“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Ams.4:23)
Peristiwa yang menakutkan
Minggu 13 Mei 2018 terjadi peristiwa bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, yaitu Gereja Katolik, Gereja GPPS, dan Gereja GKI, saat jemaat sedang beribadah. Malam harinya terjadi peledakan bom di rusunawa Wonocolo Sidoarjo. Besok paginya terjadi pemboman di Mapolrestabes Surabaya. Rabu 16 Mei 2018 terjadi penyerangan di Markas Polda Riau.
Peristiwa itu memakan banyak korban meninggal dunia dan terluka. Mengerikan dan menyedihkan dimana banyak korban orang tak bersalah, bahkan kanak-kanak pun turut menjadi korban. Pihak keamanan segera bersiaga dan menangkap bahkan menembak mati beberapa anggota kelompok lainnya.
Indonesia Berduka
Kejadian itu menjadi berita utama di TV Nasional dan Internasional, dan juga di media cetak. Menjadi viral di berbagai media sosial. Indonesia pun berduka. Sungguh mengharukan melihat seorang ibu yang terluka akibat bom harus menyaksikan dua anaknya yang masih kecil tewas dalam pemboman itu. Ada keluarga muda harus kehilangan suami atau ayah yang mereka sayangi. Banyak doa dan ucapan simpati dikirim untuk para korban. Kita pun turut bersimpati atas kesedihan mereka
Dunia mengutuk tindakan keji itu. Tidak sedikit kutukan dan caci maki dilontarkan oleh berbagai kalangan terhadap para pelaku dan kelompoknya disertai desakan pada pemerintah agar segera membasmi jaringan kelompok radikal ini. Ya, siapa yang tidak marah dan geram menyaksikan perbuatan mereka? Nyawa manusia dikorbankan demi tujuan dan kepentingan tertentu
Mengapa mereka melakukannya?
Mengapa mereka melakukan tindakan keji itu. Tidak adakah hati nurani mereka? Tidak takutkah mereka dengan hukuman yang akan mereka terima di akhirat kelak? Kita menyadari bahwa para pelaku adalah orang yang terpengaruh dan mempercayai pandangan radikal. Mereka amat yakin tindakan mereka adalah kebenaran yang harus dilakukan demi tujuan yang mereka anggap sebagai tujuan suci. Jadi jika mereka tewas dalam peristiwa itu, mereka yakin akan masuk sorga sebagaimana yang mereka imani.
Keyakinan kuat itulah yang menutupi nurani mereka. Mereka yakin tindakan itu adalah tindakan heroik demi memperjuangkan ideologi mereka. Karena itu mereka yakin akan mendapat pahala besar di sorga sehingga mereka tidak takut dengan hukuman neraka.
Allah mengasihi manusia ciptaanNya
Sebaliknya, kita percaya bahwa Allah yang kita sembah itu Allah Maha Kasih yang mengasihi manusia ciptaanNya. Dia tidak berkehendak membinasakan umat manusia. Bahkan Dia ingin menyelamatkan manusia dari kebinasaan kekal.
Namun kita juga percaya Allah itu Maha Adil. Dia akan menghukum manusia berdosa sesuai perbuatan mereka. Karena itu, pada akhir zaman Yesus akan datang kembali ke dunia ini menjadi Hakim Agung Allah yang akan mengadili seluruh umat manusia. Jadi Allah tidak hanya Maha Kasih tapi juga Maha Adil.
Mengasihi Allah dan Sesama Manusia
Kasih yang sempurna adalah mengasihi Allah, mengasihi sesama, dan mengasihi diri sendiri. Jika hanya mengasihi Allah tapi membenci bahkan membunuh saudaranya, juga membunuh dirinya, kasihnya pada Allah hanyalah dusta.
Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Mat. 22:37-39)
Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” (1 Yoh. 4:20)
Jaga hati kita
Karena itu, jagalah hati kita agar tidak tercemar perbuatan jahat mereka. Hilangkan kemarahan, kebencian, kepahitan dalam pikiran dan hati kita. Pandanglah pada kasih Tuhan. Karena itu, jangan keluarkan ucapan mengutuk, kebencian, atau hinaan pada para pelaku.
Yesus berfirman, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Mat 5:44-45)
Itulah ajaran kasih Allah
Itulah ajaran tentang kasih yang sejati dan berasal dari Allah. Mungkin saat ini hati kita masih marah atas peristiwa itu, tapi Yesus menghendaki agar kita mengampuni mereka. Maukah kita? Kiranya Roh Kudus membimbing kita semua. Amin.
Yohannes Lie, Heartline, Jumat 18 Mei 2018