Jumat, 23 Maret 2018

Yesus Juru Selamat dan Penebusku

 Penebusku


“Akulah, TUHAN, Juruselamatmu, dan Penebusmu, Yang Mahakuasa, Allah Yakub. (Yes. 60:16b)

Arti Juru Selamat

Juruselamat adalah orang yang menyelamatkan orang lain dari bahaya, penindasan hukuman, atau kebinasaan. Pada Perjanjian Lama, pribadi yang disebut Juruselamat adalah TUHAN (YHWH) sesuai ayat di atas dan diperkuat lagi dalam, “Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu” (Yes. 43:3a).

Namun gelar itu kini diberikan pada Yesus dan menjadi dasar iman orang Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat mereka. Sekitar dua ribu tahun yang lalu, malaikat berkata pada para gembala, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Luk. 2:11) yang kita peringati setiap tahun saat Natal
   
Dan benarlah, hingga sampai hari ini tidak ada seorang pun, selain Yesus, yang diakui dan dipercaya sebagai Juruselamat “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kis 4:12)


Manusia membutuhkan Juruselamat

Alkitab menulis, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”, (Roma 3:23) Akibatnya, mereka akan menerima hukuman kekal di neraka. Mereka membutuhkan pertolongan agar terbebas dari hukuman itu. Namun karena tidak bisa menyelamatkan diri sendiri melalui kesalehannya, manusia membutuhkan Juruselamat.

Mengapa dihukum di neraka?

Seorang dokter bertanya kepada saya, “Mengapa kalau tidak percaya Yesus, manusia dihukum di neraka? Berarti Tuhan memaksakan kehendakNya dengan ancaman neraka?” Saya menjawab, “Dokter, jika ada pasien kritis, tapi pasien itu menolak pengobatan. Lalu dokter berkata jika tidak mau diobati, bapak bisa mati. Apakah dokter itu sedang mengancam dan memaksakan kehendak atau dia mengingatkan pasien?”
   
Akibat dosa, manusia kini sedang berjalan menuju penghukuman kekal di neraka. Namun “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16) Allah menawarkan penyelamatan melalui iman, jika percaya akan selamat, jika tidak percaya akan binasa. Ini adalah tawaran kasih, bukan ancaman

Tuhan Yesus Sang Penebus

Apa artinya ditebus? Ditebus adalah dibebaskan dari tawanan atau perbudakan dengan membayar harga. Siapa yang ditawan atau menjadi budak? Yesus berfirman, “Sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba (budak-red) dosa.” (Yoh. 8:34) Tapi karena kasihNya, Yesus menebus manusia  dengan harga yang mahal, yaitu “dengan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat 20:28) sehingga mereka yang percaya akan dibebaskan dari perbudakan dosa dan tidak akan menerima penghukuman kekal.

Konsep Penebusan sulit diterima

Konsep penebusan dosa ini sulit diterima oleh beberapa orang. Mereka bertanya, “Jika seseorang bersalah, bukankah dia yang seharusnya menerima hukuman? Jika hukumannya ditimpakan pada orang lain, bukankah itu melanggar keadilan?” 
   
Bahkan ada yang sesumbar di media sosial, “Kalau kita minta penebusan atas dosa kita, itu adalah tindakan tidak bertanggung-jawab. Saya siap menerima hukuman di neraka akibat dari dosa saya. Itulah sikap seorang jantan. Berani berbuat, berani bertanggung jawab” Saya yakin, orang itu akan menyesali perkataan bodoh itu saat benar-benar masuk ke dalam nyala api neraka yang penderitaannya tidak kunjung henti.

Terhukum yang dibebaskan

Ada seorang janda miskin, dibawa ke pengadilan karena mencuri singkong. Janda itu menuturkan, dia mencuri demi anaknya yang kelaparan. Hakim terharu mendengar keterangan si ibu, lalu dia ingin membebaskannya. Namun jaksa tetap menuntut demi hukum, dan mengatakan "Pak Hakim, ibu ini telah terbukti mencuri dan dia juga mengakui. Jadi demi hukum, ibu ini harus dihukum."
 
Akhirnya hakim setuju dan memvonis ibu itu untuk membayar denda ganti rugi 1 juta rupiah. Jika tidak, akan dihukum kurungan selama 3 bulan. Jaksa menerima keputusan itu. Selesai sidang, hakim mendatangi janda itu dan memberinya 2 juta rupiah dan berkata, “Ibu, bayarkan 1 juta untuk denda, dan 1 juta untuk ibu beli makanan” 
 
Benarlah ibu itu dinyatakan bersalah dan harus menerima hukuman, namun apakah dia menjalani hukuman itu? Tidak. Ibu itu bebas tanpa hukuman karena sang hakim telah membayar dendanya. Dengan demikian hakim itu telah bertindak sesuai hukum, namun dia juga menyatakan belas kasihnya kepada sang ibu karena telah menanggung kesalahan si ibu itu.
   
Demikian juga dengan Yesus, Sang Hakim Maha Agung yang adil dan penuh kasih. Dia tetap menjalankan keadilan pada manusia berdosa, namun Dia juga membebaskan mereka karena dosa mereka telah ditanggung atau ditebus oleh diriNya sendiri. Itulah arti sesungguhnya dari penebusan Yesus.

Budak wanita yang dibebaskan

Kejadian ini terjadi di Amerika tahun 1807. Seorang pria kulit putih pergi  ke pasar budak. Dia melihat seorang budak wanita kulit hitam diikat dan dilelang. Budak wanita itu terus mengamuk. Lalu pria itu menebus si budak dan membawanya pulang. Sesampai di rumah, pria itu menulis surat pembebasan budak itu dan memberinya pada si wanita, sambil berkata, “Ini surat pembebasanmu. Ambillah, kamu telah bebas. Pergilah ke tempat yang kamu inginkan.” 
   
Namun tiba-tiba wanita itu berlutut sambil merobek surat itu dan berkata, “Tuan, aku menyadari bahwa engkau tuan yang baik. Karena itu aku ingin menghambakan diriku padamu selamanya. Jika pergi, aku akan ditawan dan dijadikan budak lagi.”
   
Kita seperti wanita budak itu yang dulunya ditawan dan dijadikan budak dosa dan iblis. Yesus sudah menebus dan membebaskan kita. “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.” (Roma 6:18) Kita lebih suka menjadi hamba (budak) Tuhan daripada kembali ditawan oleh iblis

Juru Selamat dan Penebus kita

Yesus telah lahir ke dunia menjadi Juruselamat dan Penebus kita. Dia sudah mengorbankan nyawa-Nya demi kita. Sehingga kita terbebas dari hukuman kekal dan menerima sukacita besar di Sorga. Apakah kita akan menolak keselamatan yang dikaruniakanNya? Memandang rendah pengorbananNya? Tetap memilih hidup dalam tawanan dosa dan iblis? Keputusan ada di kita masing-masing. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Yohannes Lie, Natal GPdI Gedung Besar Way Jepara, Selasa 12 Desember 2017
Heartline, Jumat 23 Maret 2018