“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." (Yoh. 14:21)
Mudah sekali berjanji
Saat ini banyak orang Kristen yang umumnya terlalu cepat mengamini kalau ada pendeta di atas mimbar berkata, “Apakah saudara sanggup melakukan semua yang Tuhan perintahkan?” Mereka tidak hanya mengamini saja, tetapi bahkan bertepuk-tangan penuh semangat. Tanpa pikir panjang, mereka dengan cepat menyetujuinya. Mereka tidak sadar atas pertanyaan si pendeta.
Mengapa demikian? Karena mereka berpendapat bahwa semakin cepat mengamini perkataan seorang pendeta, mereka pasti akan segera mendapat berkat luar biasa. Tidak perlu dipikirkan dulu apa yang diaminkan itu. Itu urusan nanti. Dan karena menyaksikan begitu antusiasnya jemaatnya, si pendeta pun gembira dan turut bertepuk tangan. Suasana pun menjadi amat meriah. Si pendeta pun merasa amat puas dengan keadaan itu.
Lupa dengan janjinya
Tetapi, saat keluar dari gereja, mereka telah lupa dengan janji-janji mereka tadi. Telah lupa dengan sorak dan tepuk tangan mereka. Bahkan mereka tidak ingat lagi apa yang sudah disampaikan gembala tadi. Mungkin kemudian mereka sedang asyik menghadapi makanan yang telah siap di depan mereka. Atau shopping di mal-mal sambil melihat-lihat sesuatu.
Minggu depan pun kejadian yang sama akan terjadi lagi. Mereka telah lupa dengan janji-janji mereka sebelumnya. Pada kenyataannya, mereka tidak pernah melakukan apa yang dijanjikannya itu. Ketika pendeta kembali berkotbah tentang topik lain, maka mereka akan mengangguk-angguk.
Pada saat ditanya kembali, apakah mereka setuju melakukannya, mereka pun akan mengaminkan, bersorak dan bertepuk tangan tanda setuju. Tetapi kemudian mereka lagi-lagi melupakannya. Ya, mereka telah lupa sama sekali. Bahkan lupa dengan isi kotbah yang disampaikan pendeta. Karena mereka hanya bertepuk tangan dan mengaminkan tanpa berpikir.
Perumpamaan dua orang anak
Melihat situasi seperti itu, teringatlah kita dengan perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.” (Mat. 21:28-29).
Dalam kisah itu, Yesus menjelaskan bahwa ada seorang bapak mempunyai dua orang anak laki-laki. Lalu ia pergi kepada anak sulungnya. Dan dia menyuruh anaknya yang sulung itu untuk pergi dan bekerja di kebun anggurnya pada hari itu. Si anak dengan antusias segera menjawabnya dengan berkata, “Baik, bapa.” Tetapi ditunggu-tunggu oleh si bapak, ternyata si anak tidak pergi.
Tidak dijelaskan mengapa dia tidak jadi pergi. Mungkin semula dia berpikir akan pergi, tapi kemudian ternyata dia tidak jadi pergi. Tidak dijelaskan pula mengapa dia tidak melaporkannya pada si bapak. Tentu saja si bapak tadi merasa amat kecewa.
Pergi ke anak bungsu
“Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.” (Mat. 21:30)
Demikianlah kemudian si bapak pergi ke anak kedua atau anak bungsunya. Dia juga meminta kepada anak bungsunya untuk pergi dan berkerja di kebun anggurnya. Tetapi mula-mula si bungsu menolaknya. Tidak dijelaskan mengapa dia menolak. Mungkin dia sedang capek, mungkin dia memang tidak mau, atau dia ada keperluan lain. Intinya dia tidak mau pergi.
Tapi kemudian dia merasa menyesal. Mungkin dia menyesal karena tidak mau menuruti perkataan orang tuanya. Lalu dia pun lalu pergi ke kebun anggur untuk bekerja disana.
Siapa yang melakukannya?
“Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mat. 21:31)
Ketika Yesus bertanya kepada orang banyak, “Siapa yang melakukan kehendak bapaknya?” Mereka pun menjawabnya, “Yang terakhir atau yang bungsu.” Ya, benarlah jawaban mereka. Yang sulung mula-mula setuju, tapi kemudian tidak jadi pergi. Sedangkan yang bungsu mula-mula menolak, tapi kemudian menyesal dan pergi ke kebun anggur itu.
Kemudian Tuhan Yesus menjelaskan bahwa sesungguhnya para pemungut cukai dan pelacur akan lebih dulu masuk ke dalam Kerajaan Allah daripada mereka. Mengapa demikian? Karena pemungut cukai dan pelacur setelah mendengar perkataan Yesus, segera percaya dan menerimanya sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.
Contohnya rasul Matius dan Zakheus sebagai orang pemungut cukai dan Maria Magdalena sebagai perempuan pelacur. Mereka pengikut Kristus yang setia. Sedangkan para pemimpin agama Yahudi sulit sekali menerima Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamat mereka.
Relevansi Saat Ini
Sebetulnya Yesus menceritakan kisah ini hanya untuk orang Yahudi. Tetapi kita tahu bahwa perumpamaan Yesus itu masih berlaku sampai saat ini. Bagaimana relevansinya dengan situasi masa kini? Ternyata kisah itu kembali berulang lagi tanpa kita sadari.
Lihatlah begitu banyak orang Kristen saat ini yang memandang rendah janji mereka kepada Tuhan. Begitu cepat mereka menjawab ya, tanpa berpikir panjang, sebab akan segera dilupakan. Atau mereka bisa menulis janji mereka di media sosial. Tetapi itu hanya untuk membuat statusnya baik. Orang akan melihat mereka dengan hormat. Tapi dalam kenyataannya mereka tidak mengerjakan apa yang ditulisnya itu.
Mari kita bertobat
Karena itu sebagai orang Kristen yang sungguh-sungguh dalam Tuhan, marilah kita segera sadar bahwa tindakan yang kita lakukan itu amat berdampak dalam hidup ini. Ingatlah semua yang kita ucapkan pasti akan tercatat di kehidupan nanti. Jadi marilah kita lebih berhati-hati. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Yohannes, Samaria Ministri, Senin 25 Pebruari 2019
Lapas Narkoba, 25 Mar 2024