Sabtu, 08 Mei 2021

Mutasi Covid dan Larangan Mudik

 


Tidakkah akan gemetar bumi karena hal itu, sehingga setiap penduduknya berkabung? (Amos 8:8a)


Saya Sudah divaksin

Puji Tuhan, pada Rabu 10 Maret 2021 saya dan isteri divaksin covid-19 yang pertama, dan pada Rabu 7 April 2021 kembali kami divaksin yang kedua kalinya. Rasanya pada waktu itu saya merasa bebas bisa berbuat apa saja. Mau kemana saja atau makan apa saja, sudah boleh. 

Tetapi kemudian saya membaca di berita, orang yang sudah divaksin dua kali pun harus menjaga protokol kesehatan selama sebulan lagi. Baru imunitasnya muncul. Jadi sekali lagi saya tetap harus menjaga protokol kesehatan 5M dengan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. 

Apakah setelah divaksin 2 kali dan menunggu satu bulan saya terbebas? Tidak! Sebab imunitas sesudah divaksin tidak mungkin 100 persen tetapi cuma 65 persen. Jadi masih ada 35 persen kemungkinan kena lagi. Wah, repot juga ya? Tapi setidaknya kalau sudah divaksin, masih bisa bertahan jika terkena virus. Semoga saja demikian.


Banyak sudah divaksin

Para petugas kesehatan, petugas keamanan, orang media, orang lanjut usia, pejabat, agamawan, dan lain-lain sudah divaksin. Hanya orang biasa yang belum. Pemerintah merasa aman. Tapi, oh Tuhan ternyata muncul  mutasi dari virus ini. 

Tadinya yang kena virus sudah berkurang dari rata-rata sepuluh ribu orang per hari menjadi sekitar tiga ribuan orang. Sudah terlihat mengecil. Tiba-tiba sekarang sudah naik lagi menjadi empat ribu sampai lima ribu orang per hari. Virus varian baru muncul lagi. Pemerintah pun harus tanggap lagi. 


Divaksin 2 kali kena lagi

Saya membaca berita, ada seorang bapak yang sudah divaksin 2 kali, sesudah selesai vaksin yang kedua, dia mengadakan pesta pernikahan anaknya. Habis dari pesta itu, dia tertular lagi dan akhirnya meninggal. Beberapa hari yang lalu juga ada seorang bapak lagi. Dia sudah divaksin dua kali, tapi dia kena buang-buang air. Dia tidak tahu kalau itu virus dari India. Tiga hari kemudian meninggal. 


Varian virus korona baru

Di Indonesia kini sudah masuk virus covid varian baru. Varian B117 dari Inggris menyebar di Indonesia ada 13 kasus, varian B1351 dari Afrika Selatan di Bali ada 1 kasus, covid varian B1617 dari India di Jakarta ada 2 kasus. Itu yang terpantau, yang tidak, pasti ada lebih banyak lagi. 

Potensi bahaya B117: bisa meningkatkan resiko kematian dibanding varian lainnya. B1351: turunkan efikasi vaksin dan tingkatkan keparahan penyakit. B1617: bermutan ganda yaitu L4525 tingkatkan transmisi virus dan kurangi kemanjuran antibodi, dan E484Q: bantu virus hindari sistem kekebalan tubuh. 

Orang di Indonesia yang terpapar penyakit ini, sebagian sembuh, sebagian masih dirawat, dan sebagian lagi sudah meninggal dunia.


Kasus di Inggris

Varian baru telah muncul di Inggris. Dunia tersentak. Mereka menyetop semua penerbangan dan perjalanan dari Inggris. Jangan sampai menyebar di negara lain. Tetapi, usaha itu menjadi sia-sia saja. Kini ternyata sudah menyebar bahkan sampai di Indonesia. 


Kasus di India

Di India sekarang ini sedang timbul tsunami virus baru yang amat cepat penularannya. Kemarin saja per harinya yang tertular 412.000 orang. Yang meninggal per harinya 4000 ribu orang. Rumah sakit sudah tidak mampu menampung lagi. Dokter dan perawat sudah kelelahan. Mayat-mayat tergeletak di tanah begitu saja menunggu antrian pembakaran mayat. Pasien yang menunggu di mobil ada banyak sekali. Tabung oksigen semakin menipis. Mereka harus membayar mahal untuk mendapatkannya, itu pun harus berrebut.

Padahal sebelumnya mereka sudah merasa aman. Sebab ada banyak orang-orang yang divaksin. Sehari hanya tinggal 3000-an orang yang terkena, dan yang meninggal sekitar ratusan orang. Tapi mendadak membludak dengan cepat. 

Mengapa? Karena adanya ritual keagamaan Hindu yaitu berendam di sungai Gangga. Sampai ribuan orang. Di sana mereka berramai-ramai menceburkan diri untuk mandi di sungai Gangga. Tidak menggunakan masker. Karena itu muncullah virus varian baru. 


Larangan Pemerintah

Mengingat kasus yang terjadi di India, Pemerintah Indonesia terpaksa mengeluarkan larangan untuk mudik menjelang Idul Fitri ini. Mulai 6 Mei-17 Mei 2021 semua orang yang akan mudik tidak bisa lagi. Bus, kapal, kereta api dan pesawat tidak mengeluarkan tiket lagi. Tentu dengan pengecualian tertentu. Diingatkan oleh pemerintah, bila tidak ingin seperti negara India, mereka harus tidak mudik. 


Sebagian tetap membandel

Tetapi sebagian orang tetap membandel. Mereka dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi tetap berangkat ke daerahnya masing-masing. Mereka sepertinya tidak peduli. Di pasar dan mal-mal banyak juga berkerumun orang-orang yang ingin membeli kebutuhan lebaran. Bahkan banyak yang tidak memakai masker. 

Bahkan ada yang melarang menggunakan masker di mesjid Bekasi. Ada yang mengejek orang yang menggunakan masker di mal. Aduh, mungkinkah orang-orang ini kebal ya? 

Di daerah-daerah, mulai banyak lagi yang tertular oleh virus ganas ini. Bahkan banyak juga yang meninggal. Sepertinya di negara kita, sebagian orang tidak peduli lagi. Padahal mereka menyaksikan bagaimana susah payahnya mengendalikan virus ini di India. Bahkan negara Nepal pun sudah mulai banyak lagi yang tertular. Oh Tuhan, kapankah virus ini lenyap dari muka bumi ini? Kami sudah bosan dengan keadaan ini.


Penutup

Bumi pun gemetar dan penduduknya pun berkabung saat ini, seperti dalam ayat di atas. Sudah demikian banyak korban yang terjadi. Orang-orang yang kita kenal pun banyak yang sudah berjatuhan. Atau bahkan keluarga kita sendiri. 

Kalau kita masih sayang dengan seluruh keluarga kita, marilah kita tidak bepergian melainkan tetap berada di rumah saja. Kalau tidak terpaksa, janganlah kita berhubungan dengan orang lain. Selalulah menjaga protokol kesehatan kita. Tuhan pasti akan menolong kita. Amin, terpujilah Tuhan.

Yohannes Lie, Sabtu 8 Mei 2021