Jumat, 29 April 2022

Sulit Sekali Mengakui Kesalahan

 


"Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami." (Mat. 6:12)


Cukup sulit

Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan pada orang lain. Bahkan mungkin kesalahan yang dilakukannya amat fatal. Tetapi mengapa cukup sulit mengakui kalau dirinya bersalah? Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki ego masing-masing. Walaupun mulutnya mengatakan dirinya bisa berbuat salah, namun hatinya merasa kalau dirinya selalu benar. Mereka bukannya mengakui kesalahan yang diperbuatnya, tapi justru sebaliknya akan selalu membela diri. Hampir tidak ada orang yang mau mengakui kesalahannya.  

Jika terjadi kecelakaan antara dua kendaraan sepeda motor, kemungkinan besar kedua pengendaranya akan saling menyalahkan. Jarang ada yang mau mengakui dirinya bersalah. Coba perhatikanlah. Seandainya sudah jelas yang seorang melanggar batas kecepatan, masih saja dia tidak mau mengakuinya. Bahkan mengatakan yang lain itu yang berjalan tidak benar. 

Demikian juga jika terjadi orangtua menegur anaknya yang salah. Walaupun sang anak minta maaf pada orangtuanya, namun dia akan menggerutu di dalam hatinya. "Masakan cuma masalah begitu saja, saya dimarahi!" Hampir tidak ada seorang pun yang siap dimarahi. Apalagi jika sang anak merasa tidak bersalah. Bahkan pada saat terjadi peristiwa pembunuhan, kemungkinan besar yang membunuh itu akan berkata, "Aku berbuat seperti ini karena kesalahan dia." Sedikit sekali orang yang bersedia mengalah dan minta maaf. Amat sedikit!


Aktifis gereja

"Ah, itu kan terjadi hanya bagi orang yang kurang beriman. Kalau beriman, pasti menyadari keadaannya di hadapan Tuhan dan mengakuinya.", kata sebagian orang. Tapi kenyataannya justru sebaliknya. Sekali pun dia seorang aktifis gereja, apalagi pimpinan gereja, yang selalu merasa diri paling benar, pasti makin sulit untuk mengakuinya. 

Orang yang dianggap sebagai panutan, mungkin saja berbuat kesalahan pada pengikutnya. Tapi apakah dia mau mengakuinya? Jarang sekali. Atau mungkin jika mengakuinya, biasanya harus bersikeras lebih dulu. Bahkan barangkali dia tidak menyadarinya bahwa dia telah berbuat salah. 


Pengkotbah mengatakannya

Beberapa pengkotbah pernah mengutip Firman Tuhan, "Jika engkau mengampuni kesalahan orang lain, Bapa di sorga akan mengampunimu." (Mat. 6:14) Kita mudah sekali mengucapkan hal itu. Disertai penjelasan panjang lebar. Karena umumnya kalimat itu ditujukan kepada orang lain, bukan untuk diri kita sendiri. Tidak pernah dikatakan, "Jika saya mengampuni kesalahan orang lain, maka Bapa di sorga akan mengampuni saya." 

Kalau ditanya, adakah kesalahan yang sudah kita lakukan pada orang lain selama ini, mungkin kita sulit menemukannya. Mengapa? Karena menurut perasaan kita selama ini, kita tidak pernah berbuat salah. Namun, benarkah hal itu? Ternyata tidak. Kita sering melakukannya. Sering tanpa sadar kita menyakiti orang lain. Parahnya kita tidak menyadari. 

Ada orang yang jelas-jelas ketahuan berzinah, tapi tetap saja menyangkalnya. Padahal sudah berkali-kali dia melakukannya. Sudah jelas seseorang mengkorupsi uang, masih mencari alasan untuk tidak mengakuinya. Itulah keadaan manusia.


Raja Daud mengakuinya

Tetapi Raja Daud mengakui kesalahannya. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Maz. 32:5) Ternyata raja Daud, seorang yang diurapi Tuhan, telah mengakui kesalahannya kepada Tuhan. Dia tidak hanya mengakui, tetapi berani menulisnya di dalam kitab Mazmur. Apa artinya? Artinya kelemahan Raja Daud itu akan terus menerus dibaca orang lain. Dia menyadari kalau hal itu memalukan, tetapi itulah resikonya kalau sudah berbuat salah.

Apa sajakah kesalahan raja Daud? Cukup banyak. Tapi dia berkata dosaku dan kesalahanku akan diakuinya di hadapan Tuhan. Apakah Tuhan tidak mengetahuinya? Tuhan pasti mengetahuinya dengan jelas. Tetapi Dia menunggu raja Daud berdoa minta ampun kepadaNya. Karena dengan pengakuannya itu, Tuhan mengampuninya. Walau pun dia harus menanggung akibatnya.


Farisi dan Pemungut Cukai

Dalam kisah perumpamaan Tuhan Yesus, dikisahkan ada dua orang berdoa di Bait Allah, yaitu orang Farisi dan Pemungut Cukai. Orang Farisi itu berdoa dengan bangganya menceritakan semua perbuatan baiknya, sedangkan si pemungut cukai memukul dirinya dan berkata, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini". Siapakah yang dibenarkan oleh Allah? Ternyata pemungut cukai itu yang dibenarkan, sedangkan orang Farisi itu tidak. (Luk. 18:10-14) Mengapa? Karena orang Farisi itu hanya membenarkan dirinya sendiri. Padahal dia pun banyak kesalahannya di hadapan Tuhan.


Kita harus sadar

Kita harus menyadari semua kesalahan kita. Mintalah pengampunan Tuhan. Memang sukar sekali mengakuinya. Mungkin kita juga tidak menyadari kesalahan kita, karena itu kita harus selalu minta ampun atas kesalahan dan dosa kita pada Tuhan dan pada sesama kita. 

Perlukah kita minta ampun terus menerus? Bukankah Tuhan sudah mengampuni semua dosa kita? Ya, perlu sekali. Sebab sekali pun Tuhan sudah mengampuni kita dan menghapuskannya, tetapi dalam Doa Bapa Kami, kita juga selalu diajarkan berkata, "Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami." Karena kita berbuat kesalahan lain setiap harinya. Tuhan akan senang jika kita meminta ampun atas setiap kesalahan kita.


Penutup

Lawanlah egoisme kita, sebab itu yang selalu menolak untuk minta pengampunan. Sadar atau tidak, setiap hari kita pasti berbuat salah. Sekali lagi, mintalah pengampunan Tuhan, maka Tuhan pun akan dengan senang hati mengampunimu. Itulah sekedar kata-kata yang bisa saya sampaikan. Semoga menjadi berkat. Puji Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Yohannes Lie, Rabu 27 Januari 2021
Mandala, Jumat 29 April 2022