Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. (Ayub 1:1)
Dimanakah Tanah Us?
Dari ayat di atas tertulis Ayub itu tinggal di tanah Us. Tapi dimanakah tanah Us itu? Tidak ada jawaban yang pasti. Menurut salah satu dari naskah Gulungan Laut Mati, tanah Us berada di luar Efrat. Mungkin tanah Us ini memiliki hubungan dengan Aram. Tanah Us juga terkadang diidentifikasikan dengan kerajaan Edom, yang berada di sekitar wilayah barat daya Yordania dan selatan Israel. Sebab tertulis dalam Ratapan 4:21a yang menyatakan, "Bergembira dan bersukacitalah, hai puteri Edom, engkau yang mendiami tanah Us." Tapi dimana pastinya tanah Us itu, belum ada yang mengetahuinya saat sekarang ini.
Yang jelas tertulis, "Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub." Ayub mungkin bukan bangsa Israel. Tapi dia adalah seorang yang saleh dan jujur. Orang saleh berarti dia seringkali berdoa dan beribadah pada Tuhan. Dia orang yang jujur, berarti dia seorang yang tidak pernah berbohong dan perkataannya selalu benar. Dia juga takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Jadi dia adalah orang yang dikasihi Tuhan karena memiliki sifat-sifat itu. Semuanya itu ditulis di dalam Alkitab.
Kapankah Ayub hidup?
Di dalam kitab Talmud, kitab yang berisi tentang tradisi agama Yahudi, dikatakan bahwa Ayub hidup pada masa Abraham atau Yakub. Dan penulis dari kitab Ayub ini hidup pada masa itu. Tapi dalam versi lain, dikatakan oleh Lewi ben Laḥma, bahwa Ayub hidup pada masa Musa, dan Musa adalah penulis Kitab Ayub. Sedangkan pakar lainnya berpendapat bahwa Ayub sendirilah yang menulis kitab ini, atau Elihu, atau Yesaya. Jadi kapan waktu Ayub itu hidup masih simpang siur. Belum ada kesepakatan.
Bagaimana kehidupan Ayub?
Ayub ini adalah orang terkaya pada masa itu dari semua orang di sebelah timur. Dia memiliki kambing, domba, unta, lembu, keledai, dan budak-budak. Semuanya ada dalam jumlah yang amat besar. Anak-anaknya berjumlah sepuluh orang terdiri dari tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Jadi kehidupan Ayub pada saat itu sungguh amat menyenangkan.
Anak laki-lakinya itu sering mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing secara bergiliran. Dan ketiga anak perempuan diundang untuk makan minum bersama-sama mereka. Setiap kali sesudah acara pesta itu, Ayub memanggil dan menguduskan mereka. Esok harinya, pagi-pagi, Ayub mempersembahkan korban bakaran yang jumlahnya sama dengan jumlah mereka semua. "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan mengutuki Allah dalam hati.", pikir Ayub. Demikianlah itu sering dilakukan Ayub.
Sidang di hadapan Allah
Suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN. Kemungkinan besar, anak-anak Allah itu adalah para malaikat. Di antara mereka, datang juga iblis. Bertanyalah TUHAN kepada iblis, "Darimana engkau?" Iblis menjawab, "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajahi bumi." Rupanya iblis sering sekali mengelilingi bumi ini untuk mengamati manusia. TUHAN kembali bertanya, "Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
Iblis menjawab, "Apakah Ayub takut akan Allah, jika dia tidak mendapat apa-apa dariMu? Sebab Engkau yang menjaga dan memberkati dia. Tapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu." Dasar si iblis, hobinya menyanggah perkataan Tuhan. Dan Iblis yakin jika Ayub tidak mendapatkan berkat dari Allah, pasti dia akan mengutuki Allah.
Maka firman TUHAN pada iblis, "Segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu, hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Wow! TUHAN ternyata mengijinkan iblis menghancurkan segala milik Ayub untuk mencobainya. Maka kemudian pergilah iblis dari hadapan TUHAN, untuk segera mulai mencobai Ayub.
Bencana pun terjadi
Suatu hari datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata, "Orang Syeba menyerang dan merampas lembu sapi dan keledai serta memukul penjaganya." Datang lagi yang lain dan berkata, "Api menyambar dari langit dan membakar habis kambing domba dan para penjaga." Kemudian datang orang lain dan berkata, "Orang Kasdim bersama pasukannya merampas unta-unta dan memukul penjaganya." Datang lagi yang lain dan berkata, "Anak-anak tuan laki-laki dan perempuan sedang berpesta, tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun. Rumahnya roboh menimpa mereka sehingga mereka semua mati." Kesemuanya melaporkan kepada Ayub adanya bencana besar itu. Bukan main nih iblis. Tanpa belas kasihan, dia hancurkan semua milik Ayub.
Lalu berdirilah Ayub, mengoyak jubahnya dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah dia dan menyembah TUHAN, katanya, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. Sungguh luar biasa Ayub ini. Dalam keadaan terpuruk seperti itu, dia hanya berkabung dan sama sekali tidak menghujat Allah.
Tertimpa barah busuk
Melihat kenyataan itu, kemudian iblis menimpakan lagi bagi Ayub suatu barah busuk dari telapak kakinya sampai ke kepalanya. Berkatalah isteri Ayub, "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutuklah Allahmu dan matilah!" Isteri Ayub kelihatannya sudah putus asa sehingga ia menyuruh Ayub mengutuki Allah. Jawab Ayub, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tapi tidak mau menerima yang buruk?"
Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. Sungguh suatu iman yang luar biasa Ayub ini. Dia kehilangan anak-anaknya, hartanya, bahkan terkena penyakit barah yang amat busuk. Isterinya pun bahkan mulai meragukan Allahnya dan menghendaki dia mati saja. Padahal dia seorang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan, ternyata mendapat bencana seperti itu.
Mampukan kami, Tuhan
Apakah kita sanggup menghadapi pencobaan seperti itu? Mungkin kita sudah putus asa dengan semuanya itu. Bahkan terkadang hanya karena merasa doanya belum dijawab oleh Tuhan, kita sudah tidak beriman lagi padaNya dan jatuh dalam dosa, atau bahkan sudah meninggalkan Tuhan. Ampunilah kami, ya Tuhan, atas semua kesalahan kami. Biarlah kami belajar dari Ayub ini agar kami selalu kuat di dalam Tuhan. Kami tetap percaya kepada segala kebaikanMu, Tuhan.
Melihat keadaan Ayub, sahabatnya datang
Melihat keadaan Ayub, para sahabatnya pun datang.
Keadaan Ayub dipulihkan
Setelah melewati semua pencobaan itu, TUHAN kemudian memulihkan keadaan Ayub. Dia memberikan Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dulu. Ayub juga mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub. Ayub masih hidup selama seratus empat puluh tahun lamanya. Semua saudara-saudara Ayub pun mengucap syukur atas pemulihan iitu.
Penutup
Marilah kita bersikap seperti Ayub, tidak berusaha menghujat dan meninggalkan Allah, walau mendapat pencobaan yang sedemian beratnya. Demikianlah renungan ini, semoga menjadi berkat bagi kita agar kita belajar dari kisah Ayub untuk tetap saleh dan jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan. Terpujilah Tuhan. Amin.