Senin, 04 Maret 2024

Menjaga Perkataan

 



“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggung-jawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Mat. 12:36 – 37) 

Perkataan adalah alat komunikasi

Salah satu alat komunikasi manusia adalah perkataan. Melalui perkataan, manusia menyampaikan isi hati, pemikiran, pengajaran, dan kasih sayang. Juga seringkali untuk berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa, pujian, dan penyembahan.
   
Namun perkataan juga dapat digunakan untuk menyatakan kebencian, kemarahan, penghinaan, ancaman, hasutan, perkataan kotor dan penghujatan. Orang bijak berkata, “perkataan lebih tajam daripada pedang”. Artinya, ucapan bisa tajam menusuk, merusak, bahkan menghancurkan hati orang yang mendengarnya.

Bisa menggugurkan iman

Seseorang bisa padam semangatnya ketika mendengar kritikan tajam. Fitnah merusak bukan hanya korbannya namun juga orang dekatnya. Pertengkaran terjadi karena perkataan tidak menyenangkan. Perceraian, perkelahian, peperangan, atau perpecahan sering terjadi karena perkataan jahat. Kutukan penuh kebencian bisa menyengsarakan hidup orang lain.
 
Pepatah mengatakan, “mulutmu adalah harimaumu”. Dan juga, “Perkataan mulut orang berhikmat menarik, tetapi bibir orang bodoh menelan orang itu sendiri.” (Pengk. 10:12) Perkataan jahat dari mulut seseorang dapat berbalik menghancurkan dirinya sendiri. Sering ditayangkan di media massa seorang bos yang suka menghina, dibantai pegawai yang dihinanya. 

Perkataan yang membangun

Perkataan baik membangun orang lain, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Efe. 4:29) “Mulut orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hukum” (Maz. 37:30) 
 
Perkataan berhikmat membangkitkan semangat orang yang putus asa, meredakan kemarahan, menghibur yang bersedih, dan menjadi berkat bagi yang mendengarnya. Perkataan berkat membuat yang lemah menjadi kuat, yang terhilang kembali pada Tuhan, yang akan binasa diselamatkan, dan yang tersesat kembali pada jalan kebenaran.
 
“Perkataan orang fasik menghadang darah, tetapi mulut orang jujur menyelamatkan orang.” (Ams. 12:6) "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.” (1 Pet. 3:10) 

Mencerminkan Isi Hati Orang

Perkataan merupakan cermin dari isi hati dan pikiran seseorang. Tuhan Yesus berkata, “Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.” (Mat. 12:34-35)

Orang jahat mengeluarkan perkataan jahat, karena isi hatinya penuh dengan hal-hal yang buruk. Sebaliknya orang baik mengeluarkan perkataan baik, karena hatinya penuh dengan hal-hal yang baik. Perkataan yang keluar dari mulut kita mencerminkan siapa sebenarnya kita. 

Perkataan orang munafik

Bagaimana dengan orang munafik yang mulutnya manis padahal hatinya jahat? Berarti perkataannya tidak mencerminkan isi hatinya? Ya, seseorang yang mempunyai tujuan tertentu dapat berpura-pura berkata-kata baik. Banyak orang tertipu ucapan munafik.
 
Namun kemunafikan akan terbongkar karena tidak mungkin terus disembunyikan. Orang Farisi menutupi kebusukannya, namun Tuhan Yesus melihat kemunafikan itu dan Dia bersikap keras pada orang munafik.

Bibir yang dikuduskan

Nabi Yesaya berkata, "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." (Yes. 6:5)
 
Yesaya menyadari kenajisan bibirnya yang sering dilakukannya. Namun seorang Serafim menyentuh bibirnya dengan bara api dari mezbah dan berkata, "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni. (Yes. 6:7)

Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" (Yes. 6:8) Perhatikanlah, seseorang yang siap diutus Tuhan harus menjaga perkataannya. 

Yang kudus dan najis?

Orang percaya sering menggunakan mulut untuk berdoa, memuji, dan menyembah Tuhan. Bahkan terkadang untuk menyampaikan FirmanNya yang kudus. Bagaimana mungkin pada saat lain, mulut itu digunakan untuk mengucapkan perkataan najis dan menyakitkan hati Tuhan? 
 
Sebagai orang percaya, kita harus siap diproses Tuhan. Jika selama ini mungkin kita telah menggunakan mulut kita untuk mengucapkan perkataan jahat, perkataan sia-sia, marilah kita menjaga mulut kita dengan hanya mengucapkan kebenaran dan kebaikan sesuai Firman Tuhan. Janganlah terus membicarakan keburukan orang, memaki dan menghina orang lain, atau mengucapkan perkataan yang tidak berkenan bagi Tuhan. 

Koreksi Dirimu

Mari koreksi diri. Perkataan apa yang sering kita ucapkan? Apakah perkataan buruk atau perkataan baik sesuai Firman Tuhan? Ataukah perkataan baik dan buruk muncul secara bergantian? “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” (Ibrani 13:15) Amin.

Yohannes Lie, Heartline Jumat 27 Juli 2012
Sumur Batu, 30 Agustus 2018
GPdI Rawajitu, 9 Pebruari 2020
Heartline, GPdI Agape, Selasa 31 Januari 2023