Minggu, 29 September 2024

Buanglah Sampah di Hati Kita

 Sampah di hati


"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu. (Ams. 4:23-24)

Sampah harus dibuang

Sampah adalah barang atau sesuatu yang sudah tidak berguna lagi. Karena itu, di mana saja, baik di rumah, di pasar, atau di kantor, sampah harus dibuang. Jika tidak, sampah akan mengganggu kebersihan, menimbulkan bau tidak sedap, dan dapat menimbulkan penyakit. 
 
Demikian pula sampah yang ada dalam tubuh manusia, setelah diproses, otomatis akan dikeluarkan dari tubuh. Jika ada gangguan pembuangan, tubuh akan terasa tidak nyaman dan dapat keracunan. Akibatnya akan timbul berbagai penyakit. 

Sampah di komputer

Sampah adalah barang atau sesuatu yang sudah tidak berguna lagi. Karena itu, di mana saja, baik di rumah, di pasar, atau di kantor, sampah harus dibuang. Jika tidak, sampah akan mengganggu kebersihan, menimbulkan bau tidak sedap, dan dapat menimbulkan penyakit. 
 
Demikian pula sampah yang ada dalam tubuh manusia, setelah diproses, otomatis akan dikeluarkan dari tubuh. Jika ada gangguan pembuangan, tubuh akan terasa tidak nyaman dan dapat keracunan. Akibatnya akan timbul berbagai penyakit. 


Sampah dalam hati

Dalam hati manusia pun bisa tersimpan sampah yaitu perasaan atau pikiran buruk antara lain iri hati, kecewa, sakit hati, kebencian, dendam, marah, merasa terhina, sedih berlebihan, dan putus asa.
 
Sampah ini membebani perasaan, menyebabkan sakit hati dan penyakit fisik, dan juga membusukkan tulang. “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.” (Ams 14:30) Jika sampah ini tidak segera dibuang tentu akan menimbulkan berbagai masalah kehidupan.

Merusak sukacita 

Sampah hati ini pun dapat merusak sukacita yang diberikan Tuhan pada umatNya. Firman Tuhan mengatakan “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp 4:4) Namun bagaimana seseorang mampu bersukacita, jika sampah itu masih tersimpan dalam hati? Mereka tentu akan kehilangan semangat. Perasaan hatinya pun menjadi hambar. 

Berujung pada tragedi

Kejadian 4:5-7 mengisahkan korban persembahan Kain tidak diindahkan Tuhan sedangkan korban Habil diterima. “Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?”
 
Rasa iri yang disimpan dalam hati Kain membuatnya panas hati sehingga wajahnya menjadi muram dan pada akhirnya berujung pada pembunuhan.

Kehilangan kasih semula

Jemaat Efesus adalah jemaat yang rajin dan tekun bekerja untuk Tuhan, tidak sabar terhadap orang jahat, membongkar kepalsuan rasul palsu, sabar dan menderita karena Kristus. Namun karena jengkel dan marah terhadap orang jahat dan rasul palsu di lingkungan mereka, tanpa sadar mereka kehilangan kasih semula. (Wah 2:2-4) Akibatnya jemaat ini ditegur Tuhan. 
 
Perasaan jengkel dan marah amat berpotensi menyebabkan seseorang kehilangan kasih. Situasi saat ini pun mungkin bisa membuat jemaat marah, jengkel, kecewa menyaksikan kejahatan di lingkungan mereka. Jagalah hati kita agar tidak tercemar oleh perbuatan orang-orang jahat itu.

Bersihkan hatimu

“Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.” (Kol 3:8)
 
“Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Ibr 10:22)
 
Seseorang yang telah dibersihkan hatinya akan merasa lega dan bahagia. Dia akan berbuat kebaikan bagi orang lain sehingga sukacita akan terpancar dari wajahnya. Ketika hati kita bersih, kita dapat menghadap Tuhan dengan hati tulus. 

Terpancar dari sikap hidup

“Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." (Luk 6:45) 
 
Jika seseorang mempunyai hati yang baik maka perkataannya pun baik dan tulus. Sikapnya selalu ramah dan penuh senyuman. Menguatkan hati yang lemah, menghibur hati yang berduka, memberi semangat bagi yang gagal. Mampu memotivasi orang untuk kembali bersemangat dan melakukan kebaikan. Mengangkat mereka yang terjatuh.  

Arahkan pandanganmu 

“Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka.” (Ams. 4:25) Arahkan pandangan kita hanya pada Tuhan Yesus yang penuh kasih dan kebaikan. 
 
Jika kita sibuk memandang kiri kanan, melihat berbagai kejahatan dan kesalahan orang lain maka hati kita akan tercemar dan terpengaruh keburukan mereka. Kita akan menghakimi mereka dan hal itu akan membuat kita merasa kesal, jengkel, marah atau kecewa. 
 
Berbahaya jika timbul kesombongan, ketika merasa diri lebih baik dan lebih suci daripada mereka. Akibatnya, kita akan kehilangan kasih semula.

Masihkah menyimpan sampah?

Mari kita menguji hati kita masing-masing. Apakah kita masih menyimpan sampah keburukan di hati kita? Seberapa jauh kita terjatuh dan kehilangan kasih dan sukacita karena hal itu? 
 
Tidak ada gunanya menyimpan sakit hati, kemarahan, dendam, kebencian. Buanglah semua itu. Bersihkan hati kita. Gantilah dengan kasih, pengampunan, kerendahan hati. Arahkan pandangan kita hanya pada Tuhan. Sukacita Tuhan akan melingkupi hati kita disertai rasa damai dan kasih Tuhan.
 
Memang amat sulit membuang hal-hal negatip itu. Namun jika kita menyadari dampak buruk bagi diri pribadi kita, mohonlah bimbingan Roh Kudus untuk memperbarui hati kita. Kita pasti mampu melakukannya bersama Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Yohannes Lie, Sumur Batu, Kamis 8 Maret 2018
Heartline, Jumat 16 Maret 2018
GPdI Agape, Heartline, Selasa 5 Maret 2024