"Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau." (1 Tim. 4:16)
Harus berhati-hati
Berhati-hatilah dalam menafsirkan Firman Tuhan. Awasi dirimu dan juga ajaranmu. Jangan asal terkenal, sudah melupakan bagaimana seharusnya menafsirkan Firman Tuhan. Itu amat berbahaya. Karena kalau anda menafsirkan menurut keinginan sendiri, itu bisa menyesatkan dirimu dan juga orang lain.
Sekarang ini ada pengkotbah menyampaikan Firman Tuhan bukan dengan cara benar, tapi justru dengan cara menyimpang. Hal itu terjadi karena sikap kurang berhati-hati dalam menafsirkan, tidak sadar kalau tindakannya itu menyimpang, atau memang disengaja.
Bila hal itu karena terjadi akibat kurang hati-hati atau tidak menyadarinya, bertobatlah dan perbaikilah dengan belajar Alkitab lebih baik lagi. Tetapi bila itu adalah perbuatan disengaja, dan anda tetap bersikeras dengan tafsiran anda, berhati-hatilah. Karena itu adalah penyesatan.
Siapakah penyesat itu?
Penyesat adalah orang yang menafsirkan ayat di luar konteks ayat itu sendiri. Atau ayat itu ditafsirkan terlepas dari ayat-ayat lainnya. Dia sengaja memutar-balikkan pengertian ayat itu. Lalu ia menyebarkan kepada orang lain. Dia merasa dirinya amat cerdas karena dapat menafsirkan ayat, walau pun tentunya secara sembarangan.
Berikut contoh kotbah yang salah yang telah disampaikan oleh pengkotbah.
Ayat hiperbolik
Seorang pembicara mengatakan, "Ambillah suatu ayat, berdoalah, lalu segeralah ayat itu kita lakukan. Tidak perlu ditafsirkan. Sebab jika harus menafsirkan lebih dulu, akan timbul berbagai pendapat." Benarkah ajaran ini? Tentu saja hal itu tidak benar.
"Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini." (Luk. 17:2) Bagaimana saat kita membaca ayat ini? Apakah tidak ditafsirkan dulu? Atau semua guru sekolah minggu yang tanpa sadar menyesatkan anak-anak, akan kita ikatkan batu kilangan di lehernya lalu dilemparkan ke laut? Tentu tidak, bukan? Bisa-bisa tidak ada lagi yang mau menjadi guru sekolah minggu.
"jika matamu menyesatkan, cungkil dan buanglah." (Mat. 5:29a) Tentu kita tidak serta merta mengambil pisau dan mencungkil mata kita saat mata kita membuat kita tersesat, bukan? Kita harus tafsirkan pengertian ayat ini. Sebab jika tidak demikian, tentu sudah banyak orang Kristen yang buta saat ini. Itu adalah ayat-ayat berbentuk hiperbolik, artinya sengaja diperkuat karena amat penting.
Yesus berdusta?
Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." (Mat. 15:24) Itu jawaban Yesus kepada perempuan Kanaan. Lalu seorang pendeta berkata, saat itu Yesus hanya sedang menguji wanita itu.
Tentu saja jawabannya itu tidak tepat, sebab jika Yesus menguji, mengapa Dia harus berdusta? Yesus itu berkata benar. Sebab waktu itu Yesus masih belum ditolak bangsa Israel, jadi Dia hanya untuk bangsa Israel Setelah ditolak dengan disalibkan, barulah keselamatan diberikan kepada bangsa lain. "Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain." (Roma 11:11b)
Hanya Hawa dari rusuk Adam
Banyak pendeta berkata dalam menasihati sepasang mempelai, "Seperti Hawa terbuat dari rusuk Adam, demikian juga isterimu terbuat dari rusukmu." Itu ucapan keliru. Hanya Hawa yang terbentuk dari tulang rusuk Adam. Wanita lain terbentuk dari kandungan ibunya.
Sebab bagaimana dengan wanita yang lebih tua dari suaminya, suami yang beristri banyak, istri yang berganti-ganti suami, atau wanita yang tidak menikah. Sulit menjelaskan darimana asal mereka, bukan?
Di luar konteksnya
Yesus berkata, "Jika ya, katakan ya. Jika tidak katakan tidak." (Mat. 5:37a) Seorang pendeta menggunakan ayat ini untuk bicara tentang kejujuran secara umum. Tapi jika kita membacanya dari Matius 5:33, jelas itu lebih ke arah sumpah, bukan kejujuran. Demikian juga dengan Yakubus 5:12.
Kaya secara materi?
"Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." (2Kor. 8:9b) Banyak dikotbahkan oleh pendeta bahwa kita yang hidup miskin akan menjadi kaya raya secara materi. Padahal kalau kita membaca mulai dari ayat 1, itu bukan kekayaan materi tetapi kekayaan rohani.
Cara membuka surga
Seorang pendeta mengatakan ada 4 cara membuka pintu surga. Pertama, "mintalah, carilah dan ketoklah maka akan diberi padamu." (Mat. 7:7) Tapi masih harus minta dulu. Kedua, memegang kunci sorga. "Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga." (Mat. 16:19a) Tinggal buka. Tapi masih pegang kunci. Ketiga, "Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun." (Wah. 3:8b) Sudah dibukakan oleh Tuhan. Keempat, "apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan." (Mal. 3:10b) Lihatlah, bahkan tingkap langit akan dibuka jika kita memberikan perpuluhan. Benarkah seluruh tafsiran ini? Jelas kacau. Asal berbicara.
Hubungan dengan Tuhan
Seorang pendeta berkotbah, "Hubungan kita dengan Tuhan ada 4 tingkatan. Pertama, sebagai anak Tuhan. Masih minta dilayani, tapi tidak bisa bekerja buat Tuhan. Kedua, sebagai Hamba Tuhan. Bisa bekerja, tapi belum bergaul erat denganNya. Ketiga, sebagai sahabat Tuhan. Bisa bergaul dengan Tuhan tapi tidak mesra. Keempat dan tertinggi, sebagai Mempelai Tuhan, hubungannya mesra sekali dengan Tuhan. Kita harus bisa mencapai tingkat keempat ini.
Bagaimana setelah membaca uraian ini? Lebih mencerahkan atau lebih kacau lagi? Hubungan kita dengan Tuhan memang multi dimensi, bisa sebagai anakNya, hambaNya, sahabatNya, atau mempelaiNya. Bukan cuma itu, tapi juga sebagai muridNya, ciptaanNya, umatNya. dan masih banyak lagi. Dan itu bukanlah tingkatan iman, tapi bisa timbul secara serentak.
Penutup
Sebetulnya masih terdapat banyak lagi kotbah-kotbah seperti itu, yaitu menyeleweng dari kebenaran Firman Tuhan. Karena itu berhati-hatilah, jangan sampai kita ikut-ikutan menirunya. Sebagai pendengar, kita juga harus semakin kritis. Puji Tuhan. Amin.