“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musim-nya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.” (Maz. 1:1-6)
Orang Benar dan Orang Fasik
Dalam Alkitab terdapat dua kelompok orang, yaitu orang benar dan orang fasik. Karakter keduanya bertentangan. Orang benar beriman kepada Tuhan dan dibenarkan olehNya. Mereka mengasihi Tuhan dan taat pada perintahNya serta hidupnya dipimpin oleh Roh Kebenaran, yaitu Roh Kudus.
Sebaliknya, orang fasik membenci Tuhan dan selalu melakukan perbuatan melawan perintahNya sehingga tidak ada kebenaran dalam hidupnya. Orang fasik umumnya amat membenci orang benar.
Sebaliknya, orang fasik membenci Tuhan dan selalu melakukan perbuatan melawan perintahNya sehingga tidak ada kebenaran dalam hidupnya. Orang fasik umumnya amat membenci orang benar.
Orang fasik melakukan kejahatan
Tentu saja manusia ingin sukses, kaya, berkuasa, pintar, dan terkenal, Sebenarnya ambisi ini wajar saja. Sebab dapat memotivasi seseorang untuk maju. Namun terkadang mereka meraihnya bukan dengan cara benar. Sebaliknya dengan menuruti nasihat orang fasik yang bertentangan dengan Firman Tuhan.
Orang fasik berkata, “Mau sukses? Pergilah ke dukun. Mau kaya? Pergilah ke gunung.” Orang berramai-ramai pergi ke dukun, paranormal, gunung, dan makam keramat. Memohon sesuatu kepada penguasa kegelapan. Mereka bisa saja meraih semua itu. Namun sebenarnya di balik itu, jiwa mereka telah digadaikan pada iblis. Iblis adalah bapa pembohong.
Orang fasik berkata, “Mau sukses? Pergilah ke dukun. Mau kaya? Pergilah ke gunung.” Orang berramai-ramai pergi ke dukun, paranormal, gunung, dan makam keramat. Memohon sesuatu kepada penguasa kegelapan. Mereka bisa saja meraih semua itu. Namun sebenarnya di balik itu, jiwa mereka telah digadaikan pada iblis. Iblis adalah bapa pembohong.
Orang fasik menasihati, “Siswa mau lulus ujian nasional dengan nilai tinggi? Beli saja lembar jawabannya. Mau dapat gelar master atau doktor? Bayar saja sekian juta. Dijamin dalam 3 bulan, sudah mendapat gelar” Tragisnya, yang berkata seperti itu justru guru atau dosen.
Demi uang, mereka tega memperlihatkan ketidak-jujuran itu. Mereka yang menuruti nasihat itu bisa meraih nilai tinggi atau gelar, tapi mental mereka rusak dan tetap bodoh. Benih ketidak-jujuran itu akan berkembang ketika mereka terjun ke masyarakat.
Pedagang fasik berkata, “Kalau mau untung, harus menipu.” Awalnya mereka dapat untung besar, tapi setelah pelanggan sadar tentu tidak mau lagi berlangganan dan biasanya memberitahu temannya. Akhirnya pedagang fasik tadi kehilangan pelanggan.
Orang benar melakukan yang Tuhan perintahkan
Sebaliknya, orang benar tidak akan menuruti nasihat orang fasik tadi, tetapi selalu mengingat perkataan Tuhan. Siswa yang taat pada Tuhan tidak akan mau menuruti nasihat itu. Mereka akan belajar dengan tekun dan jujur demi meraih kepandaian. Mereka akan menjadi orang yang cerdas dan penuh hikmat dari Tuhan.Demikian pula pedagang yang taat pada Allah akan berdagang dengan jujur dan adil. Meski tidak melejit, usaha mereka akan semakin kokoh dan diberkati.
Tidak berdiri di jalan orang berdosa
Jalan orang berdosa dicemari oleh pembunuhan, pemaksaan, kekerasan, penipuan, pencemaran diri, keserakahan, dan keangkuhan. Mereka yang melangkah di jalan ini akan menerima hukuman, balasan, dan kesengsaraan di dunia ini dan di neraka nanti.
Bagaimana dengan orang benar? Jangankan melangkah di jalan ini, berdiri saja disitu tidak akan dilakukan oleh orang benar. Sebab jalan orang benar adalah kasih, pengampunan, kejujuran, kekudusan, kesederhanaan, dan kerendahan hati.
Orang yang memiliki jalan ini akan mendapatkan kemuliaan, kehormatan, kasih sayang, dan sukacita. Mereka juga akan mendapatkan ketenangan, damai sejahtera, baik di dunia ini mau pun di Sorga.
Tidak duduk dalam kumpulan pencemooh
Siapakah pencemooh itu? Mereka adalah orang yang senang melihat penderitaan orang lain, suka menghujat Allah, dan mengejek orang benar. Bila ada yang mengalami masalah, mereka pura-pura prihatin, tapi di belakang, mereka tertawa terbahak-bahak mengobral cerita kemana-mana.
Saat mengalami masalah akibat kesalahan sendiri, mereka berkata, “Allah itu kejam, jahat, tidak adil, pilih kasih, tidak peduli. Kenapa Dia tidak menolong saya? Mengapa Dia memberi saya masalah seperti ini?”
Jika ada orang berdosa bertobat dan hidup benar, mereka mengejek, “Munafik. Pura-pura bertobat. Pasti ada maunya.”
Saat mengalami masalah akibat kesalahan sendiri, mereka berkata, “Allah itu kejam, jahat, tidak adil, pilih kasih, tidak peduli. Kenapa Dia tidak menolong saya? Mengapa Dia memberi saya masalah seperti ini?”
Jika ada orang berdosa bertobat dan hidup benar, mereka mengejek, “Munafik. Pura-pura bertobat. Pasti ada maunya.”
Orang benar akan turut merasakan penderitaan orang lain, tidak pernah menghujat Allah namun selalu bersyukur dalam segala hal, dan bersukacita ketika orang kembali ke jalan Tuhan. Karena itu mereka menghindari kumpulan para pencemooh itu.
Orang benar menikmati kebahagiaan
Orang benar sangat suka merenungkan Firman Tuhan dan menerapkannya di dalam kehidupannya. Mereka akan menghasilkan buah-buah manis yang layak dipersembahkan bagi Tuhan dan orang lain. Jiwanya selalu disegarkan dan apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Orang benar akan tetap kokoh dan beroleh kemenangan ketika menghadapi badai kehidupan sebab mereka bersandar pada Allah yang Perkasa. “Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.” (Maz. 5:13)
Orang benar akan tetap kokoh dan beroleh kemenangan ketika menghadapi badai kehidupan sebab mereka bersandar pada Allah yang Perkasa. “Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.” (Maz. 5:13)
Bagaimana dengan orang fasik?
Orang fasik seperti sekam yang ditiup angin. Mereka terombang-ambing tanpa arah dan tujuan. Dengan cepat mereka naik, namun dengan cepat pula mereka runtuh dan lenyap tanpa bekas.
“Bila taufan melanda, lenyaplah orang fasik, tetapi orang benar adalah alas yang abadi.” (Ams. 10:25) “Sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.” (Maz. 1:6)
“Bila taufan melanda, lenyaplah orang fasik, tetapi orang benar adalah alas yang abadi.” (Ams. 10:25) “Sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.” (Maz. 1:6)
Berhati-hatilah
Kita harus berhati-hati dalam menempatkan posisi kita. Apakah kita termasuk orang benar atau termasuk orang fasik? Pada saat penghakiman akhir nanti, manusia akan dipisahkan hanya dalam dua kelompok, yaitu kelompok domba melambangkan kelompok orang benar dan kelompok kambing melambangkan orang fasik. (Mat. 25:31-33)
Hanya ada dua kelompok, tidak ada kelompok ketiga. Jadi jika kita bukan kelompok orang benar, berarti kita adalah kelompok orang fasik. Kita mengetahui orang benar akan menikmati kebahagiaan kekal di Sorga, sebaliknya orang fasik menuju kebinasaan kekal. Dimanakah posisi anda? Amin.
Hanya ada dua kelompok, tidak ada kelompok ketiga. Jadi jika kita bukan kelompok orang benar, berarti kita adalah kelompok orang fasik. Kita mengetahui orang benar akan menikmati kebahagiaan kekal di Sorga, sebaliknya orang fasik menuju kebinasaan kekal. Dimanakah posisi anda? Amin.
Yohannes Lie, Heartline, Jumat 23 Desember 2016