Minggu, 10 November 2024

Jangan Menukar Keselamatanmu

laba-laba

“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26)

Laba-laba Black Widow

Di Amerika Utara ada sejenis laba-laba disebut “black widow” (janda hitam). Betinanya berukuran dua kali lebih besar dari jantan. Laba-laba ini punya kebiasaan aneh. Selesai jantan mengawini betina, dia harus berlari cepat, sebab jika tertangkap, dia akan dimakan si betina. Hampir tidak ada jantan yang lolos. Itu sebabnya si betina disebut janda karena setelah kawin langsung kehilangan suami.
   
Apakah si jantan tidak tahu resiko itu? Pasti tahu, buktinya dia segera berlari. Tapi demi memenuhi nafsu sesaat, dia berani menanggung resiko kehilangan nyawa. Dia mau menukar hidupnya hanya dengan kesenangan sesaat.


Manusia sering bersikap demikian

Tapi ternyata manusia pun sering bertindak seperti itu. Demi memenuhi nafsu seksnya, manusia ada yang nekat berzinah. Apa resikonya? Jika pasangannya tahu, pasti terjadi pertengkaran dan kemungkinan bisa terjadi perceraian. Hal itu menimbulkan aib keluarga.

Tidak sedikit yang terkena penyakit kelamin. Bagi wanita yang belum menikah berresiko hamil di luar nikah. Bahkan ada yang kehilangan nyawa karena dibunuh. Tidak hanya itu, orang itu juga bisa kehilangan keselamatan kekal sebab penzinah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (1 Kor 6:9-10)
   
Apakah mereka tidak sadar akibatnya? Mereka sadar, tapi karena dorongan nafsu, mereka tidak peduli dan nekat. Mereka sama seperti laba-laba jantan itu, mau menukar keselamatan jiwanya hanya demi kesenangan sesaat.

Tawon mati setelah menyengat

Contoh lain adalah tawon madu. Tawon ini jika terganggu, akan marah dan berusaha menyengat si pengganggu. Tapi setelah menyengat, dia akan mati. Demi memuaskan nafsu marah, dia harus mati.
   
Manusia pun ada yang berperangai seperti tawon itu. Jika disakiti berusaha membalas. Bahkan ada yang berusaha membunuh demi balas dendam. Namun terkadang justru dia sendiri yang terluka atau terbunuh.
   
Membalas dendam memang memuaskan, tapi resikonya besar. Itulah sebabnya Yesus mengajarkan kita mengampuni. Bukan demi kebaikan orang yang menyakiti kita, tapi demi kebaikan kita sendiri.  

Tragedi Adam dan Hawa

Kita tahu kisah tragis Adam dan Hawa. Hanya karena ingin makan buah terlarang, mereka harus menukarnya dengan penderitaan dan kematian. Bukan hanya mereka yang menanggung akibatnya, tapi juga seluruh umat manusia.
   
Pertukaran yang amat tidak sebanding. Mereka hanya menggigit buah itu sedikit, tapi penderitaan dan kematian berlangsung terus sampai saat ini. Mereka tahu resikonya. Tapi mereka tetap nekat melanggar larangan Allah.

Esau yang menjual hak kesulungan 

Kisah lain adalah Esau yang menukar hak kesulungannya dengan masakan kacang merah. (Kej. 25:29-34) Kepuasan makan kacang merah hanya sebentar saja tapi akibatnya dia kehilangan berkat kesulungannya. Pertukaran yang tidak sebanding. Esau amat menyesalinya (Kej. 27:38). 

Kesia-siaan Salomo

Kesenangan duniawi yang diingini manusia adalah kekayaan, kekuasaan, kepintaran, popularitas, atau wanita. Raja Salomo sudah memiliki semua itu. Kekuasaan dan kekayaannya amat besar. Dia raja yang terkenal berhikmat. Saking populernya, ratu Syeba mengunjungi dan mengaguminya (1 Raja 10) Salomo mempunyai 700 istri dan 300 gundik (1 Raja 11:3).
   
Namun apa pendapatnya? “Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.” (Pengk.1:2) Kesenangan duniawi hanyalah kesia-siaan belaka. Sungguh malang manusia yang hanya mengejar kesenangan duniawi dalam hidupnya dan melupakan keselamatan jiwanya. Yesus berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” 

Manusia menyadari hal itu

Suatu hari saya bertanya pada teman, “Seandainya bapak diberi kekayaan 100 milyar rupiah, kekuasaan, rumah dan mobil mewah, dan wanita yang amat cantik, tapi besoknya dihukum mati dibakar, mau tidak?” Cepat dia menjawab, "Tidak mau.” Saya lanjutkan, “Bagaimana jika diperpanjang menjadi 10 tahun. Mau tidak?” Dia tetap menolak.
   
Saya kejar lagi, “Kalau seumur hidup? Mau tidak?” Dia menjawab, “Pak, walau seumur hidup saya menikmatinya, tapi waktu itu pasti akan berakhir. Kalau waktunya berakhir, semua kesenangan itu pun berhenti. Setelah itu, menghadapi hukuman mati dibakar. Sudah pasti tidak ada yang mau.” 
   
Ya, di dalam hati manusia, ada pemikiran seperti itu. Tapi kenyataannya, banyak manusia, demi memuaskan nafsunya bersedia kehilangan keselamatan, dan menerima hukuman kekal dibakar di api neraka. Sungguh pertukaran tidak sebanding.

Orang Kristen menukar keselamatannya

Demi mendapatkan pasangan hidup, ada orang Kristen yang rela meninggalkan imannya pada Yesus dan akibatnya kehilangan keselamatan. Padahal setelah menikah, belum tentu mendapat kebahagiaan
   
Demi mendapat kekuasaan, kekayaan, atau apa pun yang ditawarkan dunia ini, ada orang Kristen yang bersedia meninggalkan Yesus dan kehilangan keselamatan. Padahal semua tawaran itu tidak seberapa dan terkadang dinikmatinya hanya sekejap saja.

Bolehkah kita menikmati kehidupan?

Jika demikian, bolehkah kita menikmati hidup ini? Amsal 3:13 menulis, “Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.” Jadi kita boleh menikmati hidup yang berasal dari pemberian Allah.
   
Karena itu carilah pasangan hidup yang seiman, bekerjalah sekuat tenaga untuk keluarga sesuai ajaran Tuhan, raihlah prestasi terbaik, kejarlah masa depan penuh kebahagiaan. Tuhan menjanjikan semua berkat itu bagi kita.

Jangan meninggalkan Tuhan

Tapi janganlah meninggalkan Tuhan dan iman kita demi memuaskan keinginan menikmati dunia sehingga kehilangan keselamatan. Keselamatan jiwamu jauh lebih berharga dari apa pun di dunia ini. Utamakan Tuhan di atas segalanya, maka engkau akan berbahagia di dunia dan di Sorga. Tuhan memberkati. Amin

Yohannes Lie, Heartline, Jumat 18 Juli 2014
Heartline, Jumat 5 Oktober 2018
Glory Ministry, Heartline, Jumat 12 Januari 2024
GPdI Filadelfia, Parengkuan, Minggu 10 Nop 2024