Minggu, 05 Desember 2021

Tuhan Yesus Lahir 25 Desember

 Natal


“Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.” (Luk. 1:26-27)

Merayakan Natal

Sebagian besar orang Kristen pada tanggal 25 Desember akan merayakan hari kelahiran Tuhan Yesus. Atau disebut juga hari Natal. Natal berasal dari bahasa Portugis, yang artinya kelahiran. Jadi hari Natal adalah hari kelahiran Sang Juru Selamat Dunia, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Hari Natal juga merupakan hari yang amat dinanti-nanti oleh anak-anak Sekolah Minggu. Mengapa? Karena hari itu mereka akan bersuka cita bersama-sama teman-teman, memakai pakaian baru, di gereja ada pujian dan cerita natal, dan biasanya diberi snack atau bahkan terkadang makanan padat. Tapi lebih dari itu, mereka bersuka karena akan mendapat hadiah natal yang amat indah. 

Benarkah 25 Desember?

Persoalannya benarkah 25 Desember adalah hari kelahiran Tuhan Yesus? Ada banyak sekali orang yang meragukannya. Baik dari kalangan di luar Kristen maupun bahkan sebagian oleh orang Kristen sendiri. Mengapa demikian? Disini kita tidak akan membahas pandangan dari sisi non Kristen. Tetapi kita akan membahas pandangan sebagian orang Kristen.

Inilah pandangan beberapa orang Kristen yang menolak 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Ternyata kapan Yesus lahir tidak ditulis dalam Alkitab. Karena itu kita tidak bisa mengetahui kapan persisnya Yesus dilahirkan. Bukankah itu menunjukkan hari kelahiranNya tidak terlalu penting? Yang penting adalah hari kematian dan kebangkitan Yesus serta kenaikanNya ke Sorga. 

Kemudian muncul ajaran yang mengatakan 25 Desember itu hari kelahiran dewa Matahari, dewa yang dipercayai oleh bangsa Romawi sebelum mereka percaya pada Yesus. Dan, kabarnya, bapak gereja telah mengambil tanggal itu untuk dijadikan tanggal lahir Yesus demi mengambil hati bangsa Romawi. Sebab bapak gereja berpikir, matahari adalah terang dunia, sedangkan Yesus juga merupakan Terang Dunia. Jadi 25 Desember cocok untuk hari kelahiran Yesus. Karena situasi itu adalah peninggalan bangsa kafir, bukan dari Kristen, jadi harus ditolak. 

Lagi pula 25 Desember itu bertepatan dengan hari dimana posisi matahari terletak berada paling jauh dari bumi. Ketika itu di bumi sedang berada dalam musim dingin sekali. Tidak mungkin ada rombongan penjaga ternak Israel berada di luar ruangan karena mereka pasti akan merasa kedinginan dan waktu itu rumput juga tidak tumbuh saking dinginnya.

Lalu adanya pernak-pernik natal seperti pohon natal dan santa Klaus. Bukankah itu menambah rasa kafir dalam tradisi Kristen.  Pesta-pesta natal yang luar biasa, bahkan ada yang berpesta pora, mabuk-mabukan, berjudi, dan lain-lain. Semuanya berasal dari tradisi kafir. Itu semua semakin menguatkan mereka untuk tidak lagi merayakan natal.

25 Desember Kelahiran Yesus

Namun mari kita kaji hal-hal ini. Dalam Lukas 1:26-27 diatas, dikatakan “dalam bulan keenam”, artinya ayat itu menyatakan perhitungan hari lahir Yesus Kristus. Mengapa demikian? Sebab pada bulan keenam itu, Gabriel pergi ke Nazaret menjumpai seorang perawan bernama Maria. Itulah awal di mulainya kehamilan Maria.

Kalender Yahudi

Dalam sistem kalender Yahudi, pada awalnya tahun baru dimulai pada bulan Nisan atau bulan pertama Israel. Kalender ini disebut tahun Eklesiasitikal. Namun kemudian diubah menjadi bulan Tishri, bulan ke tujuh, sebab rabbi Eliezer mengatakan bahwa dunia diciptakan Allah pada bulan Tishri. Kalender ini disebut sebagai tahun Sipil. Tahun baru pada bulan Tishri tanggal 1-2 ini disebut dengan Rosh Hashanah, atau permulaan tahun. Biasanya bulan ini jatuh pada bulan September, atau awal Oktober, untuk kalender Masehi. Itulah tahun baru mereka, bersumber pada Wikipedia.

Lalu dikatakan bahwa pada bulan ke enam, atau bulan Adar, Gabriel pergi menemui Maria. Bulan ke enam atau bulan Adar ini jatuh pada bulan Maret. Pada waktu itulah Maria mulai hamil. Tanggal 25 Maret di Israel kini dijadikan hari besar sebagai hari bertemunya malaikat Gabriel dengan Maria. Jika mengacu pada lamanya kandungan seorang calon bayi sekitar 9 bulan, maka dihitung dari bulan Adar atau bulan Maret itu, ditambah 9 bulan, maka hari kelahiran Yesus jatuh pada bulan Tebeth atau bulan Desember. Jadi tepatlah seperti perayaan Natal umum, yaitu 25 Desember.

Hari matahari?

Libur Romawi pada hari Natalis Solis Invicti, yaitu kelahiran matahari tak terkalahkan, atau kelahiran dewa Matahari, jatuh pada 25 Desember. Pencetus hari libur itu adalah kaisar Aurelian di Roma tahun 274 Masehi. Mengapa ia menyatakan sebagai hari libur? Sebab namanya adalah Aurelian berasal dari kata Latin Aurora, yang artinya matahari terbit. Dia ingin menjadi terkenal secara politis. Lalu peristiwa itu dipopulerkan oleh kaisar Julian yang pernah menjadi Kristen tapi kemudian murtad. Munculnya kelahiran dewa matahari 25 Desember adalah sesudah kelahiran Yesus. Jadi dewa mataharilah yang meniru kelahiran Yesus.

Bagaimana dengan saturnalia yaitu hari peringatan winter solstice, titik terjauh matahari. Ternyata itu bukan jatuh pada 25 Desember tetapi 22 Desember. Jadi tidak tepatlah kejadian itu. Juga keberatan terhadap musim dingin dimana tidak mungkin gembala sanggup berada diluar ruangan untuk menggembalakan dombanya, sungguh tidak masuk akal. Kita perlu tahu bahwa Betlehem terletak pada lintang 31,7 derajat. Jadi masih terasa nyaman berada di daerah terbuka pada saat itu. Disamping itu di dekat Betlehem terdapat banyak gua-gua batu. Disanalah para gembala berada. Dan mereka bisa saja menggembalakan ternaknya pada hari itu.

Pernak-Pernik Natal

Munculnya pohon natal dan santa Klaus hanyalah pernak-pernik Natal, hanya tambahan dalam kisah Natal. Jadi tidak perlu dipersoalkan. Yang harus dipermasalahkan adalah merayakan Natal dengan berpesta pora, mabuk-mabukan, berjudi, berpakaian tidak sopan, atau pergi ke diskotik. Hal itu adalah bentuk penghinaan terhadap hari Natal yang suci dan agung yaitu terjadinya proses Allah menjadi manusia.

Penutup

Jadi jelaslah Bapak-Bapak pada zaman gereja awal tidak sembarangan mengambil tanggal 25 Desember milik tanggal lahirnya dewa matahari. Mereka tidak mungkin melakukan sinkretisme terhadap Kekristenan. Jadi jika kita telah menuduh mereka itu sungguh tidak tepat. Untuk itu marilah kita minta maaf kepada mereka. Marilah kita tidak ragu lagi dengan Natal ini dan lebih memuliakan Tuhan saat merayakan Natal. Kiranya kasih Allah pada momen Natal ini makin menguatkan kita semua.

Yohannes Lie, Sabtu 30 Nopember 2019
Kunjungan GPdI Permata Asri, Minggu 8 Desember 2019
Rayon Sumur Batu, Kamis 25 Nopember 2021
Pdt Esther Nababan, Minggu 5 Desember 2021