“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” (Yes 49:15)
Mengasihi anaknya
Seorang perempuan itu memiliki hati yang penuh kasih terhadap anak-anaknya. Dia akan menjaganya penuh kasih, memberi makan sesuai yang dibutuhkan. Sering bercengkrama dengan bayinya. Bila susunya tidak cocok maka dia akan menggantinya.
Saya mempunyai seorang ibu. Anak ibu ada sebelas orang, tapi kami mendapatkan kasihnya secara merata. Sehingga kami merasa semuanya adil, tidak berat sebelah. Sungguh beruntung kami semua. Akibatnya kami kakak-beradik semuanya selalu saling mengasihi. Tapi bila mama mempunyai makanan yang enak, tentu saja anak yang kecil diajaknya makan. Kami pun menyadarinya. Begitulah kami diajarkan untuk saling mengasihi.
Ketika saya berkeluarga, kami mempunyai anak tiga orang. Seorang perempuan dan dua laki-laki. Ternyata mereka bertiga pun saling mengasihi. Sekarang ketiganya sudah keluar dari rumah. Tapi isteri saya perhatiannya masih terus tertuju kepada ketiganya. Tapi anak kami yang bungsu mendapat perhatian penuh. Karena dia belum menikah. Selalu ditanya sudah makan belum, bagaimana keadaannya, dan lain-lainnya. Hampir setiap hari.
Tidak mengasihi anaknya
Tetapi walau pun seorang wanita amat mengasihi anak-anaknya, ternyata banyak juga kendala yang menguasainya sehingga dia akan kesulitan menyatakan kasihnya. Kadang-kadang situasi yang ada tidak memungkinkan untuk dihadapinya. Misalnya pasangan yang belum siap menikah, tetapi sang wanita sudah hamil duluan. Mereka menjadi ketakutan. Akhirnya sang bayi terpaksa dibuang, walau dengan hati yang amat pedih. Atau wanita yang belum bersuami, tetapi hamil karena diperkosa atau ternyata kekasihnya banyak. Si bayi pun mengalami beberapa kesulitan, bahkan dia akhirnya dibunuh.
Ada seorang teman saya, yang merasa amat benci kepada ibunya. Mengapa? Karena pada suatu waktu ayahnya mengalami kecelakaan pesawat sehingga meninggal. Kemudian karena ibunya harus tetap hidup, dia menikah lagi dengan pria lain. Ditinggallah teman saya yang masih kecil itu dengan adik wanitanya. Dititipkannya di tempat tantenya. Untung tantenya sangat baik. Tapi dia tidak mau bertemu lagi dengan ibunya, yang sering kangen pada dirinya. Dia sangat kesal dengan ibunya yang dianggapnya tidak setia pada ayahnya dan anak-anaknya.
Ada juga seorang wanita muda yang amat membenci ayahnya, kali ini sang ayah, yang sering berselingkuh dengan wanita selain ibunya. Sehingga keluarga ini berpisah ketika anaknya masih sangat kecil. Sampai saat ini, wanita muda tadi tidak mau mengakui sang ayah. Dia menganggap ayahnya sudah tidak ada.
Sekali pun dia melupakannya
“Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” Ya, walau pun ada banyak wanita yang melupakan anaknya, tetapi Tuhan Allah tidak akan pernah melupakan kita. Sungguh luar biasa kasih Tuhan kepada kita, orang yang penuh dosa dan kesalahan. Tuhan ternyata demikian mengasihi kita.
Bapak, ibu, dan saudara sekalian, mungkin kita sering merasa kecewa dengan keadaan orang tua kita, khususnya ibu kita, yang sudah melupakan kita, ingatlah bahwa Tuhan tidak sedetik pun melupakan kita. Bahkan di ayat selanjutnya, Tuhan mengatakan, “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.”
Tuhan bukan saja tidak akan melupakan kita, tetapi Dia bahkan melukiskan kita di telapak tanganNya. Sungguh luar biasa. Kita akan selalu diingatNya setiap saat. Karena itu marilah kita melupakan pengalaman pahit yang kita alami, terutama saat merasa tidak diperhatikan orangtua kita. Kita lupakan semua itu. Dan mari kita memaafkannya. Terpujilah Tuhan yang amat penuh kasih. Amin.