"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Mat. 5:16)
Dunia penuh kegelapan
Di saat virus berkecamuk di sejumlah negara, dunia seolah-olah berada dalam kegelapan yang amat mencekam. Hampir semua negara harus dilock-down. Namun kini sudah mulai timbul cahaya terang sedikit. Di belahan Amerika Serikat, orang sudah banyak yang divaksin dan mulai melepas masker. Mereka sudah boleh makan di restoran dan pergi ke tempat rekreasi. Mereka merasa bahagia dan bebas. Tapi hal itu hanya sebentar saja sebab kini muncul kembali virus delta dan sudah mulai masuk ke negara ini. Virus ini lebih berbahaya, lebih cepat menular, dan mematikan. Pemerintah menghimbau rakyatnya untuk kembali memakai masker. Belum di negara lainnya, misalnya Itali, Asia Tenggara, Vietnam, dan sebagainya.
Di Indonesia orang yang tertular virus dan mati sudah mulai menurun namun hanya landai di Jawa dan Bali karena ketat melakukan PPKM4. Tapi itu hanya melandai. Menurut standar WHO jumlah yang terpapar dan meninggal masih tinggi. Sedangkan di luar Jawa keadaannya justru meningkat. Berbagai varian virus terus bermutasi mulai menyebar dan berusaha menulari seluruh rakyat yang tidak mentaati protokol kesehatan. Kegelapan masih terus berlangsung. Bahkan rasanya makin kelam.
Terasa di dekat kita
Jika pada awal munculnya virus ini, kita hanya merasakan adanya virus ini, tetapi masih terasa jauh. Tapi kini mulai terasa begitu dekat. Mungkin tetangga kita, teman, kenalan, saudara, atau bahkan juga suami, isteri, dan anak-anak kita tertular. Dan kalau tidak tertolong, akan meninggal. Alangkah berbahayanya virus ini. Beberapa dari orang-orang yang kita kenal, baik Kristen atau bukan, kini sudah dipanggil Tuhan. Banyak sudah orang yang tertular. Sirine ambulan terus menerus berbunyi. Bagaimana keadaan kita? Apa kita masih merasa aman-aman saja? Tentu saja tidak, bukan?.
Namun kita tidak mungkin hanya berdiam saja di rumah selama PPKM ini. Pasti ada beberapa orang di antara anggota keluarga kita yang tetap harus bekerja. Entah karena mereka termasuk dalam unsur potensial dan esensial yang harus terus bekerja, atau karena mereka termasuk orang-orang yang amat terpaksa untuk bekerja. Kita selalu kuatir dengan kondisi mereka. Sebenarnya mereka juga merasa kuatir akan tertular. Tetapi mereka terpaksa. Apakah kita harus melarang mereka bekerja? Sedangkan keadaan keuangan kita juga semakin menipis. Apa yang harus kita lakukan? Itulah dilema kita. Akankah virus ini hilang? Kita hanya berharap pada Tuhan.
Menolak divaksin
Untuk mengatasi virus ini, pemerintah sudah berusaha segera mendatangkan vaksin dari berbagai negara. Sudah banyak yang divaksin. Di beberapa tempat bahkan orang berrebut ingin mendapatkannya. Tapi ternyata masih ada juga yang menolak divaksin. Ada yang merasa takut sakit atau membayangkan terkena efeknya. Mereka mendengar hoax yang mengatakan akibat divaksin, beberapa orang langsung mati.
Yang lebih gawat lagi orang Kristen sekarang ada juga yang anti divaksin. Mereka percaya divaksin itu disisipi microchip antikris 666. Di Indonesia kelompok ini membentuk grup facebook yang berisikan seruan anti vaksin. Jika sudah divaksin berarti sudah dimasuki chip antikris. Kemudian gennya akan berubah menjadi gen antikris yang akan melawan Tuhan Yesus. Orang yang sudah divaksin akan masuk ke dalam neraka. Itu ajaran yang amat menyesatkan dan sekaligus melawan pemerintah.
Menjadi Teranglah
Tuhan berfirman, hendaklah terangmu bercahaya di depan orang. Kita adalah umat Tuhan yang diminta untuk menjadi terang di depan orang banyak. Kita bukanlah sumber berita hoaks yang akan merisaukan banyak orang. Ikutilah perintah dari pemerintah agar kita bersedia divaksin. Agar PPKM ini segera berlalu dan negara kembali sehat. Percayalah bahwa berita vaksin ini disusupi oleh chip antikris, itu hanya berita hoaks. Janganlah kita ikut menyebarkannya. Jika masih tidak ingin divaksin, janganlah mempengaruhi orang lain yang mau divaksin. Simpanlah sendiri saja.
Saat ini memang kita masih harus lebih banyak di rumah. Hanya bisa ibadah on-line. Tidak lagi bisa mengikuti ibadah seperti biasa. Tapi janganlah hanya berdiam diri. Kita yang sehat bisa mendoakan agar orang yang terpapar penyakit ini segera dipulihkan. Untuk mereka yang kuatir, tetap harus dihibur lewat media sosial. Kita bisa membawa renungan atau membagikan ayat-ayat, memberitakan Injil, dan menghibur mereka via on-line. Sampaikan puji-pujian untuk Tuhan via media sosial. Jadi berusahalah agar tidak hanya berdiam diri saja.
Tuhan memberi kekuatan
Tuhan amat memperhatikan umatNya. Saat ini Dia juga sedang berdoa untuk kita semua. Dia selalu memeluk kita yang ketakutan akan bahaya virus ini. Memang banyak juga orang percaya yang terdampak oleh virus ini. Mengapa? Karena Dia akan menurunkan hujan dan panas kepada orang baik maupun orang jahat. Jadi kalau kita tidak berhati-hati dan berusaha menjaga protokol kesehatan, bisa saja kita tertular, walaupun kita selalu berdoa dan mohon perlindungan Tuhan. Jadi berdoalah mohon perlindungan Tuhan dan jagalah protokol kesehatan.
Jadilah terang supaya orang melihat perbuatanmu yang baik. Untuk apa? Agar nama Bapa kita yang di sorga dimuliakan pada saat kita berbuat hal itu. Jika Bapa di sorga dimuliakan, Dia akan merasa senang sekali. Tentu Tuhan akan semakin sayang pada kita.
Akhir kata
Marilah kita sungguh-sungguh menjadi terang bagi kemuliaan Tuhan. Saat ini kita hanya bisa melakukannya via media sosial. Bila keadaan sudah normal lagi, dan kita masih hidup, bisa kita lakukan semuanya, baik di media sosial maupun secara nyata. Puji Tuhan. Demikianlah renungan kali ini. Tuhan selalu menolong kita. Amin.