Minggu, 18 September 2016

Gereja Tuhan yang Bersatu

 tangan dan salib


“Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku." (Yoh. 17:22-23)  

Bhinneka Tunggal Ika 

Sejak Sekolah Dasar, siswa diajarkan semboyan bangsa Indonesia yang tercantum dalam Lambang Negara Garuda Pancasila, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika artinya “Berbeda-beda tetapi tetap satu”
   
Semboyan ini mempunyai makna bahwa meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Berbagai suku, budaya dan bahasa

Bahasa daerah yang terdata ada lebih dari 746 bahasa dari jumlah suku yang terdata sekitar 1.128 suku, dengan 17.508 pulau. Masih banyak lagi lainnya namun belum terdata semua. Suku yang kita kenal misalnya suku Jawa, Sunda, Madura, Bali, Lampung, Palembang, Melayu, Padang, Tapanuli, Aceh, Dayak, Sasak, Ambon, Asmat, dan banyak lagi.
 
Aneka ragam kuliner Indonesia pun luar biasa banyaknya. Ada gudeg Yogya, rujak cingur Surabaya, soto Kudus, ketoprak Jakarta, pepes Bandung, rendang Padang, empek-empek Palembang, coto Makasar, bubur Manado, dan banyak lagi.
   
Kesenian pun demikian pula. Ada reog Ponorogo, tari kecak Bali, tari Gambyong, wayang kulit, wayang golek, musik angklung, musik gondang, dan lain-lain. Semua keanekaragaman ini memperkaya kebudayaan bangsa Indonesia. Semua itu bukan lagi hanya milik satu suku, tapi sudah menjadi bagian dari bangsa ini. Hal itulah yang membuat kita amat bangga menjadi bangsa Indonesia.

Menyatukan dan melengkapi

Jadi perbedaan itu bukan untuk memisahkan sesama anak bangsa, namun justru untuk mempersatukan dan  memperluas wawasan kebangsaan kita semua. Ketika tarian reog, musik angklung, kesenian batik diambil bangsa lain, kita semua merasa keberatan dan bersatu untuk berjuang mempertahankannya sebagai milik bangsa kita. 

Zaman gereja mula-mula

Doa Yesus di atas menunjukkan bahwa kesatuan umat Tuhan sebagai tubuh Kristus adalah kehendakNya dan kehendak Bapa. Pada zaman gereja mula-mula, ketika jemaat masih sedikit, mereka semua bersatu dan tinggal bersama-sama di kota Yerusalem.

Tapi bukan kesatuan eksklusif seperti itu yang Tuhan kehendaki, melainkan mereka harus pergi menjadi saksiNya di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. (Kis. 1:8) Mereka harus pergi memberitakan Injil ke seluruh dunia. 
   
Pada saat terjadi penganiayaan, umat Kristen terpencar-pencar ke berbagai daerah, menyebar di luar Yerusalem dan terus menyebar ke seluruh dunia. Pengabaran Injil Keselamatan dan pelebaran Kerajaan Allah pun turut berkembang pesat, sebab mereka menyebarkan Injil pada penduduk setempat. Terlebih lagi ketika rasul Paulus dan teman-teman sepelayanannya, seperti Barnabas dan Silas, turut menyebarkan ajaran Tuhan ke seluruh Asia Kecil.

Tujuh sidang jemaat

Dan pada masa rasul Yohanes dibuang ke pulau Patmos, terdapat 7 jemaat gereja besar yang menyebar di sekitar Asia Kecil, yaitu jemaat Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia.

Jika kita perhatikan berdasarkan ayat-ayat yang tertulis dalam kitab Wahyu pasal 2 dan 3, akan didapati keterangan bahwa ketujuh sidang jemaat ini ternyata mempunyai karakter, karunia, masalah, dan situasi tekanan atau lingkungan berbeda-beda dan masing-masing sidang jemaat memiliki kelebihan dan kekurangan.
   
Tertulis bahwa semua jemaat itu adalah jemaat Tuhan yang mempunyai malaikat jemaat masing-masing. Semua sidang jemaat itu, tanpa kecuali, mendapat penilaian langsung dari Tuhan Yesus, dan juga mendapat teguran dan pengajaran yang amat berharga dari Tuhan Yesus demi penyempurnaan gereja.

Jadi walaupun ketujuh sidang jemaat itu berbeda-beda karakternya, namun mereka semuanya ada dalam kesatuan tubuh Kristus. “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.” (1 Kor 12:27)

 Berbagai aliran gereja

Kemudian gereja Tuhan berkembang menjadi gereja barat, yaitu gereja Katolik Roma dan gereja timur yang disebut gereja Ortodoks. Berkembang lagi menjadi gereja Protestan dan gereja beraliran Pantekosta atau Karismatik.

Muncul juga gereja-gereja dengan pendekatan kesukuan dan kebudayaan lokal, timbullah gereja HKBP, GBKP, GMIM, Gereja Jawi Wetan, Gereja Toraja dan lain-lain. Masing-masing gereja memiliki organisasi, tradisi, karakter, doktrin berbeda, namun memiliki satu kesatuan iman yang sama, yaitu percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan Allah dan Juru Selamat manusia.

Gereja Tuhan yang bersatu

Apakah perbedaan ini memecah-belah umat Kristen? Sama sekali tidak! Justru semua itu semakin memperkaya wawasan, pengajaran, doktrin, metode penginjilan, dan semakin luas menjangkau mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus.

Dengan demikian Injil Keselamatan dan Kerajaan Allah semakin tersebar ke seluruh dunia, ke berbagai suku bangsa, dan negara. Semua gereja itu menjadi satu kesatuan di dalam tubuh Kristus.

Kisah tiga anak berbeda karakter

Pdt. Yusuf Roni pernah bercerita, “Saya punya anak 3 orang, yang pertama laki-laki pendiam, yang kedua wanita melankolis, dan yang ketiga wanita periang. Ketika saya pulang dari pelayanan, saya panggil ketiga anak saya lalu saya bagikan oleh-oleh untuk mereka.

Anak laki-laki saya tersenyum menerimanya, lalu berkata, “Terima kasih, papa”. Oh, ini gaya Protestan. Anak kedua menerimanya dengan terharu dan berkata lirih, “Terima kasih papa” Oh, ini gaya Pantekosta. Anak ketiga, menerimanya dengan penuh keriangan dan berkata, “Papaku luar biasa” Oh, ini gaya Karismatik.
   
Walau pun ekspresi mereka berbeda, namun mereka adalah anak-anak saya yang amat saya sayangi. Demikian juga perasaan Bapa di Sorga akan senang melihat ekspresi anak-anakNya saat datang bersyukur padaNya. Karena semua gereja itu adalah bagian dari tubuh Kristus

Metode Penginjilan 

Suatu hari, himpunan mahasiswa Kristiani Teknik Unila mengundang saya sebagai pembicara dengan tema “Menjadi Saksi Kristus” dengan ayat pokok Matius 28:19, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus"
   
Pada kesempatan itu saya menyampaikan tiga metode penginjilan yang dilakukan oleh tiga gereja besar yang saling melengkapi, yaitu 

  1. Gereja Katolik menginjil dengan menyatakan kasih Kristus melalui pendidikan dari Playgrup sampai dengan Perguruan Tinggi, membuka rumah sakit dan panti sosial, yayasan kasih yang menolong orang yang membutuhkan, pendekatan dengan budaya lokal. Dengan metode ini banyak jiwa dimenangkan
  2. Gereja Protestan menginjil dengan metode pengajaran bersifat teologis, membagikan buku renungan, seminar rohani, dan penyatuan dengan budaya lokal, seperti penginjilan Nomensen di Tapanuli. Dan Kyai Sadrakh di Jawa. Dengan metode ini banyak jiwa dimenangkan
  3. Gereja Pantekosta/Karismatik menginjil dengan kuasa iman, melalui Kebaktian Kebangunan Rohani, mujizat, doa urapan, dan nubuatan. Dengan metode ini banyak jiwa dimenangkan.
Semua metode ini saling melengkapi sesuai dangan talenta yang Tuhan berikan pada masing-masing gereja dalam bimbingan Roh Kudus. untuk memenangkan jiwa bagi kemuliaan Tuhan

Kita harus menjadi berkat

Kita menyadari Tuhan tidak menghendaki seluruh gereja menjadi satu dalam satu organisasi, tapi menjadi satu dalam iman, visi dan misi pengabaran Injil Keselamatan dan perluasan Kerajaan Allah.

Karena itu, sebagai anggota salah satu gereja, jadilah berkat di gereja dimana kita ditempatkan Tuhan, layanilah Tuhan dan sesama, dan bersinergilah dengan gereja lain dalam memberitakan Injil. Semua demi kemuliaan Tuhan.  Tuhan memberkati. Amin. 

Yohannes Lie, Heartline, Jumat 9 September 2016
GBI Natar, Minggu 18 September 2016