"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat.7:12)
Berbagai Ajaran Etika
Pepatah mengatakan, “Ada ubi ada talas, ada budi ada balas” artinya jika kita menerima kebaikan dari seseorang, wajiblah kita membalas kebaikan itu, sebaliknya jika kita diperlakukan jahat, wajiblah kita membalas kejahatan itu. Tentu saja ajaran ini sudah sering kita dengar sebab memang diajarkan di sekolah-sekolah.
Ada pula ungkapan yang mengatakan “Jika kamu baik pada saya, saya akan baik kepadamu, tapi jika kamu jahat pada saya, saya akan jahat padamu.” Artinya jika seseorang berbuat baik pada kita, maka kita pun akan membalas kebaikan itu. Tetapi jika seseorang bertindak jahat pada kita, maka kita pun tidak segan-segan akan membalasnya. Itulah hukum keadilan menurut pandangan manusia, dan itu sangat wajar dan logis.
Seorang guru di Tiongkok, Konfusius mengajarkan, “Jika kamu tidak mau diperlakukan jahat oleh orang lain, janganlah kamu berbuat jahat.” Artinya adalah, jika kita ingin orang lain tidak bersikap buruk pada kita, maka janganlah kita pun berbuat buruk pada orang lain. Ini ajaran moral yang baik namun bersifat pasif karena hanya bersifat larangan.
Ada pula ungkapan yang mengatakan “Jika kamu baik pada saya, saya akan baik kepadamu, tapi jika kamu jahat pada saya, saya akan jahat padamu.” Artinya jika seseorang berbuat baik pada kita, maka kita pun akan membalas kebaikan itu. Tetapi jika seseorang bertindak jahat pada kita, maka kita pun tidak segan-segan akan membalasnya. Itulah hukum keadilan menurut pandangan manusia, dan itu sangat wajar dan logis.
Seorang guru di Tiongkok, Konfusius mengajarkan, “Jika kamu tidak mau diperlakukan jahat oleh orang lain, janganlah kamu berbuat jahat.” Artinya adalah, jika kita ingin orang lain tidak bersikap buruk pada kita, maka janganlah kita pun berbuat buruk pada orang lain. Ini ajaran moral yang baik namun bersifat pasif karena hanya bersifat larangan.
Ajaran Yesus
Tapi disamping berbagaiajaran manusia itu, Tuhan Yesus mengajarkan, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Artinya, jika kita ingin dikasihi, kita harus mengasihi orang lain, jika kita ingin dihormati, kita harus menghormati orang lain, jika kita ingin dihargai, kita wajib menghargai orang lain.
Inilah ajaran moral tertinggi yang bersifat aktif yaitu mengajak orang untuk melakukan kebaikan pada orang lain. Dan jika ada yang melakukan kejahatan pada kita, Tuhan Yesus tidak mengajarkan agar membalas, namun berkata, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (Mat. 5:39)
Inilah ajaran moral tertinggi yang bersifat aktif yaitu mengajak orang untuk melakukan kebaikan pada orang lain. Dan jika ada yang melakukan kejahatan pada kita, Tuhan Yesus tidak mengajarkan agar membalas, namun berkata, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (Mat. 5:39)
Harus Menghargai Orang Lain
Setiap manusia pasti ingin dihargai, karena itulah kebutuhan dasar jiwa setiap manusia. Kebutuhan ini tidak hanya pada orang besar atau terhormat, namun juga meliputi rakyat kecil, bahkan anak kecil. Jadi tidak ada seorang pun di dunia ini, termasuk anak-anak, tidak ingin dihargai oleh orang lain. Semua orang pasti menginginkannya.
Penghargaan adalah bentuk pengakuan seseorang terhadap peran penting orang lain. Penghargaan itu dapat dinyatakan dalam bentuk sikap menghormati, memberi piagam atau medali, memberi hadiah, atau dapat pula dinyatakan dengan memuji, mengacungkan jempol, memberi senyuman, tepukan di pundak, pelukan, ciuman, atau untuk anak kecil, elusan di rambut. Disamping menimbulkan rasa bangga dan percaya diri, penghargaan dapat juga memberi semangat kepada seseorang untuk berbuat lebih baik.
Sulit Menghargai Orang Lain
Namun umumnya sangat sulit menghargai orang lain. Banyak alasan yang diberikan. “Ah, itu kan memang sudah tugas dan kewajiban dia.”, “Jangan dipuji, nanti dia besar kepala”, “Kalau dipuji, bisa-bisa dia malah jadi malas”, “Jangan dipuji, nanti dia minta naik gaji.”
Berbagai alasan orang untuk tidak menghargai orang lain. Apakah itu memang sulit dilaksanakan? Ternyata bukan karena orang itu tidak bisa memuji orang, tetapi ternyata harga dirinyalah yang menghambat sehingga dia tidak mau menghargai orang lain.
Berbagai alasan orang untuk tidak menghargai orang lain. Apakah itu memang sulit dilaksanakan? Ternyata bukan karena orang itu tidak bisa memuji orang, tetapi ternyata harga dirinyalah yang menghambat sehingga dia tidak mau menghargai orang lain.
Menyinggung Harga Diri
Lawan dari menghargai orang lain adalah merendahkan atau menghina orang itu. Sebetulnya harus kita sadari bahwa saat kita merendahkan seseorang, itu ibarat memasang bom waktu kebencian. Mungkin orang yang direndahkan itu hanya berdiam saat mendengarnya. Tapi di dalam hatinya ada satu dendam yang terjadi. Akibatnya banyak terjadi pembunuhan karena seseorang merasa harga dirinya direndahkan.
Ada pembantu yang membunuh majikan karena sering disakiti dan dihina. Ada perkelahian antar sekolah atau kampung terjadi karena saling hina dan ejek. Kekasih yang sering diejek pasangannya, akhirnya pun harus membunuh. Masih banyak lagi terjadi peristiwa yang terjadi akibat dari penghinaan ini.
Karena itu suami yang selalu menghargai istrinya pasti akan setia, karena dia tidak sampai hati menyakiti istrinya. Demikian pula, istri yang menghargai suami pasti setia pada suaminya. Perselingkuhan adalah bukti dari sikap memandang rendah pasangan hidupnya.
Kisah seorang pesuruh kantor
Alkisah, suatu ketika terjadi acara perpisahan seorang direktur perusahaan yang memasuki masa pensiun, seorang pesuruh kantor menulis surat demikian, “Bapak Direktur yang saya hormati. Pada kesempatan perpisahan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang tiada terkira dari dalam hati saya, karena bapak begitu menghargai saya yang hanya pegawai kecil.
Kalau bapak memerintahkan saya melakukan tugas, bapak selalu mendahului dengan perkataan, “Tolong”, misalnya, “Tolong buatkan saya kopi, mas.” padahal bapak seharusnya tinggal perintah saja. Setiap kali saya menyelesaikan tugas, bapak tidak pernah lupa mengucapkan terima kasih sambil tersenyum. Padahal bapak tidak perlu berterimakasih pada saya karena itu sudah tugas saya.
Jika saya melakukan kesalahan, bapak tidak memarahi saya, namun menegur saya dengan lembut, dan sebelumnya selalu dimulai dengan ucapan, “Maaf ya mas.” Walaupun saat ini bapak berpisah dengan kami, tapi kenangan manis saya atas sikap bapak tidak akan pernah terhapus dari ingatan saya.
Orang yang berkarakter buruk
Namun adakalanya kita menemui orang yang berkarakter buruk. Kita menghargai dia, tapi dia malah merendahkan kita. Kita bersikap baik padanya, dia malah menfitnah kita. Apa yang harus kita lakukan?
“Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah” (Ams. 22:24) “Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. (1 Kor. 5:11)
Ya, janganlah kita berteman dengan orang seperti itu. Karena keburukan mereka bisa menimpa diri kita. Firman Tuhan mengajarkan kepada kita. Sebaliknya, bertemanlah dengan orang-orang yang berkarakter baik, sering menghargai diri kita atau sesama kita.
Pasangan kita berkarakter buruk?
Bagaimana jika yang berkarakter demikian adalah pasangan hidup kita? Firman Tuhan mengatakan, suami harus mengasihi istrinya dan istri harus menghormati suaminya (Ef. 5:33) Jadi tidak boleh bercerai. Perintah ini tidak dapat ditawar-tawar.
Jadi harus bagaimana? Bukankah pasangan kita sering merendahkan kita? Ya, walau pun pasangan kita sudah merendahkan kita, tetapi Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak boleh bercerai. Berilah dia pengajaran Firman Tuhan terus menerus agar lama kelamaan berkuranglah sikap merendahkan kita itu. Tentu saja harus ada kemauan keras untuk mengubah perbuatan itu, baik dari kita mau pun dari dia..
Jadi harus bagaimana? Bukankah pasangan kita sering merendahkan kita? Ya, walau pun pasangan kita sudah merendahkan kita, tetapi Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak boleh bercerai. Berilah dia pengajaran Firman Tuhan terus menerus agar lama kelamaan berkuranglah sikap merendahkan kita itu. Tentu saja harus ada kemauan keras untuk mengubah perbuatan itu, baik dari kita mau pun dari dia..
Menghargai orang lain
Sebaliknya sudahkah kita menghargai pasangan hidup kita yang selalu setia mendampingi kita? Ataukah kita hanya melihat kekurangannya saja? Atau apakah jerih lelah pasangan kita hanya kita anggap biasa-biasa saja sehingga tidak perlu kita hargai? Pernahkah kita berkata lembut dan mesra penuh kasih sayang padanya? Ingatlah, penghargaan pada pasangan kita akan membuat kasih kita semakin kuat.
Para majikan, pernahkah anda menghargai jerih payah pegawaimu yang turut memajukan usahamu? Atau apakah anda berpendapat, “Ah, pegawai itu kan sudah saya gaji?” Tetaplah hargailah mereka dengan kasih Tuhan, anda akan mendapat penghormatan dan kasih mereka
Tuhan menghendaki kita semua menghargai orang lain, baik itu pasangan hidup, teman, buruh, atau pembantu rumah tangga kita. “Maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia. (Ams. 3:4) Amin.
Yohannes Lie, Heartline, Jumat 28 Oktober 2011
Sumur Batu, Kamis 3 Nopember 2011
Sumur Batu Kamis 5 Oktober 2017
Heartline, Jumat 6 Oktober 2017