Pohon Zaitun
Pohon zaitun adalah pohon yang amat penting bagi bangsa Israel. Nama Ibraninya Zayit, Yunani Elaia, Inggris Olive Tree, Arab Zaytun, dan nama ilmiahnya Olea Europaea L. Pohon itu asli Asia Barat, berasal dari wilayah Laut Tengah.
Akarnya yang masuk sejauh 6 meter dapat menyebabkannya tetap subur di musim kering di lereng berbatu-batu. Tingginya mencapai lebih dari 6 meter. Pohonnya selalu berwarna hijau.
Mulai berbuah saat berusia sekitar 5 tahun. Saat masih mentah, buahnya hijau. Lalu berubah ungu tua atau hitam pada waktu dewasa. Buah zaitun dipanen pada musim gugur, sekitar Oktober-Nopember. Biasanya dipanen dengan memukuli batangnya dengan kayu. Buahnya berbentuk lonceng dengan panjang 1-2,5 cm. Usianya bisa mencapai beberapa abad.
Sampai saat ini, pohon zaitun tersebar di kaki gunung Hermon, daerah pinggiran Bersyeba, di pesisir dataran Syaron, lereng bukit Samaria, dan lembah Galilea yang subur.
Banyak orang menilai zaitun sebagai simbol kecantikan, kekuatan, berkat Allah dan kemakmuran. Atau kadang juga sebagai simbol perdamaian, kehormatan dan kesejahteraan.
Manfaat pohon zaitun
Manfaat pohon zaitun antara lain kayunya yang keras dipakai membuat perkakas rumah tangga, buahnya dimakan, dan minyaknya diperas, yaitu untuk membuat bahan roti, bahan dasar salep, minyak rambut, bahan bakar lampu, sebagai obat, dan ramuan untuk membuat minyak urapan khusus.
Untuk mendapatkan minyaknya, buah zaitun dilumatkan dengan batu gerinda. Atau kadang buah zaitun diinjak-injak oleh para penuai, tapi cara ini kurang praktis. Setelah dibiarkan beberapa waktu, minyak itu akan terpisah dari semua unsur lain, barulah kemudian disimpan dalam guci.
Zaitun tumbuh di Indonesia
Apakah zaitun dapat tumbuh di Indonesia? Menurut beberapa buku pertanian, cuaca di Indonesia kurang sesuai. Namun bisa juga ditanami pohon zaitun, walau pun masih dalam bentuk tanaman hias.
Cuacanya harus panas dengan suhu di atas 25 derajat celcius. Karena itu menjaga tanaman ini tetap awet sangat sulit. Tingkat kematian masih sekitar 50 persen.
Zaitun tercantum di Alkitab
Nama zaitun pertama kali muncul ketika terjadi banjir pada zaman Nuh. Nuh mengirimkan seekor burung merpati untuk ke dua kalinya demi mengamati situasi di luar bahtera. Ketika burung itu pulang, pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun segar. Tahulah ia bahwa air telah menyusut.
Dalam perumpamaan di zaman Perjanjian Lama, terjadilah pohon-pohon pergi mengurapi yang akan menjadi raja atas mereka. Kata mereka kepada pohon zaitun: Jadilah raja atas kami! (Hakim 9:8) Itulah pohon pilihan pertama dalam kisah itu. Sebagai gambaran betapa hebatnya peran pohon zaitun.
Dalam ayat-ayat berikut terdapat juga kalimat yang menguatkan. “Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah.” (Maz 52:8a) “Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun, dan berbau harum seperti yang di Libanon.” (Hos. 14:6) dan “Anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!” (Maz. 128:3b)
Dicangkokkan
Supaya bisa berbuah banyak, zaitun sejati harus dicangkokkan oleh zaitun liar. Zaitun liar itu akan makin berbuah banyak.
Paulus menggunakan kenyataan ini sebagai kiasan, “Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, jangan kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu!” (Rom. 11:17-18a).
Hal itu untuk memperlihatkan bahwa non-Yahudi seperti kita ini mempunyai kewajiban moral terhadap Israel yang benar. Sama seperti pohon zaitun liar, kita juga dicangkokkan pada zaitun sejati. Janganlah kita memegahkan diri.
Lambang kehidupan
Pohon zaitun juga dipakai sebagai lambang bagi kehidupan dua orang saksi pada akhir zaman. “Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.” (Wah. 11:4.)
Peminat di Indonesia
Memang lumayan banyak yang mau belajar bertanam jenis pohon ini di Indonesia. Tapi satu hal yang sangat sulit adalah kemampuan kita untuk merawatnya agar tetap hidup.
Yohannes, Jumat 11 Januari 2019