Rabu, 14 Juli 2021

Anak Terhilang

 

Anak yang terhilang


"Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (Luk. 15:10)


Perumpamaan anak terhilang 

Yesus menyampaikan perumpamaan begini, ada seorang bapak mempunyai dua anak. Lalu yang bungsu minta bagian harta bapaknya yang menjadi miliknya. Lalu dibagilah harta kekayaan antara keduanya. Kemudian si bungsu menjual bagiannya, pergi ke negeri yang jauh dan memboroskan miliknya dengan hidup berfoya-foya. 

Setelah habis hartanya, timbullah bencana kelaparan di negeri itu. Lalu ia menjadi penjaga babi. Ia ingin makan ampas babi itu karena amat lapar, tetapi tidak ada yang memberinya. Akhirnya dia berpikir, alangkah banyaknya orang upahan bapakku yang makan dengan kenyang, sedangkan aku disini akan mati kelaparan.


Anak itu pulang

Lalu anak itu pun pulang ke rumah bapaknya. Ketika masih amat jauh, bapaknya melihatnya, timbullah belas kasihannya, lalu ia berlari merangkul dan mencium dia. Anak itu berkata, "Bapak, aku berdosa pada sorga dan bapak. Aku tidak layak disebut anak bapak." 

Tapi bapaknya berkata kepada hamba-hambanya, "Bawa kemari jubah terbaik, pakaikan padanya, dan kenakan cincin dan sepatu padanya. Sembelihlah lembu tambun, dan marilah makan dan bersukacita. Sebab anakku telah mati dan hidup kembali, ia hilang dan didapat kembali." Mulailah mereka bersukacita.


Yang sulung marah

Tapi anaknya yang sulung marah dan tidak mau masuk. Bapaknya pun keluar dan berbicara kepadanya. Tapi anaknya menjawab, "Aku selalu melayani bapak, dan belum pernah melanggar perintah bapak, namun belum pernah bapak memberiku seekor anak kambing untuk bersukacita. Tapi anak bapak yang telah memboroskan kekayaan bapak dengan pelacur, bapak menyembelih anak lembu untuknya."

Bapaknya berkata, "Anakku, engkau selalu bersama aku, dan kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita karena adikmu mati dan kini hidup kembali, ia hilang dan didapat kembali."


Hilang dan didapat kembali

Dari kisah ini, si bapak telah berbuat seolah-olah tidak adil. Yang sulung selalu bersamanya dan tidak pernah melanggar perintah bapaknya, tapi tidak pernah dipestakan. Sebaliknya si anak bungsu sudah menghabiskan hartanya dan hidup berfoya-foya, malahan dibuatkan pesta. 

Dari sisi keadilan, memang benar pendapat anak sulung itu. Namun kalau melihat dari sisi belas kasihan, bapaknya, melihatnya sebagai anak yang terhilang, dan kini telah dapat ditemukan kembali. Ia sudah melupakan semua kesalahan si anak, dan langsung mengampuni. 

Itulah kasih Tuhan terhadap kita. Kita orang berdosa, lalu bertobat dan mohon pengampunan Tuhan. Tuhan pasti akan mengampuni kita. Jadi dari sisi mengasihi itu sungguh benar. 


Kasih lebih tinggi dari keadilan

Hukum kasih itu ternyata lebih tinggi daripada hukum keadilan. Sebab segenap sorga bersuka-cita jika ada satu orang bertobat. Seperti tertulis, Aku berkata kepadamu, "Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (Luk. 15:10)

Akan tetapi ingatlah, jika anak itu tidak kembali kepada bapaknya, ia pun kehilangan kasih itu. Disini berlakulah hukum keadilan. Anak itu  tetap menderita. Demikianlah juga tidak ada lagi pengampunan dan kasih Bapa, jika kita sudah terlambat dan sudah meninggal dunia. Karena itu selama kita masih hidup, segeralah mohon ampunan dan kasih Tuhan.

Mungkin ada yang berpikir, nanti sajalah setelah puas berbuat dosa, barulah aku akan bertobat dan minta ampun pada Tuhan. Tetapi kita tidak mengetahui kapan kita meninggal. Bagaimana jika di saat kita sedang giat-giatnya hidup dalam dosa, ternyata kita dipanggil Tuhan. Dan ingatlah bahwa, "Upah dosa ialah maut." (Ro. 6:23a) Karena itu kembalilah sekarang juga, jangan tunda sampai engkau terlambat.


Bukan bapak yang mencari

Sebelum perumpamaan ini, terdapat dua lagi perumpamaan lain yaitu domba dan dirham yang hilang. Ada sembilan puluh sembilan domba yang ditinggalkan si penggembala, untuk mencari seekor domba tersesat sampai menemukannya kembali. Ada sepuluh dirham, ternyata hilang satu, si wanita pun mencarinya sampai menemukannya. Domba dan dirham dicari oleh yang empunya. Mengapa? Karena keduanya tidak bisa mencari jalannya sendiri.

Tetapi dalam kisah anak yang hilang, si bapak tidak mencarinya, tetapi hanya menunggu terus. Sampai sang anak pun kembali. Kenapa bapaknya tidak mencarinya? Karena si anak bisa kembali lagi setelah menyesal. 

Demikian juga Bapa kita di sorga, Dia menunggu dengan sabar kepulangan anakNya yang sudah pergi meninggalkanNya. Dia terus menunggu, sampai si anak bertobat dan mohon ampun. Tapi bagi orang yang belum mengenalNya, Dia menyuruh kita untuk berusaha menyelamatkan mereka.


Orang Farisi dan pemungut cukai

Kisah ini merupakan jawaban Yesus terhadap orang Farisi dan ahli Taurat yang bersungut karena Yesus menerima dan makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa. Orang Farisi dan ahli Taurat yang merasa dirinya suci menolak bergabung dengan mereka orang berdosa. 

Berarti anak sulung adalah mereka dan yang bungsu adalah orang berdosa. Tapi Yesus mengatakan bahwa dalam kisah ini, semua adalah anak Allah yang selalu ditunggu pertobatannya. 

Perumpamaan itu juga untuk pribadi kita. Mungkin kita anak Tuhan yang rajin ke gereja, senang membaca Firman Tuhan, dan selalu melakukan kehendakNya. Kita merasa sudah tidak berdosa lagi. Lalu kita merendahkan orang lain yang berdosa dan ingin agar orang-orang itu dihukum. 

Pantaskah kita berbuat seperti itu? Karena kita juga adalah orang yang tidak bersih sama sekali. Karena itu marilah kita juga memiliki belas kasih Tuhan terhadap mereka yang belum percaya padaNya. Doakanlah mereka semua agar Tuhan bisa mengampuni mereka semua. 

Demikianlah renungan Firman Tuhan. Amin.

Yohannes Lie, Rabu 14 Juli 2021