Pertama kali mendengar
Pertama kali saya mendengar istilah mur pada saat di Sekolah Minggu, yaitu dalam drama Natal saat orang Majus mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur”. (Mat. 2:11)
Pada waktu itu yang muncul dalam pikiran saya adalah mur, temannya baut. Tidak terbayangkan ada hal lain tentang mur. Namun saya tidak pernah bertanya untuk apa Yesus diberi mur. Saya hanya tahu mur itu pasangannya baut.
Minyak mur yang harum
Setelah dewasa, saya mulai menyadari bahwa mur itu punya arti lain yaitu sejenis minyak harum yang diambil dari resin atau getah pohon Commiphora myrrha. Pohon kecil, keras, dan berduri ini tumbuh di Afrika atau Timur Tengah.
Sebetulnya resinnya sudah keluar sebelum ditoreh, tapi cuma ada sedikit. Agar menghasilkan lebih banyak, perlulah batangnya ditoreh. Ketika itu, keluarlah getah atau resin yang disebut Gom Mur berwarna kekuningan. Resin ini menggumpal dan mengeras dengan cepat saat dipanen serta mengkilat. Seiring berjalannya waktu, warnanya pun berubah menjadi lebih gelap.
Resin ini rasanya pahit tapi berbau harum. Kegunaan mur adalah sebagai pengharum, pembalsem, penyedap makanan, obat demam, antiseptik, dan menghentikan perdarahan. Disamping itu mur juga banyak digunakan untuk upacara keagamaan.
Mur dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama, mur merupakan salah satu bahan yang disebut Ketoret, yaitu kemenyan kudus pada Bait Salomo dan Bait Suci kedua di Yerusalem. Mur digunakan dalam mezbah ukupan khusus dan merupakan komponen penting dalam ibadah di Bait Suci.
Mur juga termasuk daftar bahan minyak urapan kudus yang digunakan untuk mengurapi benda-benda kemah Suci, para imam, raja dan nabi. "Ambillah rempah-rempah pilihan, mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh syikal.” (Kel. 30:23) Ini adalah sebagian campuran cara membuat minyak urapan.
Minyak mur digunakan dalam Kitab Ester, "Tiap-tiap kali seorang gadis mendapat giliran untuk masuk menghadap raja Ahasyweros, dan sebelumnya ia dirawat menurut peraturan bagi para perempuan selama dua belas bulan, sebab seluruh waktu itu digunakan untuk pemakaian wangi-wangian: enam bulan untuk memakai minyak mur dan enam bulan lagi untuk memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan.” (Ester 2:12)
Masih ada banyak lagi penggunaan istilah minyak mur dalam kitab Perjanjian Lama ini. Tetapi tentu saja disini tidak perlu disebutkan semuanya. Cukup beberapa bagian yang amat penting saja.
Mur dalam Perjanjian Baru
Dalam kitab Perjanjian Baru pun minyak mur banyak dikenal. Salah satunya adalah pada waktu Yesus masih kanak-kanak, yaitu ketika orang Majus mempersembahkan mas, kemenyan, dan mur seperti tercantum di bagian depan.
Disamping itu mur juga diberikan pada saat Yesus disalib. Pada saat itu disodorkanlah anggur bercampur mur kepadaNya. Mungkin maksudnya untuk mengurangi penderitaan Yesus. “Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya.” (Mark 15:23)
Kemudian setelah Yesus wafat, dipakailah minyak mur untuk mengapaniNya. Minyak mur ini dibawa oleh Nikodemus, seorang Farisi yang telah menjadi murid Yesus. Dia datang membawa campuran minyak mur dan minyak gaharu. Beratnya sekitar lima puluh kati. “Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya” (Yoh. 19:39)
Perlu mengetahui
Mengingat betapa minyak mur banyak ditulis dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan bahkan bukan hanya itu tetapi juga digunakan dalam setiap upacara dalam tradisi kepercayaan Yahudi, tentu ada baiknya kita mengenali tentang minyak ini. Karena itu marilah kita belajar lebih banyak lagi tentang minyak mur ini. Tuhan memberkati. Amin
Yohannes, Rabu 23 Januari 2019