Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu. (Ams 1:8-9)
Manusia membutuhkan pendidikan
Sejak masa kanak-kanak, kita sudah pasti membutuhkan pendidikan yang serius, sebab kita belum mengetahui apa yang harus dilakukan. Belum bisa berbicara atau bertindak. Jadi kita harus diberi tahu cara berjalan, cara berbicara, atau cara melakukan apa saja agar tidak terjadi kesalahan.
Demikian pula sebagai anak remaja, kita juga masih perlu dididik tentang sopan santun, adat istiadat, dan menghormati orang yang lebih tua. Tidak mungkin kita bisa mengerjakan segalanya tanpa diberi tahu.
Bukan hanya itu, tetapi setiap orang dewasa pun perlu dididik. Bahkan bukan hanya anak kecil, remaja, pemuda, atau dewasa yang perlu dididik, namun ternyata orang yang sudah tua pun perlu mendapatkannya. Hanya caranya memang berbeda mengajar kepada orang tua.
Mendidik untuk menapak masa depan
Mendidik bukan hanya dapat membuat orang lebih santun, lebih beretika, tapi juga membuat orang lebih mengenal berbagai ilmu dan sains. Sehingga diperlukan juga orang lain yang memiliki pengetahuan lebih untuk bisa mengajar.
Orang yang berpendidikan inilah yang disebut guru atau dosen, yang tentunya lebih banyak memiliki pengetahuan, baik pengetahuan bidang sains, sosial dan bidang lainnya. Pendidikan ini kelak amat berguna untuk mendorong seseorang agar lebih bermanfaat bagi orang lain.
Dengan berbekal ilmu di berbagai bidang inilah, seseorang nantinya bisa meraih masa depan penuh harapan. Lalu bisa mendapatkan tempat yang nyaman dan mendapatkan gaji yang besar. Itulah pengharapan manusia umumnya. Hidup senang untuk selamanya, sampai dia menutup mata dan mengakhiri hidup ini. Selesailah tugasnya di dunia ini, digantikan oleh generasi penerus.
Sayang hanya memikirkan dunia ini
Namun amat disayangkan, memang banyak sekali manusia saat ini hanya memikirkan masa depannya di dunia ini saja. Dia tidak memikirkan keadaannya setelah melewati masa sekarang. Asal bisa mewariskan harta dunia kepada anaknya, cukuplah sudah. Bahkan mati pun rasanya sudah cukup puas.
Tidak terpikirkan adanya beban lain. Bahkan tidak pernah terbayangkan sedikit pun adanya proses penghakiman setelah kematian. Kalau pun timbul pemikiran itu, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Atau pun tidak menyadari dosa yang telah mereka perbuat. Yang penting bagi mereka adalah hidup saat ini saja. Mereka tidak mempedulikan masa kemudian kelak.
Namun tidak semua beruntung
Namun jika diperhatikan kehidupan di dalam dunia ini, ternyata terdapat ketidak-adilan dalam penghasilan. Tidak semua orang bisa menjadi kaya raya. Bahkan hanya sebagian kecil orang yang bisa menikmati semua kemurahan itu. Sebagian besar dari mereka sulit sekali bisa merasakan keindahan hidup ini. Mereka masih berada di bawah garis kemiskinan.
Sudah bersusah payah, tapi ternyata hasilnya hanya pas-pasan. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin kalau pendidikan mereka tidak mencukupi, mereka tidak akan terlalu protes tetapi pendidikan mereka cukup bahkan melebihi. Tapi nasib tidak berpihak pada mereka.
Itulah nasib setiap manusia. Sekarang mungkin seseorang dalam keadaan baik, namun nanti dia sudah dalam keadaan buruk. "Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatupun padanya untuk anaknya." (Peng. 5:14) Atau sebaliknya, sekarang dalam keadaan buruk, mungkin malahan nantinya dia menjadi lebih baik.
Itulah nasib setiap manusia. Sekarang mungkin seseorang dalam keadaan baik, namun nanti dia sudah dalam keadaan buruk. "Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatupun padanya untuk anaknya." (Peng. 5:14) Atau sebaliknya, sekarang dalam keadaan buruk, mungkin malahan nantinya dia menjadi lebih baik.
Serahkanlah pada Tuhan
Hidup manusia tidak bisa diprediksi. Bahkan pendidikan pun tidak menjamin sepenuhnya. Sungguh hidup ini teramat rumit. Karena itu serahkanlah seluruh kehidupan ini ke dalam tangan Tuhan. Dialah yang memiliki semuanya. Dialah Allah yang menguasai segalanya. Kita hanya bisa berharap padaNya.
“Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.” (Ams 3:11-12)
Ya, bagaikan seorang ayah yang mengasihi anaknya, Tuhan memberikan ajaran kepada anaknya. Hal itu bukan karena Dia tidak menyukai anaknya, tetapi karena Dia justru amat mengasihinya. Diajarilah anakNya menghadapi persoalan hidupnya, sehingga kelak menjadi sukses.
Apakah tidak akan kecewa?
Apakah kita tidak akan merasa kecewa kalau hidup kita jatuh? Ya, kita akan kecewa. Tapi jika kita sungguh-sungguh datang dan selalu berharap kepadaNya, tentu kita tidak akan merasa terlalu kecewa. Sebab Tuhan tidak berkehendak kita jauh terus. Tuhan akan selalu membimbing kita menuju ke atas kembali.
Bukan hanya untuk keperluan di dunia ini saja, bahkan Dia pun pasti akan menolong kita sampai pada Kerajaan Allah, yaitu Sorga yang mulia. Jadi percaya pada Tuhan adalah saat diberkati bersyukur padaNya, namun saat diuji, tetap berharap padaNya.
Hiduplah selalu di dalam Tuhan, maka hidupmu pasti akan terjamin. Mungkin saja saat engkau membuat kesalahan, engkau akan terjatuh, bahkan sampai dengan terpuruk sekali pun. Tetapi percayalah Dia pasti akan membuat engkau bangkit kembali.
Percayalah padaNya
Karena itu, percayalah selalu padaNya. Jangan pernah melupakan dia sedikit pun. Sebab Tuhan pasti akan selalu menyertaimu. Amin
Yohannes, Heartline, Jumat 11 Januari 2019