Minggu, 13 November 2016

Meraih Kehidupan Kekal

 Yesus Kristus


“Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.“ (Yoh. 6:27) 

Diciptakan berbahagia dan kekal 

Ketika Allah menciptakan manusia, yaitu Adam dan Hawa, mereka diciptakan menurut rupa dan gambar Allah, penuh kemuliaan Allah, hidup kekal sebab tidak akan mengalami kematian, suci tanpa dosa, hidup penuh kebahagiaan.
   
Mereka berkuasa atas segala binatang dan mampu menaklukkan bumi. Sungguh luar biasa kebaikan Allah bagi manusia yang diciptakan sedemikian sempurna. Mereka hidup bahagia kekal selamanya, tanpa sedikit pun mengalami penderitaan, kesedihan, dan ketakutan.

Itulah sesungguhnya maksud Allah saat menciptakan manusia. Alkitab menyebutnya sebagai kehidupan kekal bersama Bapa di sorga dalam kebahagiaan.   

Dosa menjadikan menderita

Namun akibat bujukan ular dan ketidak-patuhan Adam dan Hawa, mereka melanggar perintah Allah dan berbuat dosa maka semua kebahagiaan itu lenyap total. Bumi terkutuk akibat dosa. Kekekalan hilang dan berubah menjadi kebinasaan. Hubungan dengan Allah pun terputus, akibatnya mereka diusir dari Taman Eden mengalami kesukaran, penderitaan dan kematian, termasuk semua keturunan yang lahir di dunia ini.
   
Manusia kemudian tidak hanya mengalami kematian tubuh, tapi juga, karena terputus hubungannya dengan Allah, mereka terus berjalan menuju kematian dan penderitaan kekal di neraka. Di dunia ini pun manusia harus bersusah-payah mencari nafkah, mengalami sakit penyakit, hidup terancam bencana alam, kelaparan, kesedihan, peperangan, dan penindasan, yang berujung pada kematian 

Berusaha mengatasi penderitaan 

Di bawah sadar, manusia menyimpan ketakutan akan mengalami semua penderitaan itu. Manusia takut lapar, haus, kedinginan, dan kepanasan sebagaimana yang dirasakan dirinya dalam hidup sehari-hari. Karena itu mereka berusaha dan bekerja sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan mereka.
   
Karena merasakan penderitaan akibat kehilangan kemuliaan Allah, manusia berusaha menutupi derita itu dengan mati-matian berusaha meraih kekuasaan dan harta kekayaan. Mereka berjuang dengan segenap kemampuan mereka untuk meraih kekuasaan dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Mereka yakin, semua itu akan membuat mereka berbahagia, aman, dan menikmati kehidupan.
   
Seringkali, manusia terlena dalam kemabukan duniawi, dan lupa bahwa semua itu hanya bersifat sementara saja. Ada saatnya semua kekuasaan dan kekayaan itu meninggalkan mereka sendirian. Tubuh mereka akan menua, kesehatan mereka akan menurun, sehingga sudah tidak bisa lagi menikmati kesenangan duniawi itu.
   
Dan pada akhirnya, mereka harus meninggalkan semua itu untuk menghadap pada pengadilan Allah. Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur.”1 Ptr 1:24) Tiada yang abadi di dunia ini, semuanya akan binasa.  

Butuh pertolongan Tuhan

Apabila manusia hanya mencari kesenangan di dunia ini saja, pada akhirnya mereka pasti akan menyadari bahwa semua itu hanyalah sia-sia belaka. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat 16:26)
   
Seberkuasa atau sekaya apapun seseorang, tidak ada gunanya jika pada akhirnya dia akan menerima penghukuman kekal di neraka. Semuanya akan berlalu begitu saja

Mencari tuhan buatan sendiri

Karena itu dalam ketakutannya, manusia berusaha mencari tuhan yang mereka pikir sanggup menolong dan melepaskan mereka dari penderitaan di dunia maupun di akhirat. Manusia mencari keselamatan melalui penyembahan ilah-ilah, atau dengan melakukan berbagai kebaikan.
   
Mereka mengira bahwa dengan melakukan semua itu, mereka akan terbebas dari hukuman kekal. Namun mereka keliru besar, karena semua tindakan itu tidak bisa membersihkan mereka dari dosa dan penghukuman.

Pasti mendapat hukuman 

Sebab sebaik atau sehebat apa pun tindakan seseorang, pasti akan mendapat hukuman kekal sebab dengan kekuatannya sendiri manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya. Manusia perlu Juru Selamat yang mampu mendamaikan manusia dengan Allah, sehingga Allah berkenan menebus serta menghapus dosa mereka.
 
Puji Tuhan, Allah telah mengaruniakan AnakNya, yaitu Yesus Kristus, untuk penebusan dosa manusia dan melakukan pendamaian antara Allah dan manusia melalui pengorbanan-Nya di salib di bukit Golgota. Siapa pun yang menerima sang Juru Selamat itu, akan menerima karunia keselamatan kekal di sorga 

Pikirkan perkara di atas

Namun setelah manusia menerima keselamatan itu, imannya tidak boleh hanya terhenti disitu. Manusia harus mencari perkara di atas, yaitu perkara rohani. Kol 3:1  Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. 
   
Artinya, manusia harus memikirkan kehidupan rohaninya. Memang manusia masih hidup di dunia dan masih membutuhkan hal-hal bersifat jasmani, namun janganlah hal itu membuat manusia kembali ke dalam kehidupan duniawi dan melupakan perkara rohani.

Karena sudah merasa aman menerima keselamatan, lalu disibukkan lagi dengan bekerja, mencari kesenangan dunia, berfoya-foya, sehingga melupakan ibadah, persekutuan dengan Tuhan, dan tidak melakukan perintah Tuhan.

Tekun dalam Tuhan

Ingatlah, untuk meraih kehidupan kekal, manusia harus terus menerus berusaha dan bertekun dalam Tuhan agar imannya semakin tumbuh menjadi sempurna. Terus melayani Tuhan dan melaksanakan pekerjaan Tuhan, selagi masih ada kesempatan, selagi sehat, kuat dan mampu.
   
Teruslah berupaya untuk memberitakan Kerajaan Allah demi menyelamatkan lebih banyak manusia lagi. Karena akan tiba saatnya, dimana kita tidak berdaya lagi dan tidak mampu melayani Tuhan, sehingga kita akan merasa amat menyesal. 

Dipersiapkan untuk kehidupan kekal

Kita adalah umat manusia yang dipersiapkan untuk meraih kehidupan kekal. Karena itu bekerjalah dengan giat dan penuh semangat dalam melakukan pekerjaan Tuhan, rajinlah ibadah dan bersekutu dengan Tuhan.
   
Sehingga ketika kita dipanggil untuk menghadapNya, kita akan menghampiri Tuhan dengan penuh rasa sukacita dan bahagia, karena upah kita besar di Sorga. Tidakkah kita bangga menerimanya? Amin.

Yohannes Lie, Heartline, Jumat 11 Nopember 2016
GPdI Permata Asri, Minggu 13 Nopember 2016