"Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu!" (Maz. 79:9)
Pemerintah sudah memprediksi
Ketika mendekati lebaran, pemerintah sudah memprediksi akan merebaknya virus covid jika penduduk tetap bersikeras untuk mudik. Kejadian itu menjadi mirip dengan di India saat mereka merayakan upacara keagamaan tanpa peduli dengan protokol kesehatan. Di India luar biasa penularan Covid, sehingga satu hari bisa mencapai satu juta orang yang meninggal. Sampai-sampai mereka antri untuk ke dokter, mereka berrebut tabung oksigen, bahkan untuk pembakaran jenazah pun juga harus mengantri.
Karena itu agar tidak terjadi hal seperti itu, para petugas berupaya sekuat tenaga agar para pemudik membatalkan acaranya untuk kembali ke daerah masing-masing. Di pasang sekat dimana-mana yang menyatakan agar penduduk tidak pulang mudik. Jika mereka memaksa, tanpa membawa surat ijin, mereka disuruh putar balik lagi ke tempatnya semula. Penjagaan itu sudah amat ketat.
Pencegahan mudik
Beberapa iklan dari satuan satgas covid telah digaungkan, bahwa lebih baik di rumah saja, jika pulang mudik, maka akan membuat orang-orang di desamu tertular covid ini. Bahkan sudah banyak sanksi yang diberikan jika mereka memaksa. Jalan-jalan kecil untuk menghindari pencegatan atau disebut jalan tikus sudah dijaga. Pesawat terbang, kapal laut, atau bus sudah tidak boleh beroperasi lagi pada tanggal yang ditentukan, kecuali untuk tugas penting. Itu pun harus membawa surat tugas.
Dari daerah-daerah yang akan dikunjungi pun sudah berusaha mencegah mereka. Bahkan mereka menyediakan tempat karantina sebagai tempat bagi yang memaksa datang. Mereka juga harus ditest antigen atau swab.
Tapi tetap saja bocor
Tetapi tetap saja bocor. Ternyata banyak sekali para pemudik yang bisa meloloskan diri masuk ke tempat daerahnya. Entah bagaimana cara mereka. Mereka dengan senang dan bahagia dapat bertemu dengan keluarga. Terkadang mereka saling kangen tanpa menggunakan protokol kesehatan. Rasanya tidak ada apa-apa. Toh pertemuan bisa berlangsung.
Belum lagi yang berlibur di tempat-tempat hiburan di daerah masing-masing. Sudah coba dibatasi jumlah orang yang hadir, tetapi tetap saja membludak. Juga banyak yang tidak menggunakan protokol kesehatan. Tidak terjadi apa-apa. Mereka nampak berbahagia karena terbebas dari rasa takut.
Belum lagi yang acara halal bi halal dan acara tahlilan. Tanpa rasa was-was mereka hadir dalam acara tersebut, Banyak orang yang berkerumun. Juga tidak terjadi apa-apa. Aman deh.
Apa yang terjadi kemudian?
Tapi, benarlah prediksi pemerintah. Ternyata setelah berjalannya waktu seminggu lebih, terjadi penambahan jumlah orang yang terdeteksi covid, bahkan banyak yang meninggal. Covid varian baru dari India sudah menyebar di berbagai tempat. Kota Kudus menjadi pusat penyebaran Covid, disusul Bangkalan Madura, dan di Jakarta pun menjadi tempat bertambahnya pasien. Tempat-tempat tidur untuk pasien sudah hampir penuh. Kemarin dulu di dekat jembatan Suramadu pun terjadi kerusuhan karena masalah antisipasi atas bencana ini. Sudah banyak sekali orang yang terjebak antri untuk diperiksa sehingga akhirnya massa pun meledak.
Disusul mulai lagi merebaknya virus ini tempat-tempat lainnya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Yogyakarta. Bahkan sudah sampai di Sumatera. Pada 18 Juni 2021 kemarin terjadi lonjakan sampai 12.624 orang yang terkena covid dan 277 orang meninggal. Sekitar 52 orang anggota DPR terkonfirmasi covid. Akhirnya untuk sementara DPR di-lockdown. Di Jepara Jawa Tengah, petugas yang mengurus jenazah covid pun sudah kelelahan saking banyaknya orang yang harus dimakamkan. Belum lagi ada banyak tenaga kesehatan yang terkonfirmasi dan puskesmas yang terpaksa ditutup. Oh, Tuhan!
Pemerintah terus berusaha
Pemerintah terus menvaksin begitu banyak orang untuk mengatasi masalah ini. Vaksinasi dilakukan di mal-mal, di stasion kereta api, dan terminal bus. Bahkan dimana-mana yang memungkinkan. Agar virus ini dapat dikalahkan. Bahkan tempat-tempat ibadah harus ditutup untuk daerah zona merah. Pemerintah terus berjuang untuk mengatasi semua itu. Tapi kalau penduduknya tetap seenaknya saja dalam bertindak, tidak tahu sampai kapankah bencana ini akan berhenti?
Pemerintah Israel sudah tidak lagi menggunakan masker sebab sudah bebas mereka dari covid ini. Demikian juga Amerika Serikat sudah tidak mengharuskan lagi penduduknya menggunakan masker. Semua tempat-tempat sudah mulai dibuka kembali. Mereka sudah aman. Tetapi kita?
Kapankah kita akan terbebas?
Kini sudah masanya kita harus segera sadar bahwa manusia itu sedemikian lemahnya. Terserang virus ini sudah satu setengah tahun, tapi masih saja belum hilang. Karena itu kita sebagai umat Kristen harus lebih lagi mendekatkan diri kepada Tuhan, berdoa meminta ampunan atas ketidak-taatan kita, minta tolong untuk segera menghapus, atau setidaknya, mengurangi sampai tidak meluas lagi penyakit ini. Kita harus lebih lagi berserah pada kehendakNya atas diri kita ini.
Tuhan pasti akan segera menolong kita untuk mengatasi masalah ini. Janganlah kita membantah petunjuk dari pemerintah. Selalu gunakan protokol kesehatan dan kalau bisa beradalah di rumah saja. Tuhan pasti akan menolong kita.
Penutup
Akhirnya kita tetap harus berdoa, memuji Tuhan, dan selalu mendengarkan suara Tuhan. Janganlah kita merasa mampu sendiri mengatasi hal itu. Demikianlah Firman Tuhan. Puji Tuhan. Amin.