pernah memikirkannya. Namun demikian walaupun berusaha melupakannya, kematian itu suatu saat pasti terjadi. Tidak bisa dihindari.
Orang Kristen merasa kuatir
Bagaimana dengan orang Kristen? Ternyata ada juga orang Kristen kuatir dengan kematian. Apakah mereka tidak percaya Tuhan? Mereka percaya pada Tuhan, tetapi hanya percaya dalam perkataan saja. Jarang sekali mereka melakukan perintahNya. Karena itu mereka terkadang merasa kuatir juga.
Mereka ternyata masih suka berbuat dosa. Walau pun Tuhan mengajarkan agar jangan berbuat dosa lagi, tetapi mereka merasa tidak berdaya. Mungkin pertama kali berbuat dosa, mereka mohon ampunan dari Tuhan. Lalu mereka merasa diampuni, dan berjanji pada Tuhan tidak akan berbuat lagi. Ternyata mereka berbuat lagi, lalu memohon ampunan lagi pada Tuhan. Tapi sudah berkurang kadar permohonannya. Akhirnya perbuatan dosa itu menjadi permainan saja. Mereka belum benar-benar bertobat.
Melihat kematian
Jika seseorang menghadapi kematian, ada banyak penderitaan terjadi. Biasanya orang yang sedang menghadapi kematian itu, akan merasakan sakit luar biasa. Nah, itulah juga yang mereka takutkan.
Juga banyak sekali orang pada saat meninggal, didatangi oleh kerabatnya. Tetapi beberapa saat kemudian mereka mulai dilupakan. Lalu lenyaplah dia. Apa yang sudah dibuatnya, seakan-akan hilang tiada arti lagi. Ingatan terhadap dirinya pun memudar. Itu juga yang menjadi rasa kuatir mereka.
Salomo mengingatkan
Pengkhotbah 12:7, raja Salomo mengingatkan, "Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya." Ya, sehebat apapun seseorang saat berada di dunia ini, ketika meninggal dunia, dia hanya kembali menjadi debu, dan rohnya kembali kepada Allah. Jadi sudah sewajarnya jika ingatan terhadap orang meninggal akan memudar.
Karena itu, Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!" (Peng. 12:1) Yang penting ingatlah selalu akan Tuhan. Mohon pertolonganNya saat kita menghadapi apa pun.
Jangan gelisah hatimu
Ingatlah selalu bahwa Yesus berfirman, "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku." (Yoh. 14:1) Dia mengatakan agar kita jangan merasa gelisah, cemas dan takut menghadapi apa pun, termasuk penyakit, ketuaan, bahkan kematian. Percayalah kepada Allah dan kepadaNya juga. Dia mengetahui semua kelemahan kita. Percaya saja padaNya.
Yesus juga berkata, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yoh. 14:2) Di rumah Bapa telah tersedia tempat bagi kita dan Yesus pergi kesana bagi kita, orang yang percaya padaNya. Jangan kuatir nantinya kita tidak mendapat tempat di sorga. Tuhan sudah menjanjikannya bagi kita. Asalkan kita selalu mengingat Dia selalu.
Ingat janji Tuhan
Mengingat janji Tuhan yang sedemikian indahnya, kini kita tidak perlu merasa kuatir lagi. Memang kita selalu berbuat kesalahan pada Tuhan, bahkan hampir setiap hari, tetapi hal itu tidak akan mengganggu kita karena kita selalu mohon pengampunanNya.
Berapa kali kita mohon ampun? Sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Amat banyak bukan? Tetapi kita jangan melakukan dosa itu dengan disengaja. Kita harus melawan keinginan untuk berbuat dosa itu. Lakukan semua yang Tuhan kehendaki semampu kita. Tidak harus semuanya. Nanti Tuhan akan melakukan selebihnya.
Akhir Kata
Pada akhir renungan ini saya berharap agar kita selalu percaya pada Tuhan atas janjiNya, jangan merasa gelisah, takut dan cemas. Dia adalah penolong kita yang sungguh-sungguh.
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.