“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." (Roma 14:8))
Hidup manusia amat singkat
Hidup manusia itu hanya sebentar saja. “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” (Maz. 90:10)
Ayat ini mengatakan bahwa usia 70 tahun adalah batas kehidupan manusia. Jika kuat bisa mencapai usia 80 tahun, namun keadaannya sudah sulit karena kondisi fisik. Hal ini tidak berarti semua orang pasti akan mencapai usia itu. Sebab banyak juga yang berusia jauh di bawah itu sudah berakhir hidupnya.
Persiapkan diri
Karena itu selama masih diberi kesempatan, gunakanlah itu sebaik-baiknya untuk melakukan kehendak Tuhan. Jika kesempatan itu dilewatkan, tidak akan muncul lagi. Dan kita akan menyesalinya.
Agar dalam waktu hidup terbatas, dapat meraih hasil maksimal, kita perlu mengenal kapasitas pribadi dan menentukan prioritas yang harus dikerjakan.
Agar dalam waktu hidup terbatas, dapat meraih hasil maksimal, kita perlu mengenal kapasitas pribadi dan menentukan prioritas yang harus dikerjakan.
Berbagai karakter manusia
Dalam diri manusia dikenal empat tipe karakter dasar seseorang, yaitu Sanguinis, Plegmatis, Koleris, dan Melankolis.
- Sanguinis: karakter dominan, optimistis, humoris, antusias, percaya diri, berani beresiko, suka bicara, kreatif, dan suka tantangan. Populer, senang dipuji, stres jika tidak diperhatikan, pemikirannya dangkal, egois dan cepat bosan,.
- Plegmatis: karakter pecinta damai, pengalah, anti konflik, sabar, kalem, pendengar yang baik, mudah bergaul, sulit memutuskan, sering dimanfaatkan.
- Koleris: karakter pekerja keras, tidak suka basa-basi, serius, suka memimpin, tegas, rajin, mudah marah, kurang sabar, kasar dan suka memperalat orang lain.
- Melankolis: karakter sensitip, perfeksionis, serius, romantis, penyendiri, hemat, tidak suka tampil, setia, tidak mau menyakiti orang lain, imajinasi tinggi, teliti, kurang percaya diri, kurang terbuka, menyimpan kepahitan.
Seseorang umumnya tidak hanya memiliki satu tipe karakter saja tapi kombinasi dari berbagai tipe. Hanya saja, salah satu karakter akan menonjol. Mengenali karakter diri untuk memperkuat karakter baik dan mengurangi karakter buruk. Pengalaman, bisa menjadikan seseorang lebih baik karakternya. Gunakanlah karakter yang sesuai dengan kehendakmu
Seperti karakter Kristus
Yesus memiliki karakter unik, Dia pemimpin tapi rendah hati dan suka melayani. Dia pecinta damai, tapi tidak kompromi terhadap ketidak-benaran yang dilakukan kaum Farisi dan ahli Taurat. Dia pekerja keras, tapi sabar, peduli, dan berempati pada orang lain. Dia sempurna atau perfeksionis, tapi memahami keterbatasan orang lain, dan mengampuni kesalahan. Karakter lain Yesus adalah mengasihi, jujur, kudus, rela berkorban, dan tidak kompromi dengan dosa. Ini adalah karakter yang terbaik.
Sesuai karakter diri, tentukan peranan yang akan diambil saat melaksanakan pekerjaan Tuhan. Kenali juga karakter teman sepelayanan agar dapat bekerjasama dengan baik. Pertahankan dan tingkatan karakter positipnya dan kurangi atau hilangkan karakter negatipnya agar karakter kita makin dewasa menuju pada karakter Kristus.
Menentukan prioritas
Sehebat apa pun seseorang, pasti memiliki keterbatasan, mungkin itu keterbatasan waktu, dana, kemampuan dan lainnya. Karena itu perlu ditentukan prioritas dalam suatu pekerjaan. Dari penentuan prioritas itu, kita dapat menentukan pilihan saat terjadi masalah dalam pekerjaan.
Manakah yang harus lebih diutamakan, melakukan pelayanan gereja atau mengerjakan urusan rumah tangga? Menolong orang lain atau keluarga sendiri yang sama-sama mengalami kesulitan?
Manakah yang harus lebih diutamakan, melakukan pelayanan gereja atau mengerjakan urusan rumah tangga? Menolong orang lain atau keluarga sendiri yang sama-sama mengalami kesulitan?
Yesus mengajarkan dua hukum kasih, yaitu hukum pertama, mengasihi Allah dan hukum kedua, mengasihi sesama seperti diri sendiri. Kedua hukum itu sama (Mat. 22:37-39) Ada tiga yang harus dikasihi yaitu Allah, sesama, dan diri sendiri. Mengasihi diri sendiri itu mencakup juga keluarga. Jadi prioritas utama adalah Allah dan prioritas kedua adalah diri sendiri dan orang lain.
Mengasihi Allah dan Sesama
Mengasihi Allah adalah mengasihi pribadiNya. Itu prioritas utama. Sedangkan mengasihi sesama harus dibuat urutan prioritas, yaitu mengasihi keluarga, saudara seiman, teman-teman, orang lain, dan musuh. Melayani pekerjaan Tuhan termasuk dalam kategori mengasihi sesama. Jadi harus ditetapkan urutan prioritasnya.
Ketika timbul konflik, manakah yang lebih diutamakan, melayani pekerjaan Tuhan, misalnya melayani Sekolah Minggu, ataukah menolong anak di rumah yang harus segera dibawa ke rumah sakit? Ketika tersedia dana pas-pasan untuk membayar uang sekolah anak, apakah kita akan memberinya pada jemaat yang tidak punya makanan?
Hal itu cukup pelik. Tapi kita harus memikirkan bahwa urusan anak adalah tanggung jawab penuh orangtua. Sedangkan melayani Sekolah Minggu bisa digantikan guru yang lain. Atau menolong jemaat miskin adalah tanggung jawab gereja. Jadi setiap orang tentu saja berhak menentukan prioritas mengasihi sesama yang mungkin saja berbeda-beda. Itu tidak masalah.
Keseimbangan tanggung jawab
Yesus mengecam orang Farisi karena memberi derma untuk Bait Allah dari uang yang seharusnya untuk menafkahi orangtuanya. (Mat 15:5-6) Orang Farisi tidak bisa melupakan orangtuanya dan juga tidak bisa melupakan derma untuk Bait Allah. Tapi tugas untuk orangtua adalah lebih penting daripada derma untuk Bait Allah.
Jelaslah bahwa Yesus mengajarkan harus ada keseimbangan antara tanggung jawab untuk keluarga dan tanggung jawab dalam pelayanan. Jika mampu melakukan keduanya, lakukan dua-duanya. Tetapi jika tidak mampu, lakukanlah salah satu saja.
Tetap setia dalam melakukan pelayanan
Jika kita setia melayani di masa muda, tetaplah setia di masa tua. Jangan menjadi kendor semangat kita. Justru harus semakin giat dan setia melaksanakan pekerjaan Tuhan. Tapi hiduplah bijak dalam kehidupan maupun dalam pelayanan ini. yakinlah, jerih payahmu di dalam Tuhan tidak akan sia-sia. (1 Kor 15:58) Pasti engkau akan menerima upahmu yang besar di Sorga. Amin
Yohannes Lie, Heartline, Jumat 4 Mei 2018